Satgas Sebut Lazim Kemunculan Varian Baru Covid-19
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Aditya Budiman
Jumat, 5 Maret 2021 06:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan terjadinya mutasi virus atau varian baru virus adalah hal yang lazim ditemui dalam masa pandemi. Salah satunya kemunculan varian baru Covid-19 asal Inggris yang kini ditemukan di Indonesia.
"Pada prinsipnya, varian akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu," ujar Wiku dalam konferensi pers, Kamis, 4 Maret 2021.
Wiku menjelaskan varian dapat terus bertambah karena banyaknya jumlah penularan yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut menyebabkan virus melakukan mutasi sebagai upaya untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Mutasi adalah proses karena adanya kesalahan saat memperbanyak diri dan virus anakan tidak sama dengan induknya atau parental strain. Virus baru hasil mutasi inilah, kata Wiku, yang akan menjadi varian.
"Lalu jika varian menunjukkan sifat fisik yang baik dan jelas maupun sama serta berbeda dengan virus aslinya, maka varian akan disebut sebagai strain," ujar Wiku.
Ia menjelaskan para peneliti di dunia, termasuk di Indonesia, terus meneliti mutasi dan varian baru Covid-19 yang muncul guna mengetahui dampaknya dan solusi menghadapinya. Saat ini beberapa varian virus yang sudah ditemukan menyebar secara global, yakni varian B117 di Inggris, B1351 di Afrika Selatan yang merupakan hasil mutasi dari virus B117, dan varian P1 di wilayah Brazil.
"Pemerintah pun telah mengambil langkah-langkah strategis bekerjasama dengan para peneliti dan menginstruksikan petugas di lapangan untuk memperketat skrining demi mencegah masuknya varian baru dari negara lain, atau pun dari satu daerah ke daerah lain," tuturnya.
Menurut Wiku, mutasi virus dapat dicegah dengan menghambat persebarannya. Sebab tingkat infeksi yang tinggi dapat meningkatkan peluang terjadinya lebih banyak varian yang dihasilkan. "Dan seberapa pun kuatnya varian potensial virus, jika tidak ada peluang menularkan maka virus tersebut tidak akan membahayakan," tuturnya.
<!--more-->
Untuk itu, Wiku mengingatkan, menerapkan protokol kesehatan tetap yang utama harus dilakukan. "Perlu diingat, semakin sedikit keberadaan mutasi virus, maka semakin efektif vaksin yang sedang kita kembangkan ini dapat bekerja dengan baik," ujar dia.
Hasil temuan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, jumlah Whole Genum Sequencing (WGS) berjumlah 495 dengan 471 diantaranya WGS komplit. Di Indonesia, sejak April 2020 hingga Februari 2021, seluruh WGS yang dilaporkan bervarian D614G. Teranyar, data pelaporan WGS terbaru oleh Balitbangkes, menunjukkan ada 2 WGS yang memiliki varian B117 dari sampel yang diambil dari bulan Februari 2021.
Sampel itu ternyata milik dua warga Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Keduanya berinisial M, warga Kecamatan Lemahabang, dan A warga Kecamatan Pedes. Keduanya merupakan perempuan pekerja migran yang baru datang dari Arab Saudi. M tiba di Indonesia pada 28 Januari. Tiga hari berselang, A tiba di Tanah Air.
Dua orang tersebut sempat menjalani karantina di Wisma Pademangan, Jakarta Utara, selama lima hari, saat pertama tiba. Mereka juga menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) lalu dinyatakan terjangkit virus corona dengan status orang tanpa gejala.
Karena terjangkit virus, masa karantina mereka diperpanjang hingga dinyatakan negatif corona sesuai dengan hasil tes usap. Kini, hasil tes swab mereka telah dinyatakan negatif dan sudah diizinkan pulang ke Karawang.
Presiden Jokowi mengimbau masyarakat tidak khawatir berlebihan dengan ditemukannya varian baru Covid-19 di Indonesia. Menurut Jokowi, belum ada penelitian yang menunjukkan varian baru virus ini lebih mematikan.
Baca juga: Jokowi: Belum Ada Penelitian Menunjukkan Varian Baru Covid-19 Lebih Mematikan
DEWI NURITA