Politikus PKS Sebut RUU Cipta Kerja Terkesan Dipaksakan

Sabtu, 3 Oktober 2020 14:21 WIB

Sejumlah buruh melakukan aksi di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat, 14 Agustus 2020. Dalam aksi ini para buruh menyuarakan penolakan pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Bukhori Yusuf, menilai pembahasan final RUU Cipta Kerja terkesan dipaksakan. Saat ini, draf RUU omnibus law itu telah disepakati Panitia Kerja DPR dan pemerintah tengah difinalkan oleh tim perumus (timus) dan tim sinkronisasi (timsin).

"Kenapa saya katakan terkesan dipaksakan, karena secara kecepatan nyaris tidak memberikan ruang waktu memadai bagi fraksi-fraksi untuk pendalaman yang lebih baik," kata Bukhori kepada Tempo, Jumat, 2 Oktober 2020.

Bukhori mengatakan beberapa rapat timus dan timsin pun ditunda. Sebab, tenaga ahli Baleg DPR pun tak bisa dipaksakan untuk mengebut merampungkan kompilasi rumusan pasal-pasal yang meliputi hampir 80 undang-undang.

Menurut Bukhori, mereka telah bekerja hampir tiada jeda dalam pembahasan RUU Cipta Kerja yang maraton sebelumnya. Pembahasan pun berlangsung dari pagi hingga sore atau malam, bahkan di hari Jumat yang sebenarnya dikenal sebagai 'Hari Fraksi' dan hari Sabtu hingga Ahad.

"Artinya bagi TA pun tidak punya waktu compile secara baik. Dalam kondisi itu berpotensi besar terjadinya misleading atau dismiss berbagai macam kesepakatan yang boleh jadi dalam formulasi pasal per pasal khawatir tidak sesuai dengan kesepakatan Panja," ujar Bukhori.

Advertising
Advertising

Bukhori mengatakan pemerintah dan sejumlah partai koalisi pemerintah memang menginginkan RUU Cipta Kerja ini disahkan pada 8 Oktober mendatang. Target ini juga seiring dengan berakhirnya masa persidangan Dewan kali ini sebelum memasuki masa reses.

Namun, Bukhori menilai, seharusnya pemerintah dan DPR mencermati kembali rumusan pasal-pasal terlebih yang krusial dan beririsan satu sama lain. Ia terutama menyoroti pasal-pasal yang berkaitan dengan perizinan berusaha, pengelolaan sumber daya alam, hingga ketenagakerjaan.

"Kalau kita bicara sebagai seorang negarawan tidak boleh dong kemudian digesa-gesa. Harusnya memberikan ruang waktu reasonable untuk melakukan perumusan yang baik," ucap dia.

Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin sebelumnya mengatakan RUU Cipta Kerja ditargetkan rampung sebelum 8 Oktober. "Pimpinan DPR harapkan semua draf RUU, bukan hanya Ciptaker, jangan ditunda, diselesaikan di masa sidang ini tanpa terkecuali. Semua RUU yang bisa diselesaikan ya selesaikan karena untuk apa tunda pekerjaan," ujar politikus Golkar ini.

BUDIARTI UTAMI PUTRI

Berita terkait

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

9 jam lalu

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

19 jam lalu

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mengatakan kenaikan tarif tidak boleh membebani mayoritas penumpang KRL

Baca Selengkapnya

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

2 hari lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

2 hari lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

2 hari lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

3 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

4 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Lindungi Buruh Migran, Polri Bentuk Tim Khusus Pidana Ketenagakerjaan

5 hari lalu

Lindungi Buruh Migran, Polri Bentuk Tim Khusus Pidana Ketenagakerjaan

Polri menyoroti keselamatan buruh hingga sengketa buruh vs pengusaha, sehingga dirasa perlu pendampingan dari polisi.

Baca Selengkapnya

May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Kenaikan UMP Minimal 15 Persen

5 hari lalu

May Day, Buruh di Yogyakarta Tuntut Kenaikan UMP Minimal 15 Persen

Kelompok Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) Yogyakarta menggelar aksi memperingati hari buruh atau May Day dengan menyampaikan 16 tuntutan

Baca Selengkapnya

Tanggapi Ucapan Hari Buruh dari Prabowo, Partai Buruh Bilang Begini

5 hari lalu

Tanggapi Ucapan Hari Buruh dari Prabowo, Partai Buruh Bilang Begini

Partai Buruh menanggapi ucapan Hari Buruh 2024 yang disampaikan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada Rabu, 1 Mei 2024.

Baca Selengkapnya