Pakar Jelaskan Dampak Kebocoran Data Milik Bank Indonesia

Senin, 24 Januari 2022 16:04 WIB

Ilustrasi proses peretasan di era teknologi digital. (Shutterstock)

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengeluarkan pernyataan resmi dan membenarnya adanya kebocoran data pada salah satu kantor cabang di Bengkulu. Ada 16 komputer yang disebut mengalami kebocoran data dan hal itu diamini oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

"Informasi itu memang sedikit membuat lega karena mengira kebocoran hanya terjadi pada komputer di satu cabang saja. Tapi ini adalah puncak gunung es," ujar pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya pada Senin, 24 Januari 2022.

Karena, seiring berjalannya waktu dan data yang diungkapkan oleh Conti Ransomware, sampai saat ini kebocoran data yang terjadi ternyata tidak hanya menimpa cabang bank sentral di Bengkulu. Melainkan juga cabang BI lainnya di lebih dari 20 kota di seluruh Indonesia pada lebih dari 200 komputer dengan jumlah dokumen 52.767 dan data 74,82 GB.

Alfons tidak mengetahui apakah Bank Indonesia mengetahui sedemikian banyak data yang bocor dan hanya menginformasikan kebocoran terjadi hanya di 16 komputer dan satu cabang saja kepada BSSN. Namun melihat cara kerja Conti, yang pasti sudah berusaha berkomunikasi dengan korbannya untuk monetisasi hasil ransomwarenya dan memaparkan berapa banyak data yang dimiliki, seharusnya informasi berapa banyak data yang bocor ini sudah diketahui oleh korban Conti.

"Dan korban peretasan memiliki waktu yang lebih dari cukup sebulan sebelum Conti mempublikasikan informasi ini ke publik," tutur Alfons.

Dalam hal kebocoran data, sebenarnya tidak produktif dan tidak ada manfaatnya mencari siapa yang salah dan memberikan hukuman. Sebab, menurut Alfons, tidak akan membatalkan data yang sudah bocor dan tidak menjamin hal yang sama tidak terulang.

Meski demikian, transparansi dalam memberikan informasi data yang bocor akan menolong pemilik data terkait dengan yang datanya dibocorkan. Sehingga bisa melakukan antisipasi dan tidak menjadi korban eksploitasi dari data yang bocor tersebut.

Dalam hal mencegah data publik yang bocor, Alfons berharap pemerintah bekerja keras membuat aturan yang bisa mendukung pengelola data dalam melakukan perlindungan data yang menjadi tanggung jawabnya. "Jadi jangan hanya mau mendapatkan keuntungan dari mengelola data saja, tapi juga harus bertanggung jawab atas data yang dikelolanya," kata dia.
<!--more-->

Salah satu yang bisa dipertimbangkan adalah memberikan konsekuensi hukum dan finansial yang keras dan tegas kepada pengambil keputusan atau institusi yang bertanggung jawab mengelola data publik. Sehingga, Alfons berujar, mau tidak mau mereka memberikan perhatian khusus dalam melindungi data yang dikelola.

Vaksincom juga telah mencoba menganalisa data yang mulai dibagikan oleh Conti Ransomware dan cukup banyak informasi yang mengkhawatirkan. "Karena jika jatuh ke tangan yang salah akan mudah dieksploitasi," ucap Alfons.

Ia menuturkan Bank Indonesia adalah pengelola kebijakan moneter negara dan informasi yang dikelola bersifat strategis. Kebocoran data yang dialami bank sentral mungkin tidak mengakibatkan kerugian finansial secara langsung kepada rekening bank masyarakat. Namun akan berdampak besar bagi dunia finansial Indonesia khususnya perbankan.

Karena, Alfons melanjutkan, pihak lain yang berkepentingan bisa mendapatkan informasi yang seharusnya rahasia seperti bagaimana peredaran uang kertas di setiap kota di Indonesia. "Dan dapat digunakan untuk memetakan kekuatan perbankan di setiap daerah secara cukup akurat," tutur dia.

Vaksincom juga menemukan data foto KTP, NPWP, dan nomor rekening seseorang di salah satu komputer yang di retas dimana hal ini akan menjadi sasaran empuk eksploitasi data kependudukan. Orang tersebut tidak tahu apa-apa dan tidak berperan dalam kebocoran data ini namun menjadi korban dan harus menanggung risikonya.
Pada cabang lain ditemukan file peta pemasangan titik CCTV secara detail di setiap lantai pada gedung cabang BI sehingga dapat diketahui area mana saja yang diawasi CCTV dan area mana yang tidak terawasi CCTV. "Jadi kalau dikatakan bahwa informasi ini tidak bersifat kritikal, mungkin hal ini perlu dikaji ulang," kata Alfons.
Informasi peretasan data BI pertama diunggah oleh akun Twitter @darktracer_int yang merupakan salah satu platform intelijen website. Dalam unggahannya, akun tersebut menuliskan peringatan bahwa kelompok Conti Ransomware mengumumkan “Bank Indonesia” masuk dalam daftar korban. “[ALERT] Conti ransomware gang has announced “BANK OF INDONESIA” on the victim list,” cuit akun tersebut.

Pada ungguhan tersebut juga menampilkan tangkapan layar dari situs gerombolan Conti Ransomware, berupa alamat website https://www.bi.go.id serta alamat Jalan MH Thamrin 2, Jakarta.
Tangkapan layar tersebut juga menampilkan sejumlah file yang dinamai corp.bi.go.id, pada keterangannya tertulis total data 838 dengan file sebesar 487.09 MB. Data yang diduga dari Bank Indonesia tersebut diunggah oleh gerombolan Conti Ransomware pada Kamis, 20 Januari 2022.

Berita terkait

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

2 jam lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

9 jam lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

18 jam lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

KPK Buka Peluang Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang di Sidang Syahrul Yasin Limpo, Bahas Kebocoran BAP

20 jam lalu

KPK Buka Peluang Hadirkan Febri Diansyah dan Rasamala Aritonang di Sidang Syahrul Yasin Limpo, Bahas Kebocoran BAP

Eks Sespri Kasdi Subagyono minta perlindungan LPSK karena BAP miliknya di KPK bocor ke tangan Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 8.000, Rp 1.318.000 per Gram

1 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 8.000, Rp 1.318.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik sebesar Rp 8 ribu ke level Rp 1.318.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

3 hari lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

4 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

4 hari lalu

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

Kominfo menggandeng BSSN untuk menjaga keamanan siber selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

4 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

5 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya