Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tragedi Trisakti dan Cerita Diktat Bernoda Darah Hafidhin Royan

Reporter

Editor

Juli Hantoro

image-gnews
Suasana kamar Hafidhin Royan di rumahnya, Jalan Sirnagalih, Kota Bandung, 29 April 2018. Tempo/Caesar Akbar
Suasana kamar Hafidhin Royan di rumahnya, Jalan Sirnagalih, Kota Bandung, 29 April 2018. Tempo/Caesar Akbar
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kamar itu masih seperti 20 tahun lalu saat Tragedi Trisakti pecah. Buku-buku dan diktat kuliah Hafidhin Royan tersimpan rapi di lemari. Sunarmi Junus kemudian menunjuk satu buku yang terdapat noda berwarna coklat. “Itu buku terakhir yang dia bawa, warna coklat di diktat itu bercak darah,” ujar Sunarmi saat menemani Tempo melihat kamar anaknya di Jalan Sirnagalih, Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Hafidhin Royan adalah mahasiswa jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti yang gugur ditembus peluru aparat saat aksi unjuk rasa 12 Mei 1998 lalu.

Tragedi Trisakti itu memukul keluarga Sunarmi Junus.  Ayah Hafidhin, Enus Junus, menjadi orang yang sangat terpukul atas kematian anaknya yang ditembak aparat. Sebagai seorang pegawai negeri saat itu, Enus yang telah lama mengabdi pada negara harus menghadapi kenyataan pahit: Anaknya dibunuh justru oleh aparat negara.

Huda Nurjanti, kakak Hafidhin Royan berkisah, sejak Tragedi Trisakti yang menewaskan 4 mahasiswa termasuk sang adik, bapaknya itu kerap mengliping berita. Ia pun rajin merawat kamar anaknya. Semua barang milik anak lelaki satu-satunya di keluarga itu dia pajang.  "Awalnya, hanya untuk dinikmati oleh Bapak, hingga akhirnya tersebar dari mulut ke mulut oleh orang-orang," kata Huda.

Baca juga: 20 Tahun Reformasi: Halte 12 Mei Pengingat Tragedi Trisakti

Ibu Hafidhin Royan, Sunarmi Junus, 76 tahun di rumahnya, Jalan Sirnagalih, Kota Bandung, 29 April 2018. Tempo/Caesar Akbar

Kamar itu seperti bercerita tentang Tragedi Trisakti yang ikut menghilangkan nyawa Hafidhin Royan. Peristwa 20 tahun lalu itu terpatri dari foto-foto yang dipajang di sana. Sebuah pigura berisikan tulisan, “Perjuanganmu akan kami teruskan sampai titik darah penghabisan” terpampang di dinding berbaur dengan foto, lukisan, poster band, tempelan kucing Garfield, pajangan mobil Volkswagen, hingga piagam milik Hafidhin.

Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 lalu berawal dari unjuk rasa yang digelar kampus biru itu untuk menuntut reformasi. Kondisi negara yang saat itu sedang kritis dengan ekonomi yang hancur membuat mahasiswa turun ke jalan untuk menuntut pergantian rezim. Mahasiswa Trisakti yang turun ke jalan awalnya berunjuk rasa dengan damai. Mereka bahkan sempat membagikan bunga kepada polisi yang berjaga.

Tapi saat matahari tergelincir di sore hari, suasana tiba-tiba berubah chaos. Aparat keamanan menembakkan gas air mata dan peluru dari senjata laras panjangnya. Heru P Sanusi, dosen Universitas Trisakti ingat betul, bunyi desing peluru yang mengenai dinding kampus. Heru pun menjadi saksi kebrutalan aparat yang menewaskan mahasiswanya. Ia mengangkat tubuh seorang mahasiswa yang ditembak di bagian lehernya. Mahasisa itu kemudian diketahui sebagai Hendriawan Sie yang kuliah di Fakultas Ekonomi.

Hendriawan menjadi korban bersama Hafidhin Royan, Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto. Sunarmi meyakini Hafidhin Royan ditembak dengan peluru tajam. "Lubang masuknya sebesar 0,6 sentimeter. Saat dibalik, batang otaknya sampai tersembul," ujar ibu lima anak itu. Dia menyebut darah itu mengenai ransel Hafidhin sebelum membercaki buku-buku di dalamnya.

Pada saat Tragedi Trisakti terjadi, Sunarmi tengah berada di Jakarta karena Huda, kakak Hafidhin baru saja melahirkan. Ia mendengar peristiwa itu melalui telepon dari seorang mahasiswa Trisakti. Sunarmi kemudian meluncur ke Sumber Waras. Ia menemui anaknya telah terbujur kaku dengan luka tembak di kepala.

"Ibu yang lain sempat pingsan, alhamdulillah saya masih diberi kekuatan," tutur dia. Sunarmi sekeluarga akhirnya mengantar Hafidhin untuk dimakamkan di belakang rumahnya di Bandung pada Rabu, 13 Mei 1998 sekitar pukul 06.00 WIB. Sebelum itu, jenazah Hafidhin telah terlebih dahulu diotopsi dan disemayamkan di kampus Trisakti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wafatnya Hafidhin, kata Sunarmi, sangat memengaruhi suaminya. "Bapak dan Pak Bagus (ayah Elang Mulya) stres berat karena meninggalnya anak kita, itu sangat tampak," ujar dia. Hampir setiap menjelang tanggal 12 Mei sang suami selalu merasa tak tenang. Sebab, setiap tahunnya kenangan yang hampir dilupakan suaminya itu kembali tampak menjelang tanggal tersebut.

Bahkan, Sunarmi merasa peristiwa itu pun memengaruhi alam bawah sadar suaminya. "Pernah ketika kami sahur bersama, Bapak terus ngomong yang aneh-aneh, memanggil Royan," tutur dia. Beban pikiran itu, ujar Sunarmi, kemudian memengaruhi kesehatan suaminya hingga akhirnya sang suami meninggal di usianya yang ke 64 tahun pada 2006 lalu.

Selain sang suami, Sunarmi menuturkan kematian Hafidhin juga memengaruhi anak bungsunya, Hayyu Rakhmia, yang kala itu masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Atas. "Nilainya jadi banyak merahnya," kata dia. "Biasanya kalau enggak bisa itu minta diajarin hafidin pas dia pulang."

Setelah 20 tahun reformasi, kasus meninggalnya empat mahasiswa Trisakti masih menyisakan tanya. Pemerintah memang telah menghukum beberapa polisi yang saat itu bertugas. Namun hingga kini tak diketahui dari mana perintah penembakan itu berasal dan siapa pucuk pimpinan yang bertanggung jawab.

Sunarmi geram, karena berbagai rekomendasi yang dikeluarkan tim gabungan pencari fakta tragedy Trisakti tak ditindaklanjuti pemerintah. Harapan sempat timbul di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu orang tua korban Tragedi Trisakti diundang ke Istana untuk pemberian gelar pejuang reformasi.

Suasana Malam Gelora, yang memperingati 20 tahun Tragedi Trisakti di Kampus A, Grogol, Jakarta, 11 Mei 2018. TEMPO/Maria Fransisca Lahur.

Sunarmi mengatakan di sisa usianya, dia masih mengejar tanggung jawab negara atas kematian sang anak. Hingga kini pemerintahan Joko Widodo, Sunarmi tetap menagih janji presiden yang pada saat kampanye mengatakan akan menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu.

Baca juga: Prabowo Jenguk Ibunda Elang, Gerindra: Tak Terkait Trisakti

Sayang memang, orang yang diminta menangani masalah ini adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto. Sunarmi mengatakan Wiranto memang pernah mengajak bertemu para orang tua korban, namun saat itu ia tak bisa hadir. Menurut Sunarmi, Wiranto yang saat itu menjadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang juga membawahi Polri harusnya ikut bertanggung jawab. “Harusnya bertanggung jawab.”

Keinginan agar Wiranto bertanggung jawab atas Tragedi Trisakti juga diungkapkan Lasmiyati. Ibunda Heri Hartanto itu mengatakan saat bertemu dengan orang tua korban Wiranto berjanji akan membicarakan masalah Tragedi Trisakti ini dengan Presiden Jokowi. Janji tinggalah janji. Lasmiyati kini masih tetap menuntut pemerintah melaksanakan janjinya mengungkap dalang penembakan di Trisakti. “Harusnya negara bertanggung jawab,” kata dia sebelum berziarah ke makam anaknya di Tanah Kusir pada Rabu 9 Mei 2018 lalu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Peristiwa Besar Mengiringi Lengsernya Soeharto, Termasuk 14 Menteri Mundur Bersama-sama

27 Januari 2024

Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat. wikipedia.org
Peristiwa Besar Mengiringi Lengsernya Soeharto, Termasuk 14 Menteri Mundur Bersama-sama

Beberapa peristiwa besar libatkan Soeharto hingga proses lengsernya, pada 21 Mei 1998. Termasuk kerusuhan Mei 1998 dan 14 menteri mundur bersama-sama.


Profil Sumarsih Pencari Keadilan untuk Anaknya di Setiap Aksi Kamisan hingga 17 Tahun Ini

19 Januari 2024

Maria Catarina Sumarsih, ibunda dari Benardinus Realino Norma Irawan (Wawan) mahasiswa Universitas Atma Jaya yang tewas dalam peristiwa Semanggi I. TEMPO/Subekti
Profil Sumarsih Pencari Keadilan untuk Anaknya di Setiap Aksi Kamisan hingga 17 Tahun Ini

Kisah Sumarsih, pencari keadilan untuk putranya yang terbunuh pada Tragedi Semanggi I. Sumarsih salah seorang penggerak Aksi Kamisan.


Soal HAM Jadi Isu Debat Capres Cawapres, Ini 12 Pelanggaran HAM Berat yang Masih Ditagih ke Pemerintah

12 Desember 2023

Jaringan Solidaritas Korban untuk Kekerasan (JSKK) melakukan Aksi Kamisan di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis 4 Mei 2023. Aksi Kamisan ke-772 tersebut bertemakan 25 Tahun Reformasi Tegakan Supermasi Hukum dan HAM. Massa aksi menuntut pemerintah berkomitmen menegakan agenda reformasi dan amanat konstitusi. Menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat. Memenuhi hak-hak korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berat secara menyeluruh. TEMPO/Subekti.
Soal HAM Jadi Isu Debat Capres Cawapres, Ini 12 Pelanggaran HAM Berat yang Masih Ditagih ke Pemerintah

Masalah HAM menjadi isu debat capres cawapres Pemilu 2024 hari ini. Apa saja pelanggaran HAM berat yang masih jadi pekerjaan rumah pemerintah?


Benarkah Cita-cita 25 Tahun Reformasi Luntur di Era Jokowi?

15 Mei 2023

Presiden Joko Widodo alias Jokowi (ketiga kanan) menyapa peserta pada puncak acara Musyawarah Rakyat (Musra) di Istora Senayan, Jakarta, Ahad, 14 Mei 2023. Dalam acara tersebut Presiden Joko Widodo menerima tiga nama bakal calon presiden yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto serta empat nama bakal calon wakil presiden yakni Mahfud MD, Moeldoko, Arsyad Rasyid, dan Sandiaga Uno berdasarkan hasil Musra. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Benarkah Cita-cita 25 Tahun Reformasi Luntur di Era Jokowi?

Berbagai kasus pelanggaran ham berat masih banyak yang belum tuntas hingga 25 tahun reformasi. Kualitas demokratisasi juga jadi sorotan.


6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

12 Mei 2023

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?


Masih Ingat Tragedi Trisakti 25 Tahun Lalu? Begini Kejadian yang Menewaskan 4 Mahasiswa Universitas Trisakti

12 Mei 2023

Mahasiswa dengan foto korban tragedi Mei mengikuti Peringatan 18 Tahun Tragedi 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 2016. Kegiatan tersebut untuk mengenang kembali empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas dalam aksi memperjuangkan reformasi. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Masih Ingat Tragedi Trisakti 25 Tahun Lalu? Begini Kejadian yang Menewaskan 4 Mahasiswa Universitas Trisakti

Hari ini, 25 tahun silam, terjadi Tragedi Trisakti. Empat mahasiswa Universits Trisakri tewas dalam aksi demonstrasi menuntut reformasi. Siapa mereka?


Ini 9 Link Twibbon Reformasi, Download dan Upload

12 Mei 2023

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Ini 9 Link Twibbon Reformasi, Download dan Upload

Tepat 25 tahun lalu, terjadi Tragedi Trisakti yang menuntut reformasi pemerintahan. Peringati dengan unggah link twibbon reformasi ini.


9 Mei 1998 Lawatan Terakhir Soeharto ke Kairo Sebelum Lengser Didesak Aksi Reformasi

9 Mei 2023

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
9 Mei 1998 Lawatan Terakhir Soeharto ke Kairo Sebelum Lengser Didesak Aksi Reformasi

25 tahun silam atau 9 Mei 1998, Soeharto berkunjung ke Kairo, Mesir hadiri KTT G-13. Itu lawatan terakhirnya sebelum lengser desakan reformasi.


Mahfud MD Sebut Presiden Jokowi Segera Gelar Rapat Bahas Pemulihan Korban Pelanggaran HAM Berat

12 Januari 2023

Menkopolhukam Mahfud MD saat ditemui usai pelantikan Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin, 19 Desember 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Mahfud MD Sebut Presiden Jokowi Segera Gelar Rapat Bahas Pemulihan Korban Pelanggaran HAM Berat

Mahfud MD menyampaikan Presiden Jokowi segera menggelar rapat khusus guna memastikan pemulihan korban pelanggaran HAM berat efektif


Jokowi Akui 12 Kasus Pelanggaran HAM Berat, SETARA: Hanya Janji Politik, Mustahil Ada Terobosan

12 Januari 2023

Presiden Joko Widodo (tengah) memberikan keterangan terkait pelanggaran HAM masa lalu di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 11 Januari 2023. Pemerintah Indonesia mengakui terjadinya 12 pelanggaran HAM berat di masa lalu dan akan memulihkan hak-hak korban secara adil dan bijaksana tanpa menegasikan penyelesaian yudisial. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Jokowi Akui 12 Kasus Pelanggaran HAM Berat, SETARA: Hanya Janji Politik, Mustahil Ada Terobosan

SETARA Institute menilai pernyataan Presiden Jokowi adanya 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu hanyalah aksesori politik pemerintahannya.