Benarkah Soeharto Terlibat dalam G30S?

Reporter

Tempo.co

Kamis, 30 September 2021 18:22 WIB

Gerakan 30 September atau G30S 1965 yang dipimpin Komandan Tjakrabirawa Letkol Untung ditumpas oleh TNI di bawah pimpinan Mayjen Soeharto. ARSIP NASIONAL RI

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sejumlah orang, peristiwa pemberontakan Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia atau dulu sering disingkat G30S/PKI merupakan luka lama yang belum kering, dan terus dikoyak-koyak setiap tahunnya.

Tragedi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) membuntuti kejadian tersebut, berdasarkan laporan Komnas HAM, sebanyak 500 ribu hingga 3 juta orang tewas dalam peristiwa dan pascapristiwa pemberontakan itu.

Pelanggaran HAM ini tak luput dari upaya penumpasan PKI yang dipimpin oleh Soeharto. Segala sesuatu yang berbau komunis harus dibumihanguskan, tak peduli apakah mereka benar-benar PKI atau di-PKI-kan. Akibatnya, banyak nyawa yang tak berdosa turut menjadi korban karena dalam peristiwa kelam itu.

Hingga kini, sejumlah keluarga korban masih melakukan aksi menuntut keadilan setiap Kamis di depan Istana Negara, bersama keluarga korban Semanggi I, Semanggi II, Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, Talangsari, Tanjung Priok, dan korban pelanggaran HAM lainnya.

Pemberontakan PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel (Letkol) Untung yang merupakan Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, selaku pimpinan formal seluruh gerakan.

Advertising
Advertising

Dalam peristiwa pemberontakan yang terjadi pada 1 Oktober 1965 dini hari tersebut, mereka dengan kejam menculik dan membunuh 6 perwira tinggi dan seorang perwira pertama, yakni Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R. Suprapto, Mayjen TNI M.T. Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean yang merupakan Ajudan Jenderal A.H. Nasution. Dalam peristiwa tersebut, A.H. Nasution berhasil kabur meski sempat mendapatkan tembakan di kakinya.

Letkol Untung dan beberapa petinggi PKI menggunakan dua batalyon yakni 454 dan 530.

Padahal kedua batalion ini merupakan pasukan elit Kostrad yang berada di bawah kepemimpinan Soeharto, sebagaimana diungkapkan oleh Antonio C.A Dake, dalam Soekarno File: Kronologi Suatu Keruntuhan yang diterjemahkan Loek Pattiradjawane. Menurut Abdul Ghofur, hal ini mengindikasikan adanya keterkaitan baik secara langsung maupun tidak antara Soeharto dengan gerakan 30 September tersebut.

Setali tiga uang dengan Antonio C.A Dake, Soebandrio dalam bukunya “Peristiwa G 30” juga membeberkan adanya keterkaitan petinggi PKI dengan Soeharto ditinjau dari latarbelakang mereka. Untung dan Latief merupakan bawahan Soeharto saat berada di divisi Diponegoro Semarang, sementara Syam Kamaruzzaman merupakan anak buah Soeharto dalam perang Patuk Jogja.

Yoseph Tugio Taher, dalam artikelnya yang dimuat di laman kabarindonesia.com, mengungkapkan, meskipun ada pihak yang membela Soeharto dan mungkin mengatakan bahwa Soeharto bukanlah perencana G30S, namun faktanya, menurut Yoseph, Soeharto orang yang memberi bantuan militer dengan pemanggilan Batalyon 530 dari Jatim dan Batalyon 454 dari Jateng. “Dalam waktu secepatnya akan saya datangkan pasukan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah,” kata Soeharto kepada Letkol. Untung.

Seorang akademisi asal Kanada yang juga tertarik untuk menggali rahasia peristiwa G30S/PKI, Doktor Peter Dale Scott juga menemukan banyak keanehan dalam peristiwa ini, di mana dua dari tiga kekuatan satu brigade pasukan para komando, ditambah satu kompi dan satu peleton pasukan lainnya, yang merupakan kekuatan keseluruhan G30S, diinspeksi oleh Soeharto sehari sebelum kejadian pemberontakan.

Banyak sejarawan kemudian menyangsikan kebenaran PKI di balik G30S. Mereka menuduh TNI AD dengan tokohnya, Soeharto adalah dalang G30S. Salahudin Wahid, dalam bukunya “Bagaimana Melihat 40 Tahun Peristiwa G30S Berlalu” dalam Bagus Darmawan (ed), Warisan (daripada) Soeharto mengungkapkan, tuduhan tersebut berdasarkan teori dan fakta terkait laporan Kolonel Latief kepada Soeharto pada 29, September 1965 malam tentang rencana penjemputan paksa para jenderal.

Bahkan dalam biografi Soeharto yang ditulis oleh R.E Elson, Soeharto mengatakan “Pergerakan itu bukanlah pergerakan yang muncul tiba-tiba pada 30 September, tapi merupakan akumulasi dari rangkaian kejadian yang telah dipersiapkan sejak lama. Suasana penuh hasutan dan fitnah, yang membangkitkan perasaan saling curiga antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, serta iklim ekonomi yang buruk, yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, dengan mudah digunakan oleh mereka untuk kemudian melakukan gerakan kontrarevolusi…. Dalam setiap sandiwara selalu ada pemain utama, pembantu dan dalangnya. Hal yang sama juga dimiliki oleh gerakan kontrarevolusi, yang menamakan dirinya gerakan 30 September. Selalu ada aktor utama, ada juga peran pembantu dan juga dalangnya, yaitu kelompok dalam yang terlibat. Aktor utama , yang mengatur kelompok lainnya, didalangi oleh kelompok Untung dan beberapa anggota ABRI. Sedangkan peran pembantu dijalankan oleh para Pemuda Rakyat, Gerwani. Dalangnya, menurut fakta dan dokumen-dokumen serta hasil interogasi yang kami dapat menunjuk adanya peran PKI sebagai otak gerakan kontrarevolusi.”

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca juga: Elite TNI AD, Mengapa Soeharto Tak Masuk Daftar Jenderal yang Diculik G30S?

Berita terkait

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

7 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

8 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

13 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

15 hari lalu

Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

17 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

17 hari lalu

Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.

Baca Selengkapnya

Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

26 hari lalu

Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

Tradisi open house di kalangan pejabat Indonesia makin menguat sejak Orde Baru era kepemimpinan Soeharto.

Baca Selengkapnya

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Cina dalam Rentang 74 Tahun

35 hari lalu

Pasang Surut Hubungan Indonesia-Cina dalam Rentang 74 Tahun

Prabowo Subianto, memilih Cina sebagai negara pertama yang dikunjunginya, menandai pentingnya hubungan Indonesia-Cina.

Baca Selengkapnya

Ledakan Gudang Peluru Cibubur Ingatkan Peristiwa Ledakan Gudang Amunisi KKO Cilandak 40 Tahun Lalu

36 hari lalu

Ledakan Gudang Peluru Cibubur Ingatkan Peristiwa Ledakan Gudang Amunisi KKO Cilandak 40 Tahun Lalu

Ledakan gudang peluru cibubur mengingatkan peristiwa 40 tahun lalu ledakan gudang peluru Korps Marinir Angkatan Laut, Cilandak KKO, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

38 hari lalu

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret

Baca Selengkapnya