Novel Baswedan Ungkap Banyak Kejanggalan Pengusutan Kasusnya

Rabu, 17 Juni 2020 15:24 WIB

Penyidik senior KPK, Novel Baswedan saat bersaksi dalam sidang kasus penyiraman air keras terhadapnya di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jakarta, Kamis, 30 April 2020. Akibat penyerangan tersebut mata kiri Novel sudah mengalami kebutaan total, sementara pengelihatan di mata kanannya di bawah 50 persen. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik KPK Novel Baswedan mengatakan sebaiknya jaksa penuntut umum jujur bila tidak yakin bahwa kedua terdakwa adalah pelaku sebenarnya penyiram air keras terhadap dirinya.

Bila jaksa tidak yakin, menurut Novel Baswedan, jaksa sebaiknya menuntut bebas para terdakwa ketimbang menuntut ringan 1 tahun penjara.

“Jaksa tidak boleh berkompromi dengan menghukum ringan, tapi harusnya dibebaskan, karena kita harus menganut standar pembuktian yang benar,” kata Novel dalam diskusi daring Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada hari ini, Rabu, 17 Juni 2020.

Novel menerangkan bahwa dirinya sejak awal ragu bahwa dua anggota Brigade Mobil Polri Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette adalah pelaku penyerangan yang sebenarnya.

Dia mengatakan pernah meminta penyidik Kepolisian untuk memperlihatkan dua alat bukti tindakan para pelaku. Tapi penyidik tak mau menunjukkan.

Menurut Novel Baswedan, ia kembali meminta ditunjukkan alat bukti oleh jaksa dalam proses penuntutan. Namun, jaksa menyatakan tidak bisa menunjukkannya.

Ronny menyerahkan diri ke polisi pada akhir 2019. Dia mengaku sebagai pelaku penyerangan. Setelah itu, polisi baru menangkap Rahmat Kadir.

Novel Baswedan mengungkapkan banyak sekali kejanggalan dalam proses penyidikan, hingga penuntutan kasus penyiraman air keras terhadap dirinya.

Dia mengatakan jaksa tidak menghadirkan sejumlah bukti penting di sidang, salah satunya botol yang digunakan untuk menampung air keras.

Botol tersebut bisa membuktikan bahwa cairan yang digunakan untuk menyerangnya adalah air keras. Bukan air aki seperti dakwaan jaksa.

Bukti baju gamis yang terkena air keras juga sudah terpotong dengan alasan untuk pengujian di laboratorium.

“Bila ada bukti yang diubah, harusnya dimasukkan dalam berita acara,” kata dia.

Dia juga mengungkap ada sejumlah saksi penting yang tidak dihadirkan dalam sidang. Padahal, saksi tersebut bisa membuktikan bahwa ada lebih dari dua orang yang mengamati rumahnya beberapa waktu sebelum penyerangan terjadi.

Novel mengatakan sudah memprotes kejanggalan ini ke jaksa, namun diabaikan.

“Hingga akhirnya saya mendapatkan berita di media ternyata tuntutannya adalah satu tahun, ini adalah kesewenang-wenangan, suatu proses yang dilakukan dengan sangat jelek dan vulgar,” ujar dia.

Berita terkait

Novel Baswedan Cs Terhambat Maju Jadi Pimpinan KPK, Pakar Hukum: MK Harus Konsisten dengan Putusan Sebelumnya Soal Batas Usia

3 hari lalu

Novel Baswedan Cs Terhambat Maju Jadi Pimpinan KPK, Pakar Hukum: MK Harus Konsisten dengan Putusan Sebelumnya Soal Batas Usia

Novel Baswedan dan eks penyidik KPK lainnya terhambat mencalonkan diri sebagai pimpinan KPK. Pakar hukum Feri Amsari menuntut konsistensi MK soal usia

Baca Selengkapnya

Gugat UU KPK ke MK, Novel Baswedan Cs Minta Batas Usia Capim Minimal 40 Tahun

4 hari lalu

Gugat UU KPK ke MK, Novel Baswedan Cs Minta Batas Usia Capim Minimal 40 Tahun

"Bahwa pemohon mengalami diskriminasi usia akibat berlakunya Pasal 29 E UU KPK," tulis Novel Baswedan dalam permohonannya.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Cs Gugat UU KPK soal Batas Usia Capim, Sebut Ada Diskriminasi

4 hari lalu

Novel Baswedan Cs Gugat UU KPK soal Batas Usia Capim, Sebut Ada Diskriminasi

Menurut Novel Baswedan, diberlakukannya ketentuan batas usia terhadap proses seleksi Capim KPK telah menimbulkan diskriminasi.

Baca Selengkapnya

Ari Dono Sukmanto Kapolri Tersingkat Sepanjang Sejarah Polri, Menjabat Hanya Sepekan 2 Hari

4 hari lalu

Ari Dono Sukmanto Kapolri Tersingkat Sepanjang Sejarah Polri, Menjabat Hanya Sepekan 2 Hari

Ari Dono Sukmanto Kapolri paling singkat. Menjabat 23 Oktober 2019 hingga 1 November 2019 alias 1 pekan 2 hari saja,

Baca Selengkapnya

Pusat Data Nasional Dijebol, Security IT Aulia Postiera: Ada Risiko Finansial hingga Pencurian Data Pribadi

4 hari lalu

Pusat Data Nasional Dijebol, Security IT Aulia Postiera: Ada Risiko Finansial hingga Pencurian Data Pribadi

Pusat Data Nasional yang dikelola Kemenkominfo dan Telkom Sigma diretas. Security IT Aulia Postiera ungkap dampaknya risiko finansial dan data pribadi

Baca Selengkapnya

IM57+ Sebut Orang Baik Enggan Daftar Capim Imbas Merosotnya Kepercayaan Publik ke KPK

5 hari lalu

IM57+ Sebut Orang Baik Enggan Daftar Capim Imbas Merosotnya Kepercayaan Publik ke KPK

Praswad menyebut KPK bakal kesulitan mendapatkan sosok pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.

Baca Selengkapnya

Apa yang Hambat Novel Baswedan dan Eks Penyidik KPK Lain Tak Bisa Daftar Calon Pimpinan KPK?

6 hari lalu

Apa yang Hambat Novel Baswedan dan Eks Penyidik KPK Lain Tak Bisa Daftar Calon Pimpinan KPK?

Ingin daftar jadi calon pimpinan KPK, Novel Baswedan dan beberapa eks penyidik KPK diganjal aturan ini.

Baca Selengkapnya

Eks Penyidik KPK Praswad Nugraha dan Novel Baswedan Akan Daftar Jadi Capim KPK Jika MK Loloskan Minimum Batas Usia

7 hari lalu

Eks Penyidik KPK Praswad Nugraha dan Novel Baswedan Akan Daftar Jadi Capim KPK Jika MK Loloskan Minimum Batas Usia

Ketua IM57+ Institute Praswad Nugraha mengatakan, ada 12 orang eks pegawai KPK yang akan mendaftar sebagai capim KPK.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Cs Ingin Daftar Capim KPK, Terbentur Aturan Batas Usia 50 Tahun

7 hari lalu

Novel Baswedan Cs Ingin Daftar Capim KPK, Terbentur Aturan Batas Usia 50 Tahun

Praswad mengatakan para anggota IM57+ itu merasa terpanggil untuk mendaftar calon pimpinan dan memperbaiki KPK.

Baca Selengkapnya

Harun Masiku Masih Buron, Novel Baswedan: Perlu Dukungan Pimpinan KPK

17 hari lalu

Harun Masiku Masih Buron, Novel Baswedan: Perlu Dukungan Pimpinan KPK

Novel Baswedan menegaskan perlu dukungan pimpinan KPK secara konsisten untuk menangkap Harun Masiku.

Baca Selengkapnya