Jejak Kasus Bowo Sidik hingga Menyeret Golkar dan Nusron Wahid
Reporter
M Rosseno Aji
Editor
Rina Widiastuti
Rabu, 10 April 2019 06:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPR Bowo Sidik Pangarso menyeret Partai Golkar dan koleganya Nusron Wahid ke pusaran kasus suap kerja sama pengangkutan antara PT Pupuk Indonesia Logistik dan PT Humpuss Transportasi Kimia. Sebabnya, Bowo mengungkapkan bahwa perintah menyiapkan 400 ribu amplop berisi uang untuk dibagikan saat Pemilu 2019, datang dari Nusron dan Golkar.
Baca: Bowo Sidik: Saya Diminta Nusron Wahid Kumpulkan Uang untuk DPP
"Saya diminta oleh partai untuk menyiapkan 400 ribu, Nusron meminta saya untuk menyiapkan 400 ribu," kata Bowo di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa, 9 April 2019.
Bowo mengungkapkan hal itu seusai diperiksa penyidik di Gedung KPK. Sebelumnya, Bowo selalu irit bicara kepada awak media. Saat resmi ditahan oleh KPK pada 28 Maret 2019, dia bungkam ketika digelandang ke mobil tahanan. Begitu pula dalam beberapa kali kesempatan seusai pemeriksaan, ia hanya menjawab: enggak, enggak, apa pun pertanyaannya. Berikut adalah jejak kasus Bowo Sidik:
-Operasi Senyap untuk Bowo Sidik
KPK menangkap Bowo Sidik dalam sebuah operasi senyap yang digelar di Jakarta pada 27 Maret-28 Maret 2019. Awalnya, KPK menangkap Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti dan Karyawan PT Inersia, Indung di Gedung Granadi, Kuningan, Jakarta pada Rabu sore, 27 Maret 2019. Indung merupakan orang kepercayaan Bowo. KPK memperoleh informasi, Asty akan menyerahkan uang Rp 89,4 juta kepada Indung. Duit itu merupakan penerimaan ketujuh untuk Bowo Sidik. KPK turut mengamankan Head Legal PT HTK, Selo, Bagian Keuangan PT Inersia, Manto dan sopir Indung.
Setelah itu, tim penyidik KPK bergerak ke Apartemen Permata Hijau. Di sana, tim kesulitan masuk aparteman karena prosedur pengamanan. Kesempatan itu digunakan Bowo untuk kabur. Walhasil, tim hanya mengamankan sopir Bowo. Tim juga mengamankan seorang perempuan cantik di salah satu kamar, bernama Siesa Darubinta. Kehilangan Bowo di Permata Hijau, tim penyidik akhirnya meringkus Bowo di rumahnya di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan pada Rabu, 28 Maret 2019 pukul 02.00.
Baca: KPK: Butuh 1 Bulan Memasukkan Uang ke 400 Ribu Amplop Bowo Sidik
-Bowo Jadi Tersangka
KPK menetapkan Bowo menjadi tersangka suap terkait kerja sama pengangkutan pupuk milik PT Pupuk Indonesia dengan PT HTK. KPK menyangka Bowo membantu PT HTK untuk kembali memperoleh kontrak kerja sama pengangkutan pupuk dengan PT Pupuk Indonesia yang sebelumnya telah dihentikan. Atas jasanya, KPK menduga Bowo menerima suap US$ 2 untuk setiap metrik ton pupuk yang diangkut kapal milik PT HTK. KPK menduga Bowo sudah tujuh kali menerima suap dari PT HTK dengan jumlah sekitar Rp 1,5 miliar. KPK turut menetapkan Marketing Manager PT HTK Asty Wina sebagai tersangka pemberi suap, dan karyawan PT Inersia, Indung selaku perantara.<!--more-->
- KPK Sita 400 Ribu Amplop Serangan Fajar
Dalam rangkaian operasi senyap terhadap Bowo Sidik, KPK menyita 400 ribu amplop berisi uang pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu. Amplop tersebut disita dari 6 lemari besi di kantor PT Inersia di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan pada 28 Maret 2019. Setelah dikumpulkan, seluruh amplop itu dikemas dalam 82 kardus dan dua boks kontainer.
Baca: Buka 15 Ribu Amplop Bowo Sidik, KPK Temukan Rp 300 Juta
Diperkirakan seluruh duit dalam amplop berjumlah Rp 8 miliar. KPK menduga seluruh duit tersebut juga merupakan hasil tindak pidana korupsi, sebab Bowo tak cuma menerima duit dari Asty. Selain itu, KPK menduga Bowo akan membagi-bagikan amplop berisi uang itu pagi hari pencoblosan pemilu 17 April 2019 alias serangan fajar. Bowo merupakan calon legislatif inkumben dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah II.
-Terdapat Logo Jempol dalam Amplop
Isu keberadaan logo jempol dalam ratusan ribu amplop Bowo Sidik mencuat pertama kali saat konferensi penetapan tersangka kasus ini, pada Kamis, 28 Maret 2019. Saat itu, Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan membantah keberadaan logo jempol tersebut. Namun belakangan, KPK membenarkan keberadaan logo ibu jari tersebut. “Tidak ada nomor urut, yang ada adalah cap jempol di amplop tersebut,” kata juru bicara KPK, Febri Diansyah, Selasa, 2 April 2019.
Febri menuturkan logo itu ada di seluruh amplop dari 3 kardus yang sudah dibuka KPK. Febri mengatakan KPK akan membuka seluruh amplop untuk memastikan jumlah uang. Sejauh ini, kata dia, KPK menduga amplop tersebut dipakai untuk kepentingan pencalegan Bowo Sidik.
-Bowo Seret Golkar dan Nusron
Setelah beberapa kali bungkam, Bowo Sidik akhirnya buka suara setelah diperiksa penyidik pada Senin, 9 April 2019. Mengenakan rompi tahanan dan tangan terborgol di depan, Bowo mengatakan dia diperintah oleh partai dan Nusron Wahid untuk menyiapkan 400 ribu amplop.
Wartawan: Apa ada yang ingin disampaikan, Pak?
Bowo: Saya diminta oleh partai untuk menyiapkan 400 ribu ya, saya diminta Nusron Wahid untuk menyiapkan 400 ribu.
Wartawan: 400 ribu amplop ini disiapkan hanya untuk pileg atau juga pilpres?
Bowo: Yang jelas partai kami mendukung 01.
Nusron membantah telah memerintahkan Bowo Sidik untuk menyiapkan amplop serangan fajar. “Saya tidak pernah menyuruh, itu urusan masing-masing, saya punya strategis sendiri,” katanya.
Baca: Bowo Sidik Mengaku Disuruh Nusron, Golkar: Jangan Seret yang Lain
Sementara, Partai Golkar meminta Bowo Sidik tidak menyeret partai dan politikus partai beringin ke dalam kasus yang menjeratnya. “Selalu ada tendensi seorang yang kena OTT berusaha melibatkan pihak lain,” kata Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily.
M. ROSSENO AJI | ANDITA RAHMA