Banyak Calon Tunggal di Pilkada 2020, Busyro Muqoddas: Demokrasi Kian Sakit

Rabu, 9 September 2020 12:33 WIB

Petugas memasang segel pada kotak suara pemilihan kepala daerah (pilkada) sebelum didistribusikannya ke sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di kantor KPU Kota Kediri, Jawa Timur, Senin, 25 Juni 2018. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) setempat mewaspadai 187 dari 485 TPS se-Kota Kediri rawan terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pilkada serentak 27 Juni mendatang. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas menilai Pilkada 2020 menunjukkan kondisi demokrasi Indonesia yang kian sakit. Ia menyoroti sejumlah fenomena yang muncul dalam Pilkada 2020 ini, salah satunya tingginya jumlah calon tunggal.

"Demokrasi kita bukan sedang sakit, tapi semakin sakit, semakin terpental, dan semakin mengalami krisis jiwa," kata Busyro dalam webinar "Oligarki Parpol dan Fenomena Calon Tunggal", Rabu, 9 September 2020.

Hingga saat ini, terhitung setidaknya ada 28 potensi pasangan calon tunggal di Pilkada 2020. Ini setara dengan 10,37 persen dari total bakal pasangan calon di Pilkada 2020. "Ada 10,37 persen yang merupakan anomali overkrisis demokrasi kita," kata Busyro.

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Ratna Dewi Pettalolo mengatakan jumlah calon tunggal terus meningkat dari Pilkada 2015, 2017, dan 2018. Pada 2015, jumlah calon tunggal sebanyak 3 pasangan calon, menjadi 9 paslon pada 2017, kemudian 16 paslon pada 2018, dan berpotensi menjadi 28 paslon pada tahun ini.

Menurut catatan Bawaslu, bakal calon tunggal di Pilkada 2020 mayoritas ini merupakan inkumben. Adapun dari 270 daerah Pilkada, 230 daerah di antaranya diikuti oleh calon inkumben.

Advertising
Advertising

Dewi berharap jumlah calon tunggal akan berkurang seiring dengan perpanjangan pendaftaran oleh Komisi Pemilihan Umum. Namun ia mengaku pesimis hal itu bisa terjadi.

"Karena sepertinya memang kehadiran calon tunggal saat ini adalah desain yang sangat luar biasa dari elite-elite partai politik sehingga dukungan mengarah pada salah satu calon," kata Dewi.

Busyro juga menyoroti tingginya banyaknya politik kekerabatan alias politik dinasti di Pilkada 2020. Ia menyayangkan politik dinasti ini justru dipelopori oleh pejabat elite di Istana yang tengah menjabat saat ini.

Menurut Busyro, hal ini tak akan terlalu rumit jika pejabat terkait sudah tidak menjabat. Namun ia menilai permasalahan muncul jika orang yang masih menjabat itu mendiamkan atau mendorong keluarganya maju Pilkada.

Jika terpilih, anggota keluarga itu akan memiliki jabatan struktural fungsional dengan pemimpin di tingkat pusat. "Inilah yang menjadi persoalan yang sangat memprihatinkan," kata mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi ini.

Seperti diketahui, putra sulung dan menantu Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Afif Nasution mencalonkan diri di Pilkada Solo dan Medan.

Berita terkait

5 Faktor yang Bikin Politik Uang Terus Eksis di Indonesia

1 hari lalu

5 Faktor yang Bikin Politik Uang Terus Eksis di Indonesia

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP, Hugua usulkan politik uang atau money politics dilegalkan. Apa sebab politik uang eksis di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Sentra Gakkumdu untuk Pilkada 2024 Segera Dibentuk, Ini yang Dilakukan Bawaslu

2 hari lalu

Sentra Gakkumdu untuk Pilkada 2024 Segera Dibentuk, Ini yang Dilakukan Bawaslu

Sentra Gakkumdu akan mempermudah masyarakat yang ingin melaporkan pelanggaran dalam tahapan Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Respons Mendagri Tito Karnavian Soal Perlunya Sistem Pemilu Dievaluasi

2 hari lalu

Respons Mendagri Tito Karnavian Soal Perlunya Sistem Pemilu Dievaluasi

Mendagri mengatakan perbaikan sistem pemilu melalui RUU jangan sampai bersifat kejar tayang.

Baca Selengkapnya

Ramai-ramai Tolak Usulan Money Politics Dilegalkan Saat Pemilu

3 hari lalu

Ramai-ramai Tolak Usulan Money Politics Dilegalkan Saat Pemilu

ICW menganggap usulan melegalkan money politics saat pemilu tidak pantas dan sangat tidak menunjukkan integritas.

Baca Selengkapnya

Bawaslu Ungkap Alasan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju pada Pilkada 2024

3 hari lalu

Bawaslu Ungkap Alasan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju pada Pilkada 2024

Bawaslu menyatakan PKPU tentang pencalonan diperlukan untuk menghindari sengketa pada proses Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

ASN Berpotensi Langgar Netralitas di Pilkada 2024, Bawaslu Ingatkan Hati-hati Gunakan Medsos

3 hari lalu

ASN Berpotensi Langgar Netralitas di Pilkada 2024, Bawaslu Ingatkan Hati-hati Gunakan Medsos

Ketua Bawaslu mengatakan jajarannya akan mengawasi media sosial pada Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Pastikan Pilkada 2024 sesuai Jadwal, Berikut Tahapan dan Jadwal Lengkapnya

10 hari lalu

Jokowi Pastikan Pilkada 2024 sesuai Jadwal, Berikut Tahapan dan Jadwal Lengkapnya

Presiden Jokowi mengatakan tidak ada pengajuan dari pemerintah untuk percepatan Pilkada 2024. Berikut tahapan dan jadwal lengkap Pilkada serentak 2024

Baca Selengkapnya

Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip

12 hari lalu

Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip

Hakim MK Saldi Isra menyoroti tanda tangan pemilih pada daftar hadir TPS di Desa Durin Timur, Kecamatan Konang, Bangkalan yang memiliki kemiripan bentuk.

Baca Selengkapnya

Anggota Bawaslu Intan Jaya Cerita Penyanderaan KKB Berdampak Pemilu Ditunda

12 hari lalu

Anggota Bawaslu Intan Jaya Cerita Penyanderaan KKB Berdampak Pemilu Ditunda

Cerita pengalaman Bawaslu Intan Jaya disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan harus bayar tebusan agar bebas

Baca Selengkapnya

Hakim MK Tegur Anggota Bawaslu Papua Tengah yang Datang Terlambat di Sidang Sengketa Pileg

12 hari lalu

Hakim MK Tegur Anggota Bawaslu Papua Tengah yang Datang Terlambat di Sidang Sengketa Pileg

Hakim MK Arief Hidayat menegur anggota Bawaslu Papua Tengah yang datang terlambat dalam sidang sengketa Pileg 2024 di panel 3, hari ini

Baca Selengkapnya