PPKM Diperpanjang, Epidemiolog: Ada Potensi 1 Juta Kasus Covid-19 Tak Terdeteksi

Reporter

Dewi Nurita

Selasa, 10 Agustus 2021 15:19 WIB

Petugas medis melakukan tes usap antigen di pusat perbelanjaan Kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis, 27 Mei 2021. Pasca libur lebaran Forkopimda Kabupaten Bekasi melakukan swab tes antigen kepada 202 pedagang guna mencegah penyebaran COVID-19. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menilai langkah pemerintah memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dengan penyesuaian bertahap merupakan langkah tepat. Namun, ia mengingatkan testing, tracing, dan treatment (3T) masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi pemerintah.

"3T ini masih menjadi PR besar. Hitungan saya, selama PPKM Darurat saja, karena keterbatasan 3T kita, di Jawa-Bali itu potensi kasus (Covid-19) yang tidak terdeteksi sampai 1 juta, baik yang bergejala maupun tidak," ujar Dicky saat dihubungi Tempo pada Selasa, 10 Agustus 2021.

Dicky menyebut, estimasi tersebut dihitung berbasis angka kematian, dengan asumsi indeks fatality rate 0,5 persen dan juga memperhitungkan angka reproduksi (R) di kisaran 1,1.

Ia mengingatkan, hal ini tidak bisa dianggap sepele. Selama keberadaan virus tidak terdeteksi, ujar dia, sulit menentukan langkah pengendalian. "Jadi yang harus dilihat sebenarnya 3T ini, bukan vaksinasi.
Sebab vaksin kan juga belum bisa menjamin terhindar dari penularan dan cakupan vaksinasi di banyak daerah juga belum mencapai 50 persen. Nah, ini yang masih PR besar, banyak sekali kasus yang tidak terdeteksi," tuturnya.

Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengklaim, kebijakan PPKM Darurat maupun PPKM Level 4 yang berlaku sejak awal Juli lalu menunjukkan penurunan laju kasus hingga 59,6 persen dari puncak kasus pada 15 Juli 2021 yang lalu.

Luhut juga mengklaim pelaksanaan testing, tracing, dan treatment membaik. Jumlah spesimen dan orang dites meningkat sangat signifikan hingga tiga kali lipat sejak Mei 2021. "Dari sisi tracing, estimasi jumlah kontak erat yang di-tracing telah mencapai angka 1:6 dari target pemerintah yakni 1:10, keterlibatan dari TNI dan Polri, mampu meningkatkan jumlah kontak erat yang berhasil di-tracing," ujar Luhut dalam konferensi pers daring, Senin, 9 Agustus 2021

Luhut menuturkan pemerintah bersama TNI, Polri dan lembaga lainnya akan terus berkoordinasi, memantau serta mengejar target tracing sebagai bentuk mitigasi terhadap penyebaran kasus Covid-19 di area Jawa dan Bali.

DEWI NURITA

Baca: Sekolah di Wilayah PPKM Level 1-3 Boleh Tatap Muka, Kemendikbud Ingatkan 5 Hal

Berita terkait

Blak-blakan Masalah Budidaya Udang, Luhut Minta Kasus Karimunjawa Tak Terulang

12 jam lalu

Blak-blakan Masalah Budidaya Udang, Luhut Minta Kasus Karimunjawa Tak Terulang

Luhut mengatakan permasalahan industri budidaya udang di Indonesia disebabkan banyaknya aturan yang tumpang tindih dan tidak terintegrasi.

Baca Selengkapnya

Setelah Sebut Orang Toxic, Luhut Kini Sarankan Prabowo Pilih Menteri dengan Rekam Jejak Bagus

1 hari lalu

Setelah Sebut Orang Toxic, Luhut Kini Sarankan Prabowo Pilih Menteri dengan Rekam Jejak Bagus

Setelah minta Prabowo tidak membawa orang 'toxic' atau bermasalah ke dalam kabinetnya, Luhut menyinggung soal track record calon anggota kabinet.

Baca Selengkapnya

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

1 hari lalu

Luhut Takjub Melihat Kapal OceanX: Berharap Indonesia juga Punya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan takjub melihat kapal OceanX.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

2 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

2 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

3 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Luhut Soal Pertalite dan Bioetanol, Berikut Daftar BBM yang Pernah Dihapus Pemerintah

4 hari lalu

Luhut Soal Pertalite dan Bioetanol, Berikut Daftar BBM yang Pernah Dihapus Pemerintah

Isu penghapusan BBM pertalite dibantah Pertamina. Sebelumnya Luhut sebut penggantian pertalite dengan bioetanol. "Harus ke sana larinya," katanya.

Baca Selengkapnya

Luhut Percepat Pembebasan Lahan IKN, AMAN Kaltim: Terburu-buru Bisa Melanggar HAM

7 hari lalu

Luhut Percepat Pembebasan Lahan IKN, AMAN Kaltim: Terburu-buru Bisa Melanggar HAM

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalimantan Timur minta Luhut tidak terburu-buru dalam pembebasan lahan di IKN karena berpotensi langgar HAM.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

8 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

8 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya