Pengamat Sebut Dinasti Politik Halangi Potensi Kader Lain

Jumat, 31 Juli 2020 06:03 WIB

Ilustrasi pemilu. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan memang tak ada hukum yang melarang politik kekerabatan atau dinasti politik di Indonesia. Namun, kata dia, persoalannya pada etika dan tersedianya ruang setara bagi kader lain yang tak memiliki hubungan kekerabatan dengan elite.

"Tidak ada masalah legal, tapi masalahnya pada etika, apakah masuknya dinasti politik menghalangi potensi kader di satu partai atau pihak lain untuk masuk pada kontestasi yang fair atau tidak," kata Burhanuddin dalam acara Ngobrol @Tempo, Kamis, 30 Juli 2020.

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sebenarnya pernah membuat aturan yang mensyaratkan calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah tidak memiliki konflik kepentingan dengan inkumben. Namun, aturan yang tertuang dalam Pasal 7 huruf r Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada itu kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Menurut Burhanuddin, dinasti politik harus dipandang sebagai akibat dari proses kelembagaan partai politik yang masih lemah dan dari desain institusi. Ia menduga dinasti politik kian marak setelah sistem proporsional terbuka di pemilihan legislatif dan kuota 30 persen calon anggota legislatif perempuan.

Akibatnya, kata Burhanuddin, banyak elite partai mengajukan istri dan anaknya untuk dicalonkan. Para calon ini pun umumnya lebih diistimewakan.

Advertising
Advertising

"Namanya keluarga pasti mendapatkan privilege, umumnya mengalahkan kader yang sudah kerja keras dari bawah," kata Burhanuddin.

Wakil Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Hurriyah, sepakat dinasti politik berakibat pada akses yang tak setara dalam proses pencalonan. Ia menyebut kondisi semacam ini juga terjadi dalam pencalonan perempuan di pemilihan legislatif.

Dari Pemilu 2019, kata Hurriyah, sebanyak 41 persen caleg perempuan ternyata memiliki hubungan kekerabatan dengan elite politik lokal dan elite partai politik.

"Salah satu dampak negatif politik dinasti adalah lapangan permainan yang tidak setara, akses tidak setara. Peluang dicalonkan oleh partai jadi lebih kecil untuk orang-orang yang tidak punya keterkaitan atau kekerabatan," kata Hurriyah dalam kesempatan yang sama.

Burhanuddin Muhtadi pun mengusulkan satu mekanisme merespons tak terhindarkannya dinasti politik ini. Menurut dia, lapangan pertarungan antara mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dan yang tak punya hubungan kekerabatan haruslah setara.

Salah satu caranya ialah dengan menurunkan syarat pencalonan kepala daerah-wakil kepala daerah. Saat ini, syarat mengusung calon adalah 20 persen dari total kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. "Orang yang tidak punya darah biru ini harus diberi peluang yang sama. Caranya, syarat mencalonkan kepala daerah diturunkan, jangan terlalu tinggi," kata Burhanuddin.

Berita terkait

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

2 hari lalu

Seleksi CPNS Diminta Ditunda hingga Usai Pilkada, Rentan Menjadi Komoditas Politik

Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) ditunda hingga Pilkada selesai.

Baca Selengkapnya

Jokowi akan Berikan Penghargaan Satyalencana pada Gibran hingga Bobby

11 hari lalu

Jokowi akan Berikan Penghargaan Satyalencana pada Gibran hingga Bobby

Presiden Jokowi dikabarkan akan memberikan penghargaan kepada kepala daerah berprestasi, di antaranya Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution

Baca Selengkapnya

PDIP Menang Hattrick dalam Pileg 2024, Hasto Ucapkan Terima Kasih ke Rakyat

12 hari lalu

PDIP Menang Hattrick dalam Pileg 2024, Hasto Ucapkan Terima Kasih ke Rakyat

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sampaikan terima kasih partai banteng kepada rakyat pendukungnya atas kemenangan hattrick dalam Pileg 2024.

Baca Selengkapnya

PDIP Maluku Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah, Apa Saja Syaratnya?

19 hari lalu

PDIP Maluku Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah, Apa Saja Syaratnya?

Dalam proses penjaringan bakal calon kepala daerah PDIP tidak mengenal mahar politik.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Soroti Perpanjangan Masa Jabatan Pj Kepala Daerah: Berpotensi Ilegal Jika Diperpanjang Lagi

21 hari lalu

Anggota DPR Soroti Perpanjangan Masa Jabatan Pj Kepala Daerah: Berpotensi Ilegal Jika Diperpanjang Lagi

Anggota Komisi II DPR RI Endro Suswantoro Yahman menyoroti kemungkinan perpanjangan masa jabatan beberapa penjabat (Pj) kepala daerah menjadi ilegal jika dilakukan lagi tahun ini. Sebabnya, kata Endro, beberapa Pj Gubernur, Wali Kota, atau Bupati telah menjalani masa jabatan maksimal yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 4 Tahun 2023.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Sebut Pj Kepala Daerah Bisa Diangkat Lagi hingga Pelantikan Pejabat Definitif

22 hari lalu

Anggota DPR Sebut Pj Kepala Daerah Bisa Diangkat Lagi hingga Pelantikan Pejabat Definitif

Masa jabatan Pj kepala daerah yang akan habis akhir tahun 2024 ini disebut tidak akan menjadi masalah.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Golkar Tak Pungut Mahar Politik di Pilkada 2024

29 hari lalu

Airlangga Klaim Golkar Tak Pungut Mahar Politik di Pilkada 2024

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menegaskan partainya tidak menetapkan mahar politik dalam pencalonan Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Lontaran Pedas Hasto Kristiyanto Terhadap Gibran dan Dinasti Politik Jokowi

34 hari lalu

Lontaran Pedas Hasto Kristiyanto Terhadap Gibran dan Dinasti Politik Jokowi

Seteru PDIP dengan keluarga Jokowi semakin panas. Simak pernyataan Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP terhadap Gibran dan dinasti politik Jokowi.

Baca Selengkapnya

Mahmoud Abbas Minta Pemerintahan Baru Persiapkan Pemilu

34 hari lalu

Mahmoud Abbas Minta Pemerintahan Baru Persiapkan Pemilu

Presiden Negara Palestina Mahmoud Abbas berpesan kepada pemerintahan baru untuk mempersiapkan pemilu legislatif dan presiden.

Baca Selengkapnya

Sorotan PDIP terhadap Dinasti Politik Jokowi

35 hari lalu

Sorotan PDIP terhadap Dinasti Politik Jokowi

Majunya Gibran menjadi calon wakil presiden di Pemilu 2024, terus menjadi polemik di internal PDIP hingga persoalan politik dinasti Jokowi

Baca Selengkapnya