Plt Kepala BPIP: Rukun dan Toleran Tak Cukup Jadikan Bangsa Maju

Reporter

Antara

Editor

Purwanto

Minggu, 1 Desember 2019 14:40 WIB

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri, dan Plt. Kepala BPIP Hariyono melakukan penandatanganan MoU tentang pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, 20 Mei 2019. Tempo/Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono menyatakan untuk menjadi bangsa yang maju tak cukup dengan hidup rukun dan toleran.

"Ciri orang Pancasilais adalah rukun toleran tetapi tak mungkin kita bisa menjadi bangsa berdaulat bangsa yang makmur kalau cuma sekadar rukun, sekadar toleran, kita harus mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi," ucap Hariyono.

Hal tersebut dikatakannya dalam kegiatan "Sosialisasi Pancasila kepada Pendidik sebagai Upaya Mencegah Benih-Benih Intoleransi, Terorisme, dan Radikalisme di Kalangan Pemuda" di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa untuk bisa memajukan bangsa harus ada kreativitas, inovasi, dan prestasi.

"Sekarang untuk bisa memajukan harus ada kreativitas, inovasi, prestasi. Tanpa ada inovasi tanpa ada prestasi lalu apa yang dibanggakan," kata Hariyono.

Selain itu, ia juga meminta agar guru-guru yang mengajar tentang Pancasila juga bisa memahami ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Selama ini, guru-guru Pancasila seolah-olah ilmu pengetahuan dan teknologi bukan bidangnya, Jangan sampai nanti guru-guru Pancasila seolah-olah tidak nyambung kalau diajak ngomong revolusi industri 4.0 Justru, sebetulnya guru-guru Pancasila itu lah yang membawa bangsa kita ini menjadi bangsa yang maju, adil, dan makmur," tuturnya.

Dalam kegiatan tersebut, Hariyono juga menekankan bahwa kebanggaan nasional selalu terkait dengan Pancasila.

"Kita ambil contoh saja apakah atlet kita kalau ikut lomba bisa menjadikan lagu Indonesia Raya dinyanyikan kalau dia tidak juara. Sekarang bapak ibu coba kemarin (tim sepak bola SEA Games 2019) Indonesia menang 2-0 Thailand kemudian dengan Singapura 2-0. Bapak ibu bangga tidak?," ucap Hariyono kepada peserta kegiatan.

Menurut dia, kemenangan Indonesia tersebut bisa menimbulkan suatu kebanggaan nasional. Namun jika kalah, kata dia, kita tetap berusaha untuk tidak mengeluh dan menyerah.

"Ini artinya apa Bapak Ibu ketika kita bicara Pancasila, selalu terkait dengan kebanggaan nasional sehingga walaupun bangsanya kalah kita tetap berusaha untuk menutupi kekurangan kekalahan itu agar kita tidak mengeluh dan menyerah tetapi kita tetap optimis," kata dia.

Ia pun mencontohkan Amerika Serikat yang mengalami kekalahan saat Perang Vietnam.

"Contoh, Amerika itu di Vietnam kalah tetapi kalau lihat film Rambo menang, ini contoh. Bangsa Amerika yang sebesar itu pun tidak memaparkan sejarah apa adanya, dia ingin melihat prospek ke depan," ujar Hariyono.

Demikian juga, kata dia, yang dilakukan Jepang bahwa tidak ada penjajahan melainkan mengembangkan peradaban.

"Jepang juga demikian, di buku-buku teks pelajaran sejarah Jepang, tidak ada Jepang menjajah itu, tidak ada. Yang dilakukan adalah mengembangkan peradaban Jepang," ujar Hariyono.

ANTARA

Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

2 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

28 hari lalu

Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

Menurut Haedar, maklumat yang disampaikan Muhammadiyah lebih awal tak bermaksud mendahului pihak tertentu dalam penentuan Idulfitri.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

35 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

5 Maret 2024

Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

Hal itu dilakukan setelah turunnya peringkat Kota Solo sebagai kota paling toleran di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

10 Februari 2024

Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

Tradisi tuk panjang biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah orang paling tua, tetapi di Semarang dilakukan di jalanan menjelang Imlek.

Baca Selengkapnya

Mahfud Md Bicara Toleransi: Sejak Kecil Orang Indonesia Sudah Biasa dengan Perbedaan

15 Januari 2024

Mahfud Md Bicara Toleransi: Sejak Kecil Orang Indonesia Sudah Biasa dengan Perbedaan

Mahfud Md menyebut sejatinya soal kerukunan, kesamaan kedudukan hukum, antarumat beragama sudah selesai sejak lama.

Baca Selengkapnya

Mengaku Punya Teman Pendeta, Mahfud Md: Dia Antar Saya ke Masjid

4 Januari 2024

Mengaku Punya Teman Pendeta, Mahfud Md: Dia Antar Saya ke Masjid

Mahfud Md membagikan kisah persahabatannya dengan seorang pendeta di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Megawati ke Vatikan dan Bertemu Paus Fransiskus, BPIP: Bagian dari Diplomasi Pancasila

20 Desember 2023

Megawati ke Vatikan dan Bertemu Paus Fransiskus, BPIP: Bagian dari Diplomasi Pancasila

BPIP mengatakan kunjungan Megawati Soekarnoputri ke Vatikan dan bertemu Paus Fransiskus adalah bagian dari diplomasi Pancasila.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Merayakan Keberagaman dan Hak Asasi di Singkawang

20 Oktober 2023

Merayakan Keberagaman dan Hak Asasi di Singkawang

Festival HAM 2023 digelar di Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Baca Selengkapnya