Riset LSI Denny JA: Publik Cemas Ancaman Ekonomi Ketimbang Virus

Jumat, 12 Juni 2020 15:37 WIB

Petugas dengan menggunakan pelindung wajah (face shield) melayani calon penumpang di Stasiun pasar Senen, Jakarta, Jumat 12 Juni 2020. PT KAI Daop 1 Jakarta melakukan adaptasi persiapan pelaksanaan prosedur tetap masa adaptasi kebiasaan baru antara lain dengan penggunaan masker, pelindung wajah, pemeriksaan suhu tubuh dan jaga jarak di tengah masa pandemi guna pencegahan penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - LSI Denny JA melakukan riset terkait tingkat kecemasan masyarakat di tengah Pandemi Covid-19. Hasilnya, dari riset kualitatif tersebut, ditemukan bahwa masyarakat cenderung lebih khawatir pada kondisi perekonomian mereka, ketimbang terpapar virus.

"Melalui analisa statistik, responden lebih takut ancaman kesulitan ekonomi dibandingkan terpapar Virus Corona," ujar peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, dalam teleconfernce, 12 Juni 2020.

Rully mengatakan total ada 240 mahasiswa yang menjadi responden. Mereka kemudian dibagi menjadi delapan kelompok. Setiap kelompok diberi satu jenis treatment.

Ragam treatment dibedakan antara informasi tinggi rendahnya ancaman. Yaitu ancaman kesehatan (kematian hingga terpapar virus yang bisa disembuhkan), versus ancaman ekonomi (kelaparan dan kehilangan pekerjaan hingga bisa mencari penghasilan lain).

Treatment juga dibedakan antara kemampuan individu, mulai dari mampu menangkal ancaman kesehatan dan ekonomi versus tak mampu menangkal.

Advertising
Advertising

"Ini bukan survei opini publik tapi riset eksperimental untuk menggali lebih detail kekhawatiran responden," kata Rully.

Sejak status pandemi ditetapkan WHO pada Maret 2020, Rully mengatakan banyak sektor di bidang ekonomi yang mati dan pegawai terkena PHK karena perusahaan tak sanggup menanggung gaji. Dua bulan setelah pandemi muncul banyak negara mengalami perlambatan ekonomi.

"Tak ada pergerakan roda ekonomi. Ketika mereka yang punya pekerjaan, pendapatannya tak ada lagi, tabungan investasi berkurang, publik akhirnya muncul kecemasan baru di luar kecemasan kesehatan," kata Rully.

Hasil dari riset ini, kata Rully, juga diperkuat dari temuan data dari VoxPopuli Center, lembaga opini publik Indonesia. Pada 26 Mei-1 Juni 2020, lembaga ini melakukan survei telefon atas 1.200 responden Indonesia yang dipilih secara acak.

"Hasilnya 25.3 persen publik khawatir terpapar oleh Virus Corona. Namun lebih besar lagi, sekitar 67,4 persen publik khawatir akan kesulitan ekonomi atau bahkan kelaparan," kata dia.

Selain itu, Rully menyebut tren ini juga terjadi di Amerika. Survei dari Gallup Poll menyebut terjadi pergeseran kecemasan pada periode awal April 2020, hingga pada awal Mei 2020.

Pada 6-12 April 2020, kecemasan atas virus Corona berada di angka 57 persen. Sementara kecemasan atas kesulitan ekonomi berada di angka 49 persen. Namun pada 11-17 Mei 2020, angka kecemasan itu sudah bergeser. Kecemasan publik atas Virus Corona menurun ke angka 51 persen. Sementara kecemasan atas kesulitan ekonomi menanjak melampaui kecemasan atas virus di angka 53 persen.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

2 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

1 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

10 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

11 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

14 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

14 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

17 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

19 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya