YLBHI Jelaskan Keberadaan Buzzer Bisa Mengancam Demokrasi

Reporter

Friski Riana

Rabu, 2 September 2020 13:15 WIB

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati dalam acara memperingati 15 tahun meninggalnya Munir Said Thalib di Jakarta, Sabtu, 7 September 2019. Aktivis HAM tersebut tewas dalam penerbangan ke Amsterdam pada 7 September 2004 karena racun arsenik. TEMPO/Genta Shadra Ayubi.

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati mengungkapkan alasan keberadaan buzzer atau pendengung berbahaya bagi demokrasi. "Suara rakyat akan hilang atau sayup-sayup," kata Asfinawati dalam diskusi ILUNI UI, Rabu, 2 September 2020.

Asfinawati menjelaskan, buzzer ditopang alat-alat atau mesin bot. Sehingga, mereka bisa mengoperasikan belasan akun seakan-akan itu adalah suara orang. "Padahal bukan. Kalau demokrasi suara rakyat, presiden dipilih rakyat. Bot bukan orang. Dia enggak mungkin jadi suara rakyat," katanya.

Menurut Asfinawati, akan lebih rumit jika uang pajak rakyat masuk ke pemerintah dan digunakan untuk membayar influencer dan perusahaan yang menggalang buzzer, terutama penggunaan bot. Hal itu akan membuat tidak ada ruang dialog pemerintah atau negara dengan rakyat. "Karena suara rakyat tenggelam."

Dalam kondisi lebih ekstrem, kata Asfinawati, dampaknya bisa menjadi tirani mayoritas atau demokrasi kerumunan. Yaitu kebijakan publik akan ditentukan berdasarkan kerumunan atau suara orang yang banyak. "Yang bising itu yang didengar atau yang menang," katanya.

Menurut Asfinawati, dalam cara kerjanya, buzzer yang memakai bot memanipulasi fakta dan melakukan hate spin (hasutan kebencian). Misalnya, LBH yang selalu distigma komunis atau liberal. Kemudian menyerang personal atau menghancurkan pembawa pesan dengan stigmatisasi, sehingga menimbulkan polarisasi.

Advertising
Advertising

Sebelum polarisasi, Asfinawati menuturkan ada pembiasan dan menghilangkan persoalan inti. "Kita tidak lagi membicarakan hal yang penting. Karena orang yang membawa itu sudah dihancurkan," kata dia.

Ia melanjutkan, "Ini dampak kepada demokrasi lebih serius dari yang kita pikirkan dengan orang-orang yang mengatakan 'enggak masalah ada buzzer, pembayaran terhadap influencer'."

FRISKI RIANA

Berita terkait

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

4 jam lalu

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

Bima tidak ingin menjadi pembohong karena harus berbicara testimoninya tentang Bea Cukai menggunakan skrip yang dibuat oleh agensi.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

2 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

4 hari lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

4 hari lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

6 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

7 hari lalu

Mengenal Fungsi Oposisi dalam Negara Demokrasi

Isu tentang partai yang akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Prabowo-Gibran kian memanas. Kenali fungsi dan peran oposisi.

Baca Selengkapnya

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

9 hari lalu

Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.

Baca Selengkapnya

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

15 hari lalu

Dosen Politik Universitas Udayana Sebut 5 Skenario Potensial Putusan Sengketa Pilpres oleh Hakim MK

Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud) prediksi 5 skenario potensial putusan MK sengketa Pilpres 2024 yang akan di gelar Senin, 22 April 2024

Baca Selengkapnya

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Api Gedung YLBHI Punya Riwayat Penyakit Dalam

26 hari lalu

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Api Gedung YLBHI Punya Riwayat Penyakit Dalam

Kadis Gulkarma DKI Jakarta Satriadi Gunawan, menceritakan kronologi tewasnya petugas pemadam kebakaran di YLBHI, Samsul Triatmoko.

Baca Selengkapnya

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Gedung YLBHI, Kadis Gulkarmat: Bukan Akibat Terbakar

26 hari lalu

Petugas Damkar Meninggal Usai Padamkan Gedung YLBHI, Kadis Gulkarmat: Bukan Akibat Terbakar

Petugas pemadam kebakaran meninggal seusai memadamkan api di Gedung YLBHI bukan karena kena asap.

Baca Selengkapnya