Klitih Kembali Terjadi di Yogyakarta, Ini Arti dan Sejarah Awal Mulanya

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Rabu, 29 Desember 2021 15:07 WIB

Ilustrasi tawuran. TEMPO/M. Iqbal Ichsan

TEMPO.CO, Jakarta - Tagar #YogyaTidakAman, #YogyaDaruratKlitih, hingga #SriSultanDaruratKlitih ramai diperbincangkan warganet Twitter pada Selasa, 28 Desember 2021. Tagar ini menjadi trending setelah seorang perempuan menceritakan kisahnya saat menjadi korban klitih. Tak sedikit warganet yang mengecam tindakan kejahatan klitih tersebut.

Seperti diketahui, aksi klitih bukan kali pertama terjadi. Berdasarkan catatan Jogja Police Watch (JPW), sepanjang tahun 2018 hingga 2020, kasus kejahatan jalanan atau klitih masih menjadi dominan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Mulanya istilah “klitih” tidak merujuk pada suatu hal yang negatif. Dalam bahasa Jawa, klitih atau “nglithih” diartikan sebagai suatu aktivitas keluyuran atau mencari angin di luar rumah.

Pemaknaan itu saat ini sudah tidak lagi relevan. Kini, istilah klitih dimaknai sebagai aksi kekerasan jalanan yang dilakukan oleh remaja menggunakan benda-benda tajam untuk melukai sampai menyebabkan hilangnya nyawa korban.

"Klitih itu sebenarnya adalah kegiatan mengisi waktu luang secara positif, tetapi ketika diadopsi oleh remaja, mereka menggeser mana kata tersebut," ucap Soeprapto dalam UGM Podcast oleh Humas UGM pada 15 Januari 2020.

Advertising
Advertising

Usut punya usut, keberadaan klitih yang kian meresahkan tersebut diduga berawal dari banyaknya kelompok atau geng-geng remaja sekolah. Hal ini didukung hasil tesis Dosen Antropologi Universitas Brawijaya, Hatib Abdul Kadir, menyoal keberadaan geng-geng pelajar di Yogyakarta.

Geng-geng pelajar di Yogyakarta ini pernah melakukan aksi tawuran pada 90-an. Pada 2000-an, Kepolisian Wilayah DIY berhasil memetakan keberadaan geng-geng remaja tersebut.

Pada 2007, Wali Kota Yogyakarta saat itu, Herry Zudianto, melayangkan instruksi kepada sekolah-sekolah, jika ada pelajar yang terlibat tawuran akan dikeluarkan.

Di sisi lain, menurut pakar kriminolog Universitas Gadjah Mada, Soeprapto, alih-alih meredam aksi, instruksi tersebut membatasi ruang gerak geng pelajar untuk mencari musuh, hingga akhirnya berpindah ke jalanan (klitih).

“Lantaran dilarang tawuran, geng-geng itu kemudian justru berkeliling di jalanan kota secara acak untuk mencari musuh. Lambat laun, kegiatan ini ditunggangi oleh segelintir pihak tidak bertanggung jawab yang memiliki motif beragam,” ujar Soeprapto dikutip dari kagama.co.

Soeprapto menambahkan, struktur organisasi klitih selama ini kian berkembang. Tak hanya di sekitar Kota Yogyakarta, melainkan di beberapa wilayah lain, seperti Sleman dan Bantul. Pun korbannya tidak bisa diidentifikasi karena bersifat random.

HARIS SETYAWAN

Baca juga: DI Yogyakarta Didesak Alokasikan Anggaran Tangani Aksi Klitih

Berita terkait

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya

Pelaku Perampas HP Pelajar di Depok Diduga untuk Pesta Narkoba dan Bayar Kontrakan

1 hari lalu

Pelaku Perampas HP Pelajar di Depok Diduga untuk Pesta Narkoba dan Bayar Kontrakan

Nickola Ahmad (19 tahun) dan Wahyu Asbullah (21 tahun) mengaku merampas HP pelajar di Depok diduga untuk pesta narkoba dan bayar kontrakan.

Baca Selengkapnya

Pelaku Perampasan Ponsel Pelajar SMP Di Depok Ditangkap, Sehari Beraksi Tiga Kali

1 hari lalu

Pelaku Perampasan Ponsel Pelajar SMP Di Depok Ditangkap, Sehari Beraksi Tiga Kali

Polres Metro Depok membekuk dua pelaku perampasan ponsel yang melukai pelajar SMP di Jalan Anggrek 5 RT. 02/04, Pancoran Mas, Depok

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

2 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

2 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

2 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya

HP Pelajar SMP di Depok Dirampas Saat Pulang Sekolah, Korban Disabet Celurit

3 hari lalu

HP Pelajar SMP di Depok Dirampas Saat Pulang Sekolah, Korban Disabet Celurit

Pelajar SMP di Depok menjadi korban perampasan HP di Jalan Anggrek 5 RT. 02/04, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Depok.

Baca Selengkapnya

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

3 hari lalu

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.

Baca Selengkapnya

150 Pelajar di Kabupaten Sukabumi Mendapatkan Beasiswa

3 hari lalu

150 Pelajar di Kabupaten Sukabumi Mendapatkan Beasiswa

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi memberikan beasiswa kepada 150 pelajar terbaik dari berbagai daerah di wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

3 hari lalu

Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya