KontraS Kehabisan Kata Tagih Soal Tragedi Trisakti ke Jokowi

Reporter

Andita Rahma

Editor

Juli Hantoro

Minggu, 12 Mei 2019 14:35 WIB

Sejumlah mahasiswa Universitas Trisakti membentangkan spanduk saat menggelar aksi peringatan 20 tahun reformasi di depan Istana Negara, Jakarta, 14 April 2018. Aksi yang diikuti ribuan mahasiswa Universitas Trisakti itu merupakan puncak aksi peringatan 20 tahun reformasi untuk mengenang Tragedi Trisakti. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator KontraS, Yati Andriyani, mengaku sudah habis kata menagih penuntasan kasus Tragedi Trisakti kepada Presiden Joko Widodo. "Hampir habis kata sudah mengingatkan dan menagih kewajiban pemerintah dalam penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat, termasuk penyelesaian kasus Trisakti," kata dia saat dihubungi, Ahad, 12 Mei 2019.

Baca juga: 20 Tahun Reformasi: Tragedi Trisakti, Rusuh, dan Jalanan Sunyi

Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 atau 21 tahun silam. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak saat mahasiswa Trisakti berunjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Sementara itu, dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru. Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.

Namun hingga kini, pemerintah belum bisa mengungkap siapa dalang pembunuh keempat mahasiswa tersebut. Secara terang-terangan, Yati menilai pemerintah tidak berani mengusut kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu ini. "Gimana mau usut? Jaksa Agungnya terikat partai, Menkopolhukamnya diduga terkait kasus-kasus tersebut," kata dia.

Advertising
Advertising

Selain itu, Yati melihat Jokowi bukan hanya tak berani menyelesaikan perkara ini, tetapi juga tidak mengerti kasus. "Yang dipikirkan hanya menjaga stabilitas dan soliditas dukungan politik," ucap Yati.

Dia pun mendesak Jokowi untuk memilih Jaksa Agung, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, serta Menteri Hukum dan HAM yang bersih dari kepentingan para terduga pelaku pelanggaran HAM berat masa lalu untuk kabinetnya mendatang.

Baca juga: Tragedi Trisakti dan Cerita Diktat Bernoda Darah Hafidhin Royan

"Termasuk mereka harus orang-orang yang bersih dari cara berpikir dan bertindak ala orde baru," kata Yati. Sebab, ia melihat Jokowi telah gagal memenuhi janjinya dalam penuntasan kasus pelanggaran HAM berat di periode pertama. Untuk itu, jika Jokowi kembali terpilih menjadi presiden, maka masalah pelanggaran HAM berat ini harus menjadi prioritasnya.

Yati pun mengatakan bahwa seharusnya Jokowi tidak perlu takut jika benar ingin menuntaskan kasus-kasus yang mangkrak, termasuk Tragedi Trisakti ini. "Jika terpilih, periode kedua ini harusnya menjadi momen bagi Jokowi untuk bersih-bersih dari aktor dan pihak yang akan menyulitkannya menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu," ucap dia.

Berita terkait

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

53 hari lalu

58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru

Baca Selengkapnya

Reformasi Penyelesaian Sengketa Perjanjian Investasi Dibahas di Konferensi Tingkat Menteri ke-13 WTO

6 Maret 2024

Reformasi Penyelesaian Sengketa Perjanjian Investasi Dibahas di Konferensi Tingkat Menteri ke-13 WTO

Kemendag menyebut dalam Konferensi Tingkat Menteri ke-13 WTO membahas soal penyelesaian sengketa perjanjian investasi maupun banding.

Baca Selengkapnya

Solihin GP Berpulang, Menjadi Gubernur Jawa Barat di Usia 44 Tahun

6 Maret 2024

Solihin GP Berpulang, Menjadi Gubernur Jawa Barat di Usia 44 Tahun

Selain sempat menjadi orang kepercayaan Soeharto, Solihin GP berperan dalam Agresi Militer Belanda pada 1947. Ini karier militer dan politiknya.

Baca Selengkapnya

Muncul Petisi Jogja: Ingatkan Jokowi hingga Dukung Hak Angket DPR Selidiki Indikasi Pemilu Curang

6 Maret 2024

Muncul Petisi Jogja: Ingatkan Jokowi hingga Dukung Hak Angket DPR Selidiki Indikasi Pemilu Curang

Aksi unjuk rasa di Nol KM Jogja mendukung hak angket DPR untuk selidiki indikasi kecurangan pemilu. Berikut 3poin Petisi Jogja.

Baca Selengkapnya

Prabowo akan Naik Pangkat jadi Jenderal TNI, Ayah Korban Penghilangan Paksa: Kecewa Banget

28 Februari 2024

Prabowo akan Naik Pangkat jadi Jenderal TNI, Ayah Korban Penghilangan Paksa: Kecewa Banget

Presiden Jokowi bakal memberikan kenaikan pangkat kehormatan Jenderal TNI kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada Rabu, 28 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?

19 Februari 2024

Catatan Perolehan Suara Peserta Pemilu Pasca Reformasi, Siapa Jawaranya?

Pelaksanaan pemilu dalam era reformasi telah dilakukan enam kali, yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Komnas HAM kembali Periksa Prabowo yang Akui Kejar Aktivis 98

13 Februari 2024

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Komnas HAM kembali Periksa Prabowo yang Akui Kejar Aktivis 98

Koalisi Masyarakat Sipil mendesak Komnas HAM untuk kembali memeriksa Prabowo Subianto dalam kasus penghilangan paksa aktivis 97-98.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Paus Fransiskus, Presiden Argentina Bawakan Kue Kering dan Biskuit

12 Februari 2024

Kunjungi Paus Fransiskus, Presiden Argentina Bawakan Kue Kering dan Biskuit

Presiden Argentina Javier Milei membawa kue kering, biskuit dan hadiah-hadiah favorit Paus Fransiskus untuk memperbaiki hubungan

Baca Selengkapnya

Aksi Gejayan Memanggil Selamatkan Demokrasi: Jangan Diam, Lawan!

12 Februari 2024

Aksi Gejayan Memanggil Selamatkan Demokrasi: Jangan Diam, Lawan!

Hari ini, Senin, 12 Februari 2024, aksi Gejayan Memanggil hadir lagi di Yogyakarta. Berbagai kritik muncul, termasuk menjaga pemilu dari kecurangan.

Baca Selengkapnya

Sivitas Akademika Universitas Trisakti Kritik Jokowi Soal Etika dan Lahirnya Tirani, Berikut Sejarah Universitas Reformasi

11 Februari 2024

Sivitas Akademika Universitas Trisakti Kritik Jokowi Soal Etika dan Lahirnya Tirani, Berikut Sejarah Universitas Reformasi

Guru besar dan sivitas akademika Universitas Trisakti turun ke jalan kritisi Jokowi. Berikut sejarah universitas yang identik dengan gerakan reformasi

Baca Selengkapnya