LSI Denny JA Sebut 5 Alasan Publik Tak Khawatirkan Lagi Corona

Jumat, 12 Juni 2020 17:08 WIB

Petugas kebersihan menggunakan masker dan pelindung wajah saat beraktivitas di Mall Margo City, Depok, Jawa Barat, Selasa, 9 Juni 2020. Wali Kota Depok Mohammad Idris menyatakan pusat perbelanjaan di Kota Depok akan mulai dibuka kembali pada 16 Juni 2020 dengan menerapkan sejumlah aturan protokol kesehatan yang ketat. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, mengatakan saat ini masyarakat lebih khawatir terhadap kondisi perekonomian, ketimbang paparan virus. Dari hasil riset yang mereka lakukan, setidaknya ada lima alasan yang menyebabkan hal tersebut.

Pertama, meluasnya kisah sukses banyak negara dalam menghadapi pandemi ini. Beberapa negara seperti Selandia Baru hingga Korea Selatan banyak diberitakan secara masif telah mengendalikan virus ini dan teah melampaui puncak pandemi.

"Walau vaksin belum tersedia, contoh kongkret negara yang sukses itu sudah cukup mengurangi kecemasan atas virus," ujar Rully dalam teleconference, Jumat, 12 Juni 2020.

Apalagi pemberitaan tersebut diiringi dengan berita bahwa kegiatan ekonomi di negara tersebut secara bertahap mulai hidup lagi. Hal ini membuat masyarakat Indonesia lebih memikirkan faktor ekonomi dan lebih abai terhadap virus.

Selanjutnya, adalah mulasnya kemampuan protokol kesehatan dalam mengurangi tingkat virus Corona. Rully mengatakan anjuran social distancing, cuci tangan, penggunaan masker sudah terpatri di masyarakat.

Advertising
Advertising

Walau vaksin belum ditemukan, Rully mengatakan hal ini membuat masyarakat berpikir manusia punya alat lain untuk melawan, untuk melindungi diri.

"Ditemukannya protokol kesehatan yang efektif ini juga mengurangi tingkat kecemasan. Tidaklah benar kita sama sekali tak berdaya menghadapi virus walau vaksin belum ditemukan," kata dia.

Faktor ketiga adalah tabungan ekonomi semakin menipis. Rully mengatakan semakin lama berlakunya lockdown, pembatasan sosial, ditutupnya aneka dunia usaha, maka akan semakin berkurang juga kemampuan ekonomi rumah tangga.

"Ini terutama dirasakan di lapisan menengah bawah, apalagi sektor informal, bayangan akan kesulitan ekonomi, bahkan kelaparan terasa lebih mengancam dan kongkret," kata dia.

Berikutnya adalah terkait besaran dampak. Rully mengatakan jumlah warga yang secara kongkret terkena kesulitan ekonomi jauh melampaui jumlah warga yang terpapar virus Corona.

Kementerian Ketenagakerjaan melaporkan jumlah PHK ditambah yang dirumahkan hingga bulan Juni 2020 sekitar 1,9 juta orang. Sementara Asosiasi Pengusaha Indonesia, melaporkan jumlah yang lebih banyak lagi karena juga menghitung sektor informal.

"Dengan kata lain, yang terpapar virus ekonomi 200 kali lebih banyak dibandingkan yang terpapar virus corona. Wajar saja jika kecemasan atas kesulitan ekonomi memang lebih massif, lebih dirasakan banyak orang," kata Rully.

Faktor terakhir adalah semakin menurunnya grafik pasien meninggal. Sebaliknya, grafik kesulitan ekonomi, diukur dari yang di-PHK, terus bertambah dari bulan ke bulan. Grafik ini ikut juga membuat kecemasan atas terpapar virus Corona melemah, sementara kecemasan atas virus ekonomi meninggi.

Berita terkait

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

3 jam lalu

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

LPEM FEB UI memaparkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih cenderung stagnan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

12 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

1 hari lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

1 hari lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

1 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

2 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

3 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

6 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

12 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

13 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya