Kontribusi Capai 20 Persen, Manufaktur Indonesia Duduki Posisi Ke-5 Dunia
Selasa, 16 April 2019 17:48 WIB
INFO NASIONAL - Saat ini, industri manufaktur mampu memberikan kontribusi kepada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 20 persen. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkap, capaian itu mengukuhkan posisi Indonesia pada peringkat kelima di antara negara G20.
Posisi Indonesia berada setelah China, dengan sumbangsih industri manufakturnya mencapai 29,3 persen, disusul Korea Selatan (27,6%), Jepang (21%) dan Jerman (20,7%). “Jika dilihat, rata-rata kontribusi manufaktur dunia saat ini sekitar 15,6 persen. Jadi, sudah tidak ada satu negara di manapun yang di atas 30 persen,” ujar Menperin di sela acara Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 di ICE BSD, Tangerang.
Lebih lanjut, dia membandingkan dengan era tahun 90-an ketika kontribusi manufaktur Indonesia yang saat itu menyentuh angka 30 persen, tetapi PDB Indonesia secara keseluruhan adalah US$ 95 miliar. “Nah, sekarang 20 persen itu dari 1000 triliun dolar AS. Jadi tentu magnitude-nya berbeda. Dulu sekitar 300 miliar dolar AS, saat ini skalanya sudah naik 10 kali,” tutur Airlangga.
Fakta menunjukkan, tidak tepat kalau Indonesia dikatakan sebagai negara yang mengalami deindustrialisasi. Apalagi saat ini Indonesia masuk dalam 16 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia. “Karena pertumbuhan ekonomi dan kontribusi industri kita bagus, maka Indonesia menjadi country partner di Hannover Messe pada tahun 2022,” ucapnya.
Indonesia menjadi negara Asean pertama yang dipercaya sebagai mitra resmi penyelenggaraan pameran teknologi manufaktur terbesar di dunia tersebut. Ini pun merupakan salah satu bentuk pengakuan Indonesia yang semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu kekuatan industri dunia.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengapresiasi kegiatan ekonomi yang dibina pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, yang sudah berjalan sangat baik. Selama ini sektor industri manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional. Dalam kurun empat tahun terakhir, rata-rata kontribusinya mencapai 21,30 persen.
Beberapa kinerja sektor manufaktur mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Misalnya, industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 9,49%, industri kulit dan alas kaki sebesar 9,42%, serta industri logam dasar mencapai 8,99%. Performa manufaktur Indonesia juga dapat dilihat dari PMI periode 2018 sampai Maret 2019 yang menyentuh di level 52,65 atau berada di atas angka 50, yang menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur sedang ekspansif.
Upaya untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur saat ini menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor ini yang memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan ekonomi Indonesia. Menteri Enggar juga mengatakan, industri dan perdagangan menjadi satu kesatuan untuk meningkatkan kontribusi di pasar global, tidak berjalan sendiri-sendiri.
“Dalam meningkatkan ekspor, kami membuka pasar baru dan meningkatkan perjanjian perdagangan, baik itu sederhana PTA sampai CEPA yang lebih komprehensif. Semula ada 13 jadi 16 termasuk me-review perjanjian yang ada.”
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menekankan sudah saatnya industri nasional perlu memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Perubahan-perubahan tersebut tidak lagi bisa ditolak, tetapi harus direbut peluang dan manfaat atas kemajuan teknologi terutama era industri 4.0, guna memajukan sektor manufaktur nasional agar berdaya saing global. “Sebab kemajuan teknologi telah mengubah segalanya, baik cara kita untuk berproduksi, berperilaku, hingga terhadap hubungan sosial,” ujarnya.
Sebagai informasi, sektor industri merupakan kontributor terbesar dalam penerimaan negara melalui setoran pajak yang mencapai Rp 363,60 triliun atau 30 persen dari total penerimaan pajak tahun 2018. Capaian ini meningkat 11,12 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, industri mampu menyumbang penerimaan cukai sebesar Rp 159,7 triliun.
Kemudian dari segi investasi, sektor industri penyumbang investasi terbesar dalam empat tahun terakhir (2014-2018) selalu yang tertinggi, yaitu sebesar 41,8 persen dari total realisasi investasi. Industri juga merupakan penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor Indonesia yang mencapai 72,2% atau US$ 130 miliar pada tahun 2018.
Selanjutnya, sektor industri memberikan peluang penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dari 15,54 juta orang pada 2015 menjadi 18,25 juta orang di 2018 atau tumbuh rata-rata 677 ribu orang per tahun. (*)