Pemerintah Bakal Lindungi Anak-anak WNI Eks Pendukung ISIS

Rabu, 10 Juli 2019 12:28 WIB

Sejumlah anggota kelompok militan ISIS dan keluarganya membawa barang-barang mereka saat menyerahkan diri kepada Pasukan Demokrat Suriah (SDF), di desa Baghouz, provinsi Deir Al Zor, Suriah, Selasa, 12 Maret 2019. Sikap menyerah anggota ISIS itu, menandakan semakin dekatnya kekalahan ISIS di Baghouz, Suriah. REUTERS/Rodi Said

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA), Nahar, mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait yang melakukan penilaian terhadap WNI bekas pendukung ISIS yang ada di Suriah perihal wacana pemulangan anak-anak Indonesia. Bila hasil penilaian menujukkan anak-anak tersebut tidak memiliki masalah, baik secara hukum, politik, kewarganegaraan, dan hubungan internasional, maka pihaknya akan melindunginya.

Baca: Pemerintah Diminta Tak Khawatir Pulangkan Eks Pendukung ISIS

"Kalau itu nanti menjadi kewajiban negara tentunya, kan, memang ada standard operating procedure. Salah satunya itu anak korban jaringan terorisme," kata Nahar saat dihubungi Tempo, Rabu, 10 Juli 2019.

Nahar menjelaskan negara akan memberikan jaminan pemenuhan hak-haknya sepanjang mereka masuk 15 kategori anak-anak yang butuh perlindungan khusus sesuai Pasal 59 ayat 2 Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. "Misalnya dia nggak tau apa-apa, orang tuanya yang ajak dia, lalu dia tidak terkait persoalan teknis terorisme. Dia murni sebagai korban," ucapnya.

Terkait jumlah anak-anak Indonesia yang ada di Suriah, Nahar mengaku belum menerima data pasti. Menurut dia, jumlahnya masih berubah-ubah. "Masih terus didalami, masih naik turun, angka resminya nanti dari Kementerian Luar Negeri. Saya informasi baru dari lisan jadi gak berani bicara. Harus tanya pastinya berapa," ujar Nahar.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, Majalah Tempo edisi 15 Juni 2019 mengungkapkan ratusan WNI bekas pendukung ISIS terkatung-katung di Suriah. Kepada Tempo, mereka meminta pemerintah Indonesia mau memulangkannya. Otoritas Kurdi bersedia memulangkan mereka asal ada permintaan resmi dari pemerintah Indonesia.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius berpendapat tidak ada salahnya memberikan kesempatan kedua, terutama kepada anak-anak simpatisan ISIS yang ingin kembali ke Indonesia. Ia berdalih anak-anak itu tidak berdosa.

Suhardi mengatakan jika membiarkan anak-anak ini terlunta-lunta, maka khawatir akan muncul dendam baru ketika mereka dewasa. Dendam karena merasa tidak mendapatkan keadilan dalam masyarakat.

Baca: BNPT Usul Bentuk Satgas Pemulangan WNI Eks Anggota ISIS

“Semua jangan dihadapi dengan kekerasan, karena akan menimbulkan dendam dan kekerasan-kekerasan yang baru,” kata Suhardi dalam diskusi di kantor Tempo, Rabu, 9 Juli 2019.

Berita terkait

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

1 hari lalu

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berikan Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan kepada 18 pengelola objek vital strategis dan transportasi di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

5 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

6 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

13 hari lalu

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

Remaja laki-laki berusia 16 tahun telah didakwa melakukan pelanggaran terorisme setelah menikam uskup gereja Asyur di Sydney saat kebaktian gereja.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

13 hari lalu

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

16 hari lalu

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) meminta Polri mewaspadai aktifnya sel terorisme di Indonesia saat konflik Timur Tengah memanas

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

25 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

25 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

34 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

35 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya