Pengamat Anggap Narasi Sistem Presidensial Sumbang Regresi Demokrasi

Reporter

Andita Rahma

Editor

Amirullah

Minggu, 3 Oktober 2021 16:04 WIB

Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini. Dok.TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, mengatakan sejak 2009, narasi soal memperkuat sistem presidensial selalu digaungkan di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu aspek penyumbang regresi demokrasi.

Narasi tersebut seolah menjadi sesuatu yang harus direalisasikan agar pemerintah bisa berjalan efektif. "Tapi ternyata, memperkuat sistem presidensial tidak sama dengan memperkuat presiden. Sebab secara teori, presiden itu memang sudah kuat," ujar Titi dalam diskusi daring pada Ahad, 3 Oktober 2021.

Namun sejatinya, sistem presidensial memang diperkuat. Alasannya, kata Titi, walaupun presiden dan DPR terpisah dan tidak tergantung satu sama lain, keduanya perlu membuat banyak kesepakatan untuk menjalankan pemerintahan.

Di sisi lain, penguatan sistem presidensial harus selaras dengan menjamin semua kelompok masyarakat memiliki representasi di proses pengambilan keputusan politik. "Hal ini untuk mengurangi kemungkinan munculnya penyakit bawaan sistem presidensial yakni tendensi mayoritas, di mana mestinya kelompok yang bersedia menjadi penyeimbang sedapat mungkin juga terwakili secara formal. Nah di sinilah distorsinya muncul," ucap Titi.

Sementara yang terjadi justru adalah adanya orientasi pada individu dalam sistem residensial, sehingga kekuataan penyeimbang menjadi lemah. Hal itu terjadi, kata Titi, karena konstribusi dari desain pemilu yang terus melanggengkan barriers to entry dan kesamaan politik.

Advertising
Advertising

"Jadi presiden perlu dukungan yang baik, efektif dari parlemen. Tapi kemudian untuk menghindari tendensi mayoritas semestinya kekuatan politik beragam juga diwadahi parlemen. Ini yang tidak tersedia," kata Titi.

Presiden hanya dilihat sebagai persona, yakni orang baik dan harus diperkuat dalam kapasitas individunya, yang berimbas munculnya gagasan perpanjangan masa jabatan.

Menurut Titi yang semakin parah adalah ketika keragaman politik yang seharusnya diwadahi secara formal, tidak disediakan. Ruang-ruang politik inklusif juga semakin dipersempit oleh mereka yang terafiliasi dengan pemerintah.

Selain itu hal yang menjadi momok politik Indonesia saat ini yakni polarisasi politik yang dilanggengkan oleh sistem dan perilaku politik elit, sehingga berdampak kepada kultur kewarganegaraan yang melemah.

"Jadi kalau 2009 kita masih punya tiga pasangan calon presiden, di 2014, 2019, menjadi hanya dua dan itu terus dilanggengkan. Orientasinya lagi-lagi ke individu. Ketika warga negara kritis atau menjadi terlibat dalam proses menilai kinerja, itu daya kritisnya bukan berdasar gagasan tapi kepada afiliasi politik," ujar Titi.

Selain itu paska amandemen konstitusi, partai politik semakin dominan dalam pengisian posisi politik dan juga kelembagaan negara. Tetapi di saat yang sama, uang menjadi determinan, di mana pembiayaan partai politik masih bergantung pada segelintir orang.

Menurut Titi, hal itu menimbulkan ketergantungan pada figur dan mengurangi kemandirian dalam menjalankan fungsi partai.

"Satu sisi keran akses partai politik pada posisi publik dibuka besar, tapi di sisi lain partai politik dikelola secara tidak demokratis. Ini membuat ketika rekrutmennya elitis dan lemahnya kaderisasi, makin langgeng politik dinasti dan penguasaan segilintir orang dalam pengelolaan partai," kata Titi. Imbasnya adalah berkontribusi dengan semakin kuatnya oligraki.

Berita terkait

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

1 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

Daftar 16 Partai Politik yang Gugat Sengketa Pileg ke MK, dari PDIP hingga PKN

2 hari lalu

Daftar 16 Partai Politik yang Gugat Sengketa Pileg ke MK, dari PDIP hingga PKN

Sejumlah partai politik mengajukan sengketa Pileg ke MK. Partai Nasdem mendaftarkan 20 permohonan.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

2 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

2 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

2 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

2 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

3 hari lalu

Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

Penarikan iuran yang akan dimasukkan dalam komponen perhitungan harga tiket pesawat itu dinilainya berpotensi melanggar Undang-Undang (UU).

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

3 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

3 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

3 hari lalu

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

DPR Arizona lewat pemungutan suara memutuskan mencabut undang-undang larangan aborsi 1864, yang dianggap benar-benar total melarang aborsi.

Baca Selengkapnya