KontraS Evaluasi Komitmen Jokowi Tuntaskan Pelanggaran HAM

Senin, 21 Oktober 2019 17:24 WIB

Sejumlah aktivis saat melakukan aksi kamisan ke-575 di depan Istana Negara, Jakarta, 21 Februari 2019. Dalam aksi tersebut mereka menolak kembalinya dwi fungsi Militer melalui penempatan TNI di Kementerian serta menuntut pemerintah menyelesaikan pelanggaran HAM berat masa lalu. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak punya komitmen menuntaskan persoalan HAM masa lalu.

Kepala Divisi Pemantauan Impunitas KontraS, Dimas Bagus, mengatakan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu yang dimaksud seperti tragedi Semanggi I, Semanggi II, penghilangan paksa 1997-1998, tragedi Talangsari Lampung, Tanjung Priok, dan tragedi 65.

"Enam kasus ini dalam 5 tahun tidak ada satupun langkah konkret presiden mewujudkan janji politiknya. Kami mencatat, kebijakan penuntasan HAM cenderung tidak sesuai Nawacita," kata Dimas di kantornya pada Senin, 21 Oktober 2019.

Dimas menjelaskan, pada tahun 2015, Nawacita itu diterjemahkan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno membuat tim rekonsiliasi nasional.

Tim itu bertujuan untuk melakukan penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu melalui pendekatan non yudisial. "Atau, tidak melegitimasi hasil penyelidikan komnas ham," katanya.

Tedjo Edhy dicopot 12 Agustus 2015. Jabatan Menkopolhukam lalu diberikan kepada Luhut Binsar Pandjaitan. Di bawah Luhut, Kemenkopolhukam membuat Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Jakarta pada 18 April 2016.

Dimas menjelaskan, simposium itu tidak berperespektif pada korban tragedi 65. Malahan, melegitimasi kekerasan terhadap korban yang dicap sebagai Partai Komunis Indonesia yang selama ini mendapat stigmatisasi. "Ini bertolak belakang dengan cita-cita keadilan penuntasan kasus seperti di Nawacita" katanya.

Pada Juli 2016, pucuk tertinggi Kemenkopolhukam diduduki oleh Wiranto. Pada masa transisinya, Wiranto langsung membuat Dewan Kerukunan Nasional (DKN). DKN itu menitikberatkan pada prosesi non yudisial dan rekonsiliasi.

"Bisa dianalisa bahwa rekonsiliasi ini sinonim dari cuci tangan karena tidak ada ruang partisipasi dan kontribusi korban dan keluarga korban untuk merumuskan kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah terkait pemulihan korban," ujar Dimas.

Dari tiga pimpinan Menkopolhukam, Dimas menilai DKN adalah kebijakan yang paling buruk. Hal ini karena DKN menggunakan perumpamaan kerukanan untuk melegitimasi dan menunjukkan rezim Jokowi ramah terhadap penuntasan pelanggaran HAM berat masa lalu.

"Namun sejatinya itu hanya pengalihan untuk mencuci beberapa dosa-dosa para terduga pelaku yang menempati jabatan publik," katanya.

Berita terkait

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

2 jam lalu

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

Terpopuler bisnis: Pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai karena karena diminta bayar Rp 26 juta, BTN didemo nasabah.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung

4 jam lalu

Presiden Jokowi Dorong Hilirisasi untuk Stabilkan Harga Jagung

Harga Jagung di tingkat petani anjlok saat panen raya. Presiden Jokowi mendorong hilirisasi untuk menstabilkan harga.

Baca Selengkapnya

Diperpanjang hingga 2061, Ini Kronologi Kontrak Freeport di Indonesia

14 jam lalu

Diperpanjang hingga 2061, Ini Kronologi Kontrak Freeport di Indonesia

Pemerintah memperpanjang kontrak PT Freeport Indonesia hingga 2061 setelah kontrak mereka berakhir pada 2041 dengan kompensasi penambahan saham 61%

Baca Selengkapnya

Gibran Sebut Siapkan Roadmap Soal Partai Politiknya ke Depan

14 jam lalu

Gibran Sebut Siapkan Roadmap Soal Partai Politiknya ke Depan

Gibran mengaku telah memiliki roadmap untuk partai politik yang dipilihnya setelah tak bergabung lagi dengan PDIP.

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

16 jam lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Kontrak Freeport Diperpanjang hingga 2061, Bahlil: Kita Kembalikan Milik Orang Indonesia

17 jam lalu

Kontrak Freeport Diperpanjang hingga 2061, Bahlil: Kita Kembalikan Milik Orang Indonesia

Pemerintah bakal memperpanjang kontrak PT Freeport hingga 2061. Menteri Bahlil Lahadalia klaim Freeport sudah jadi perusahaan milik Indonesia.

Baca Selengkapnya

Panen Jagung di Sumbawa, Presiden Tekankan Pentingnya Jaga Keseimbangan Harga

18 jam lalu

Panen Jagung di Sumbawa, Presiden Tekankan Pentingnya Jaga Keseimbangan Harga

Presiden Joko Widodo, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan harga baik ditingkat petani, pedagang maupun peternak

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024: Jokowi dan Nadiem Makarim Sampaikan Pesan Ini

18 jam lalu

Hardiknas 2024: Jokowi dan Nadiem Makarim Sampaikan Pesan Ini

Apa pesan Presiden Jokowi dan Mendikburistek Nadiem Makarim dalam peringatan Hardiknas 2024?

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

18 jam lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Respons BTN Atas Dugaan Raibnya Uang Nasabah

19 jam lalu

Terkini Bisnis: Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Respons BTN Atas Dugaan Raibnya Uang Nasabah

Presiden Joko Widodo alias Jokowi meresmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Selengkapnya