Demonstran di Parigi Moutong Disebut Masih Bersembunyi, Takut Ditangkap Polisi
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Eko Ari Wibowo
Minggu, 20 Februari 2022 17:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah Dedi Askary, menjelaskan bahwa menurut laporan demonstran penolak tambang emas di Parigi Moutong banyak yang masih bersembunyi. Mereka takut ditangkap aparat kepolisian.
“Sampai sekarang kami belum berhasil menemui mereka, karena lari meninggalkan kampung mereka, sebab hampir setiap waktu aparat kepolisian datang mencari dan mengejar mereka,” ujar dia saat dihubungi pada Sabtu, 19 Februari 2022.
Dedy juga mengungkap temuan terbaru soal insiden penembakan demonstran penolak tambang emas di wilayah itu pada Sabtu, 12 Februari. Peristiwa itu membuat satu orang demonstran tewas tertembak yakni Erfaldy atau Aldi.
Selain penembakan, kata Dedy, menurut laporan, ada banyak bentuk kekerasan yang terjadi kepada para demonstran. Mulai dari yang matanya mengeluarkan darah akibat kena pukulan atau dipukul aparat kepolisian. Bahkan informasi yang diterima Komnas HAM berdasarkan penuturan keluarga korban, ada satu orang saat di Polres Parigi Moutong dipukul dengan batu bata.
“Dengan bata merah oleh anggota polisi di Polres Parimo, hingga hampir semua gigi bagian depan rontok,” kata Dedy sambil menambahkan bahwa selain itu, terhadap keluarga para demonstran yang ditemui, aparat memberikan pesan dengan narasi penuh ancaman dan tekanan.
Selain itu, pada Kamis, 17 Februari, beberapa warga juga pergi ke Kantor Polres Parigi Moutong bermaksud hendak mengambil sepeda motor mereka yang ditinggal di lokasi unjuk rasa. “Namun, mereka justru digiring masuk untuk diperiksa.”
Kata warga soal kekerasan dan intimidasi
Senada dengan Dedy, salah satu perwakilan warga yang tergabung Aliansi Masyarakat Tani (Arti), Sofyan Maragau, yang juga menolak tambang juga menceritakan aksi kekerasan aparat terhadap massa demo. Dia mengaku sepupunya mengeluarkan darah di bagian matanya usai melakukan demo.
“Banyak yang luka-luka. Ada yang sempat penyok kepalanya dihantam senjata, itu mau berikan kesaksian semua sebetulnya. Karena luar biasa yang dilakukan aparat saat itu,” katanya.
Selanjutnya: penjelasan dari Polda Sulteng...
<!--more-->
Terkait peristiwa pemeriksaan warga yang ingin mengambil sepeda motor itu, Sofyan mengaku belum mengetahui. Namun, informasi yang dia dapatkan adalah memang betul ada puluhan sepeda motor yang diangkut polisi, termasuk kelengkapan aksi fasilitas sound system. “Sekitar 25 sepeda motor.”
Selain itu, Sofyan menerangkan, dua hari setelah demo terjadi dirinya mendapatkan kabar dari Desa Silutung, Kecamatan Tinombo Selatan, di mana warganya yang terlibat demo dikumpulkan di kantor desa oleh pihak polisi yang dihadiri kepala desa. Mereka ditanyai terkait demo yang dilangsungkan, termasuk perannya masing-masing, dengan pertanyaan yang memojokkan.
Padahal, siang di hari yang sama, dirinya mengaku telah bertemu dengan Kapolres Parigi Moutong dan Komnas HAM di rumah duka korban yang tewas tertembak.
“Akhirnya kami menyepakati untuk cooling down. Saya jug ameminta kepada teman-teman untuk tidak membuat gerakan dulu, karena kepolisian berjanji menuntaskan kasus penembakan ini,” tutur dia.
Namun, ternyata malam harinya ada tindakan intimidasi dengan mengunjungi beberapa desa. “Saya telepon Ketua Komnas HAM itu, ini maksudnya apa, akhirnya keluarlah pernyataan dari Kapolda untuk menarik pasukannya, mungkin ketua Komnas HAM sudah melakukan komunikasi ya.”
Dia juga mengatakan bahwa hingga saat ini juga masih ada peserta aksi yang pergi dari kampungnya untuk menghindari pengejaran polisi.
Kata Polda Sulsel soal pengejaran
Ketika dimintai konfirmasi soal dugaan pengejaran yang masih dilakukan aparat, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulawesi Tengah Komisaris Besar Didik Supranoto, membantah dugaan itu. “Tidak ada yang dikejar, Polri sekarang masih fokus pengungkapan kasus ke dalam internal,” katanya saat dihubungi terpisah.
Dia juga menjelaskan bahwa sudah tidak ada lagi penangkapan setelah 45 orang yang sudah dibebaskan sehari setelah demo dilakukan. “Sampai sekarang tidak ada lagi yang ditangkap,” katanya.
Baca: Pengakuan Warga soal Asal Mula Penolakan Tambang Emas di Parigi Moutong