Tantangan Pers Mahasiswa Bertahan di Tengah Kepayahan Pandemi Covid-19

Reporter

Tempo.co

Senin, 13 September 2021 07:50 WIB

Massa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) melakukan aksi unjuk rasa di kawasan Kuningan Persada, Jakarta, Rabu, 16 Juni 2021. ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Di satu sisi, pandemi cukup menjadi jalan yang terjal bagi seluruh aktivitas kegiatan masyarakat. Mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga kegiatan sosial dan budaya. Namun, tidak bisa dipungkiri pandemi pula yang membuat nalar kreativitas masyarakat terus diasah. Hal ini pula yang dilakukan oleh pers mahasiswa yang bekerja sebagai wartawan di kampus.

Sama seperti para wartawan lainnya, mencari narasumber dan wawancara jarang dilakukan secara konvensional. Kegiatan ini banyak dilakukan secara online via telepon atau aplikasi daring lainnya. Hal ini juga memiliki dampak tersendiri bagi tulisan dan sistem kerja di pers mahasiswa.

Amelia Rahima Sari, Sekretaris LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Mercusuar Unair (Universitas Airlangga) mengatakan, salah satu kendala ketika mewawancarai via online yaitu narasumber yang slow respon. “Padahal beritanya harus segera ditayangin kalau hard news. Terus juga rawan miskomunikasi, entah karena sinyal atau karena hal lainnya,” ujarnya.

Sementara itu, Redaktur Tulisan LPM Gagasan UIN Suska Riau, Hendrik Khoirul Muhid menjelaskan wawancara secara daring memiliki atmosfer yang berbeda daripada wawancara secara konvensional. Ketika melakukan wawancara secara online memiliki suasana yang berbeda, sebab tidak ada kontak fisik seperti yang dilakukan ketika wawancara seperti biasanya.

Namun kedua aktivis yang bergerak di pers mahasiswa ini sepakat bahwa wawancara via online juga memiliki kelebihan tersendiri. Menurut Amel wawancara via telepon lebih fleksibel dan tidak perlu menemui narasumber secara langsung yang bisa memakan estimasi biaya transport. “Selain itu, kita bisa juga nyambi atau multi-tasking gitu, misal lagi mengerjakan sesuatu, trus ketika narsumnya udah bilang oke, kita wawancara dia sebentar,” ujarnya. Hendrik juga memiliki alasan yang sama terkait kelebihan wawancara via online.

Advertising
Advertising

Selain masalah keredaksian, hal yang cukup menjadi salah satu faktor pendorong agar pers mahasiswa tetap terjaga eksistensinya yaitu perihal menjaga kekritisan setiap wartawan di pers mahasiswa. Hal ini menjadi salahsatu faktor yang menunjang produk-produk yang dihasilkan di dalamnya.

Eiben Heizer, Staff Litbang BPPM (Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa) Balairung UGM mengungkapkan, untuk menjaga kekritisan setiap wartawan yang bergerak di pers kampus perlu menjaga kepekaan sosial. “Dengan adanya kepekaan sosial bisa membuat seorang wartawan pers kampus lebih kritis dengan kondisi saat ini serta bisa menuangkan keresahannya tersebut menjadi sebuah tulisan yang provokatif sekaligus informatif mengenai situasi saat ini,” kata dia.

Labih lanjut, masih menyikapi sikap kritis wartawan yang bergerak di pers mahasiswa, menurut Staf Redaksi LPM Mercusuar Unair, Tata Ferliana Windasari tidak ada yang menghalangi kekritisan setiap orang. Hal ini dikarenakan sudah banyak media-media yang semakin mudah diakses. “Kekritisan tidak terhalang apapun ya, apalagi penggunaan media baik itu mainstream maupun sosial aksesnya makin mudah jadi mau cari tahu sesuatu itu lebih gampang,” ucapnya.

Tantangan terakhir yang dirasakan bagi pers mahasiswa adalah pendanaan yang diberikan oleh pihak rektorat. Pendanaan ini berguna untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan organisasi dalam membuat produk—seperti majalah, jurnal, ataupun tabloid. Pimpinan Redaksi Media Mahasiswa AKLaMASI UIR (Universitas Islam Riau), Rahmat Amin Siregar mengatakan, sumber pendanaan kampus tersebut juga membantu menyalurkan minat dan bakat mahasiswa.

“Bila pendanaan tersebut terhenti dengan alasan pandemi, berarti kampus tidak melaksanakan kewajibannya. Padahal, mahasiswa tetap membayarkan kewajiban pembayaran dana pendidikan seperti SPP dan SKS,” ujarnya.

Tantangan-tantangan tersebut juga sering terjadi bagi wartawan yang ada di lingkup pers mahasiswa ketika dunia belum diterpa pandemi. Namun hal itu tidak terjadi begitu massif seperti saat ini. Bahkan LPM Gagasan dan LPM Mercusuar produksi majalahnya beralih ke e-magazine walaupun masih tetap menerbitkan majalah tersebut dalam bentuk cetak dengan jumlah yang berbeda.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Di Tengah Intimidasi Pers Mahasiswa Harus Tetap Kritis

Berita terkait

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

4 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Hahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

5 jam lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Aksi Mahasiswa UGM Tuntut Transparansi, IPK 4,00 Hahasiswa Kedokteran Universitas Jember, 5 Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

6 jam lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

6 jam lalu

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

Insan media yang terlibat dalam kontestasi atau menjadi tim sukses pada Pilkada 2024 diminta mengundurkan diri sebagai wartawan

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

17 jam lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

18 jam lalu

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Menteri Nadiem: Unair PTN Terbaik Pertama Sebagai Badan Hukum

20 jam lalu

Menteri Nadiem: Unair PTN Terbaik Pertama Sebagai Badan Hukum

Universitas Airlangga (Unair) meraih penghargaan terbaik pertama kategori Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum dari Mendikbud-Ristek.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

20 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

20 jam lalu

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

20 jam lalu

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.

Baca Selengkapnya