Adik Hanafi Rais Sebut Sang Kakak Baper Politik
Reporter
Budiarti Utami Putri
Editor
Syailendra Persada
Kamis, 7 Mei 2020 10:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Adik kandung Hanafi Rais, Mumtaz Rais, menyayangkan langkah sang kakak yang mundur dari PAN.
"Kedewasaan dalam berpolitik tidak ditunjukkan oleh saudaraku Hanafi Rais," kata Mumtaz secara tertulis, Kamis, 6 Mei 2020.
Mumtaz mengaitkan mundurnya Hanafi dengan Kongres V PAN di Kendari pada Februari 2020 yang dimenangkan Zulkifli Hasan. Menurut dia, semua pihak seharusnya arif dan bijaksana menyikapi hasil kongres tersebut.
Menantu Zulkifli Hasan ini mengatakan, Kongres V PAN itu sah dan memiliki legitimasi dengan selisih kemenangan 106 suara untuk Zulkifli. "Itu adalah kemenangan yang mutlak," katanya.
Mumtaz juga menyinggung peristiwa yang disebutnya insiden Pandean pada Februari 2020. Ia mengaku diusir dan dianiaya karena perbedaan sikap politik di Kongres PAN. Rumah Amien Rais di Yogyakarta berlokasi di kawasan Pandean ini.
Menurut Mumtaz, ia berbeda jalan dengan Hanafi dan saudaranya yang lain, yakni Hanum dan Tasniem Rais.
"Sikap 'baper politik' yang dipertontonkan oleh Hanafi Rais serta adik-adiknya yakni Hanum Rais dan Tasniem Rais, tidak akan berpengaruh sama sekali kepada saya Mumtaz Rais," kata Mumtaz.
Mumtaz mengatakan mundurnya Hanafi bisa jadi adalah strategi untuk ancang-ancang menghadapi kontestasi Pilkada. Dia mengaku mendengar kabar dari Yogyakarta bahwa Hanafi ingin maju sebagai calon kepala daerah Sleman atau Gunung Kidul.
Namun, Mumtaz juga menduga adanya kemungkinan Hanafi mundur untuk fokus menjalani hari-hari sebagai akademisi dan mendekatkan diri dengan keluarga. "Mengambil dan menyelesaikan program doktoral di luar negeri adalah sebuah keniscayaan."
Hanafi Rais sebelumnya menyatakan mundur dari PAN dan anggota DPR. Surat pengunduran diri tertanggal 5 Mei 2020 itu diteken di atas meterai.
Hanafi menyatakan ia tak melihat PAN ke arah perbaikan setelah Kongres V yang ricuh dan mencoreng martabat partai. Ia juga menyinggung sikap PAN yang cenderung konformis terhadap kekuasaan.