Melawan Intoleransi dengan Kebaya ala Kridha Dhari

Jumat, 16 Agustus 2019 16:32 WIB

Komunitas Gerakan Nasional #SelasaBerkebaya menari dalam kampanye berkebaya di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta, Selasa, 25 Juni 2019. Peserta gerakan ini memadupadankan atasan kebaya dengan bawahan kain dan celana panjang. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Bermula dari sebuah diskusi ringan dalam halal bihalal dengan komunitas Perempuan Berkebaya, komunitas Kridha Dhari lahir dengan salah satu semangatnya melawan intoleransi. Ketimbang melawannya lewat perdebatan agama, komunitas ini menggunakan pendekatan kebudayaan untuk menjunjung kebhinekaan.

"Kami enggak mau head to head (agama), karena akan saling berbantah-bantahan masalah prinsip. Tapi kami alihkan pada hal yang lain, lebih ke jati diri bangsa," kata Ketua Kridha Dhari Prescilla kepada Tempo, Senin, 12 Agustus 2019.

Salah satu program yang digagas Kridha Dhari adalah mengenakan kebaya di hari Selasa, atau Selasa Berkebaya. Bekerja sama dengan Komunitas Perempuan Berkebaya, Kridha Dhari mengajak wanita-wanita Indonesia untuk mengenal lebih dekat jati diri bangsa dan punya kebanggaan akan budayanya melalui kebaya.

Berbagai kasus intoleran yang terjadi belakangan ini menunjukkan intoleransi tumbuh subur di Indonesia. Sebut saja kasus penolakan pengurus Dusun Karet, Pleret Kabupaten Bantul pada warga non-muslim yang hendak mengontrak di dusun itu mendapat kecaman. Teranyar, Bupati Bantul yang mencabut izin gereja di sana.

Penelitian Setara Institute yang dirilis akhir tahun lalu juga menunjukkan ada 10 kota paling intoleran, yaitu Tanjung Balai, Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan, dan Sabang.

Advertising
Advertising

Komunitas Kridha Dhari dan masyarakat melakukan kampanye Selasa Berkebaya di Hotel JW Marriott, Jakarta, 13 Agustus 2019. Dok: Kridha Dhari

Menurut Cilla, kebaya merupakan jati diri bangsa zaman dahulu. Nenek moyang bangsa Indonesia dulunya tidak memakai baju. Mereka baru mengenal pakaian dengan kebaya yang memiliki makna sesuai tradisi di daerah masing-masing. "Makanya kita mau coba lagi angkat cara berpakaian perempuan Indonesia dengan berkebaya," katanya.

Selain Selasa Berkebaya, Kridha Dhari juga tengah mencanangkan Kamis Nusantara dimana pada hari Kamis, para pria bisa mengenakan sarung atau kain lilit songket ke kantornya, sedangkan para wanita bisa menggunakan baju tenun dan aksesoris nusantara.

Dewan Penasihat Kridha Dhari Agus Marsudi menuturkan, program-program yang dicanangkan komunitas bisa sekaligus memberdayakan masyarakat pedesaan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokalnya. Komunitas, kata Agus, juga membantu mereka dalam memasarkan hasil kegiatan.

Selasa Berkebaya mulai menjadi sebuah gerakan nasional pada 25 Juni 2019. Sejumlah pegiat budaya bersama masyarakat melakukan kampanye berkebaya di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta.

Mereka mengenakan berbagai jenis kebaya dengan gaya berbeda-beda. Ada yang memadukan kebaya dengan kain batik, celana kulot, rok pendek dan sneakers. “Kebaya itu siapapun bisa pakai, dari mana saja juga pakai kebaya. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia itu pakai kebaya. Nah, saya punya ide kenapa kita tidak membuat saja hari untuk berkebaya,” kata Rahmi Hidayati, Pendiri Komunitas Perempuan Berkebaya, saat ditemui di Stasiun MRT Dukuh Atas, Selasa 25 Juni 2019.

Rahmi Hidayati menambahkan latar belakang kebaya justru merupakan lambang melawan intoleransi. Kebaya, kata dia, sesuai dengan keberagaman Indonesia. “Kalau melihat sejarahnya kebaya, itu sama dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Siapa bilang kebaya itu tidak Islami? Kebaya itu Islami banget. Perempuan berhijab juga bisa pakai kebaya, yang tidak berhijab juga bisa,” ujarnya.

Berita terkait

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

47 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

Bedakan Alergi dan Intoleransi Makanan pada Anak agar Tak Kurang Gizi

24 Januari 2024

Bedakan Alergi dan Intoleransi Makanan pada Anak agar Tak Kurang Gizi

Para ibu diminta tak menyamakan alergi dan intoleransi pada anak karena meski mirip, keduanya berbeda, agar anak tidak kurang gizi.

Baca Selengkapnya

Catatan Akhir Tahun 2023, P2G Minta Kemendikbud Segera Atasi Tiga Dosa Pendidikan

1 Januari 2024

Catatan Akhir Tahun 2023, P2G Minta Kemendikbud Segera Atasi Tiga Dosa Pendidikan

Ada tiga dosa pendidikan yang perlu segera ditangani dan dituntaskan oleh Kemendikbud.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Teken MoU Kerja Sama dengan BNPT, Gibran: Tanggulangi Radikalisme, Terorisme, dan Intoleransi

20 September 2023

Teken MoU Kerja Sama dengan BNPT, Gibran: Tanggulangi Radikalisme, Terorisme, dan Intoleransi

Gibran mengemukakan Pemerintah Kota Solo memang sangat serius dalam penanggulangan masalah intoleransi dan radikalisme.

Baca Selengkapnya

Persiapan Gita Bahana Nusantara Tampil di Acara HUT RI dan Konser Kemerdekaan

11 Agustus 2023

Persiapan Gita Bahana Nusantara Tampil di Acara HUT RI dan Konser Kemerdekaan

Gita Bahana Nusantara sudah 20 tahun hadir dan berperan serta dalam acara-acara kenegaraan.

Baca Selengkapnya

Grace Natalie PSI Bertemu Gibran, Bahas Pilkada hingga soal Intoleransi

21 Juli 2023

Grace Natalie PSI Bertemu Gibran, Bahas Pilkada hingga soal Intoleransi

Grace Natalie mengemukakan pembicaraannya dengan Gibran dilaukan dengan santai sambil makan risol, roti dan ngeteh.

Baca Selengkapnya

Swatch Gugat Malaysia atas Penyitaan Arloji Edisi Peringatan LGBT

17 Juli 2023

Swatch Gugat Malaysia atas Penyitaan Arloji Edisi Peringatan LGBT

Pembuat jam tangan Swatch Group Swiss menggugat Pemerintah Malaysia karena menyita jam tangan berwarna pelangi edisi khusus merayakan hak-hak LGBT

Baca Selengkapnya

Sejumlah Aksi Intoleransi Pembakaran Al-Quran, Terbaru Dilakukan Salwan Momika di Swedia

30 Juni 2023

Sejumlah Aksi Intoleransi Pembakaran Al-Quran, Terbaru Dilakukan Salwan Momika di Swedia

Seorang pria asal Irak, Salwan Momika melakukan aksi intoleransi dengan merobek dan lakukan pembakaran Al-Quran di luar masjid di Stockholm, Swedia.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Pancasila, SETARA Institute Catat Intoleransi Remaja SMA Meningkat

1 Juni 2023

78 Tahun Pancasila, SETARA Institute Catat Intoleransi Remaja SMA Meningkat

Pancasila sering dikalahkan dalam berbagai kasus intoleransi dan secara umum pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB).

Baca Selengkapnya