Pengamat: Pernyataan Jokowi soal Kekuatan Koalisi Bersayap Makna
Reporter
Budiarti Utami Putri
Editor
Kukuh S. Wibowo
Minggu, 28 Juli 2019 16:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta-Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai presiden terpilih Joko Widodo terjebak di antara dua pendapat dalam koalisinya, menyusul dua pertemuan penting di Jalan Teuku Umar dan Gondangdia. Teuku Umar merujuk pada pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Sedangkan pertemuan Gondangdia merujuk pada forum empat ketua umum, yakni Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Pelaksana tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suharso Monoarfa, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasional Demokrat.
"Jokowi terjebak pada satu dilema yang cukup serius antara mazhab Gondangdia dan Teuku Umar, karena dua mazhab ini punya sikap berbeda dalam menyikapi orang ketiga, yaitu Gerindra," kata Adi ketika dihubungi, Ahad, 28 Juli 2019.
Analisa Adi dikemukakan menanggapi pernyataan Jokowi seusai acara pembubaran Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin pada Jumat lalu. Saat ditanya wartawan, Jokowi mengatakan bahwa bertambah atau tidaknya koalisi belum dibicarakan dengan para petinggi partai pengusungnya.
Menurut Jokowi, koalisi pemerintah sudah cukup kuat. "Kalau tanya kekuatan, sudah cukup," kata Jokowi di Restoran Seribu Rasa, Jakarta, Jumat, 26 Juli 2019.
Adi menyebut pernyataan Jokowi itu bersayap. Menurut dia, mantan Gubernur DKI Jakarta itu cenderung berhati-hati dalam melontarkan pernyataan politik. Adi menganggap Jokowi saat ini masih berada di tengah sembari mencermati perkembangan perbedaan pendapat antara Teuku Umar dan Gondangdia.
Di satu sisi Jokowi mengatakan bahwa koalisi pemerintah sudah kuat dan menguasai parlemen. "Tapi belum dibicarakan tentang koalisi selanjutnya. Jadi bersayap maknanya," kata Adi.
Dalam pertemuan di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem, Gondangdia, pada Senin, 22 Juli lalu, empat ketua umum partai koalisi Jokowi kompak menyatakan tak ingin ada pelebaran koalisi. Berselang dua hari, Megawati menggelar pertemuan dengan Prabowo di rumahnya di Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Seusai pertemuan, Megawati memberi sinyal membuka pintu kepada pasangannya di pemilihan presiden 2009 itu. Presiden kelima itu juga mempersilakan Prabowo berbicara langsung dengan Jokowi, sembari mengimbuhkan bahwa dia siap menemani atau menjadi penyampai pesan.