Intoleransi Masih Ada, SETARA Minta SKB Rumah Ibadah Direvisi

Reporter

Egi Adyatama

Editor

Juli Hantoro

Sabtu, 21 Desember 2019 14:40 WIB

Wakil Ketua SETARA Institute Bonar Tigor Naipospos, saat diskusi di Kantor SETARA Institute, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Desember 2019. Tempo/Egi Adyatama

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari SETARA Institute Bonar Tigor Naipospos menilai intoleransi antar umat beragama masih menjadi problem dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Salah satunya tercermin saat pendirian rumah ibadah, pelaksanaan ibadah secara bersama-sama, hingga persoalan ibadah dan perayaan Natal.

Tigor menyoroti aturan pembangunan rumah ibadah yang diatur dalam surat keputusan bersama (SKB) dua Menteri, yakni Menteri Dalam Negeri M. Ma`ruf dan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni dan Peraturan Bersama Menteri Agama Nomor 9 Tahun 2006 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2006.

"Memang sudah ada peraturan bersama dua menteri, tapi tetap masih ada diskriminasi, khususnya tentang pendirian rumah ibadah. Karena itu dalam pelaksanaannya sangat birokratis," ujar Tigor dalam diskusi di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Desember 2019.

Tigor mengatakan SKB dua Menteri ini merupakan upaya pemerintah pusat dalam mendorong kerukunan di masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya, justru syarat yang diajukan terlalu berat. Persyaratan seperti jumlah pengguna rumah ibadah yang minimal 90 orang, harus mendapat persetujan dari tingkat RT hingga kelurahan, hingga rekomendasi dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), justru menjadi penghambat berdirinya rumah ibadah baru.

"Di tiap tahapan itu selalu ada problem. Meski sudah 90 orang, tapi kalau camatnya enggak setuju, ya enggak jadi. Bahkan FKUB pun kadang menjadi penghambat," kata Tigor.

Advertising
Advertising

Hal ini kemudian diperparah dengan pemerintah daerah yang cenderung lebih mendukung warga mayoritas di suatu daerah. Tigor menilai hal ini karena pimpinan daerah lebih mendahulukan kepentingan elektoral dirinya, dibanding memperjuangkan hak seluruh warga untuk beragama.

"Mereka cenderung membuat kebijakan yang lebih mengakomodir kelompok besar yang ada di sana, dengan argumen menjaga keamanan dan ketertiban," kata dia.

SETARA bersama dengan PUSAKA Foundation Padang, belakangan menemukan adanya kasus pelarangan ibadah bagi warga minoritas di Sumatera Barat. Menjelang Hari Natal, Jemaat Gereja Betel Indonesia (GBI) Bukittinggi yang berjumlah sekitar 500 orang, berdasarkan temuan PUSAKA, dilarang merayakan natal di Hotel Pusako Bukittinggi.

Program manager Badan Pengurus PUSAKA Foundation Padang, Sudarto, mengatakan hotel itu awalnya dipilih karena tak ada gereja yang dibangun di lokasi terdekat. Setelah mendapat sorotan media massa, pemerintah daerah membantah hal ini.

Meski tetap berkukuh tak mengizinkan perayaan di hotel, mereka akhirnya memberi sedikit solusi. "Mereka (jemaah) dipinjami mobil untuk ibadah, mereka akhirnya merayakan natal di stasiun Sawahlunto, yang jaraknya 130 kilometer dari tempat mereka," kata Sudarto.

Berita terkait

SETARA Institute Minta Polda Metro Jaya Terapkan Restorative Justice atas Laporan Penistaan Agama oleh Gilbert Lumoindong:

3 hari lalu

SETARA Institute Minta Polda Metro Jaya Terapkan Restorative Justice atas Laporan Penistaan Agama oleh Gilbert Lumoindong:

Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasan menyebut seharusnya polisi mengabaikan dan tidak menindaklanjuti laporan terhadap Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

SETARA Minta Warga tidak Beri Cap Sesat pada Jemaah Masjid Aolia yang Idul Fitri Lebih Awal

19 hari lalu

SETARA Minta Warga tidak Beri Cap Sesat pada Jemaah Masjid Aolia yang Idul Fitri Lebih Awal

Jemaah Masjid Aolia yang menetapkan Idul Fitri lebih awal harus dilihat dalam perspektif UUD Tahun 1945 yang menjamin kebebasan beribadah

Baca Selengkapnya

SETARA Institute: Jemaah Masjid Aolia Punya Hak untuk Beribadah Sesuai dengan Keyakinannya

19 hari lalu

SETARA Institute: Jemaah Masjid Aolia Punya Hak untuk Beribadah Sesuai dengan Keyakinannya

Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul merayakan hari raya Idul Fitri pada Jumat, 5 April 2024, lebih cepat dari putusan pemerintah RI.

Baca Selengkapnya

Setara Institute Sebut RPP Manajemen ASN Berpotensi Mengulang Praktik Dwifungsi ABRI

41 hari lalu

Setara Institute Sebut RPP Manajemen ASN Berpotensi Mengulang Praktik Dwifungsi ABRI

SETARA Institute menilai RPP Manajemen ASN ini mengkhianati amanat Reformasi 1998 yang menghapus Dwifungsi ABRI.

Baca Selengkapnya

SETARA Institute Berikan 4 Catatan soal RPP Manajemen ASN, Singgung Komitmen Reformasi TNI-Polri

42 hari lalu

SETARA Institute Berikan 4 Catatan soal RPP Manajemen ASN, Singgung Komitmen Reformasi TNI-Polri

SETARA Institute minta penyusunan RPP ASN tidak didorong untuk membuka TNI-Polri mengokupasi jabatan pemerintahan yang jadi tugas dan fungsi ASN.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

42 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Diserbu Kritikan Buntut Berikan Prabowo Gelar Jenderal TNI Kehormatan, KontraS: Gelar yang Tidak Pantas

57 hari lalu

Jokowi Diserbu Kritikan Buntut Berikan Prabowo Gelar Jenderal TNI Kehormatan, KontraS: Gelar yang Tidak Pantas

Sejumlah protes dan kritikan datang dari berbagai kalangan usai Jokowi memberikan gelar Jenderal TNI Kehormatan kepada Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Pro-Kontra Rencana Menag Yaqut Cholil Qoumas Soal KUA untuk Pernikahan Semua Agama

59 hari lalu

Pro-Kontra Rencana Menag Yaqut Cholil Qoumas Soal KUA untuk Pernikahan Semua Agama

Perdebatan rancangan KUA untuk pernikahan semua agama yang diajukan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Ini pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?

27 Februari 2024

Soal Rencana KUA Jadi Tempat Pernikahan Semua Agama, Apa Kata SETARA Institute?

Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, mengatakan rencana KUA jadi tempat pernikah semua agama harus dituangkan dalam PP atau Perpres.

Baca Selengkapnya

Bedakan Alergi dan Intoleransi Makanan pada Anak agar Tak Kurang Gizi

24 Januari 2024

Bedakan Alergi dan Intoleransi Makanan pada Anak agar Tak Kurang Gizi

Para ibu diminta tak menyamakan alergi dan intoleransi pada anak karena meski mirip, keduanya berbeda, agar anak tidak kurang gizi.

Baca Selengkapnya