Wakil Ketua MPR Ajak Pemuka Agama Jadi Perekat Persatuan
Senin, 18 Maret 2019 13:21 WIB
INFO NASIONAL -- Wakil Ketua MPR Mahyudin menegaskan, bahwa Empat Pilar MPR merupakan alat pemersatu bangsa. Hal itu dikatakan Mahyudin di hadapan para pemuka agama yang datang dari MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan Matakin, saat Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tungga Ika, di Samarinda, Kalimantan Timur, 18 Maret 2019. Kegiatan yang digelar di Aula Kantor Gubernur Kalimantan Timur itu, menurutnya adalah upaya untuk menumbuhkan rasa persatuan.
Persatuan, menurut Mahyudin, sangat penting sebab bangsa ini dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda, bukan karena si penjajah merupakan bangsa yang hebat. Namun, hanya karena mereka bisa mengadudomba suku dan golongan yang ada di Indonesia.
Kejadian serupa saat ini disebut juga terjadi di Timur Tengah, di mana di antara bangsa Timur Tengah terjadi peperangan, padahal kawasan itu memiliki bahasa dan agama yang sama.
Adu domba terjadi menurut pria asal Kalimantan itu karena kawasan Timur Tengah kaya dengan sumber alam. "Timur Tengah diadudomba karena kaya minyak", ucapnya. "Dulu kita dijajah dan diincar bangsa-bangsa Eropa juga karena kaya dengan beragam sumber daya alam," katanya.
Kekayaan alam di Indonesia melimpah dan sangat potensial. Indonesia memiliki dua musim dengan sumber cahaya matahari sangat melimpah. "Sehingga setiap tahun kita bisa bercocok tanam," sebutnya.
Ini berbeda dengan Eropa yang memiliki 4 musim dan ketika musim dingin tiba mereka butuh batu bara untuk energi ekstra.
Bagi Mahyudin, bangsa Indonesia tak hanya kaya dengan sumber daya alam namun juga kaya akan keragaman suku, bahasa, agama, dan perbedaan lainnya. Untuk itulah ketika Indonesia merdeka, kemerdekaan itu merupakan jembatan emas untuk mengelola dan mempersatukan semua yang ada. "Bangsa ini didirikan bukan oleh satu golongan. Sehingga, bangsa ini untuk semua," tambahnya.
Tujuan kita merdeka, menurut alumni Universitas Lambung Mangkurat itu di antaranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan kesejahteraan umum. Namun, ia menyesalkan kondisi saat ini, di mana semua sibuk dan fokus pada masalah politik, Pemilu, dan demokrasi. Apalagi demokrasi yang ada lebih didominasi transaksional sehingga menjadi mahal. "Seolah-olah demokrasi menjadi tujuan, padahal (demokrasi) hanya sebagai sarana," paparnya.
Di tengah situasi politik yang bertebar hoax dan fitnah, Mahyudin mengajak para pemuka agama di Kalimantan Timur yang tergabung dalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), untuk menjadi pelopor persatuan. "Saya berharap pemuka agama menjadi perekat kerukunan," ujarnya.
Kalimantan Timur, tambah Mahyudin, adalah Indonesia mini. Semua agama, suku, dan bahasa ada, namun provinsi ini merupakan daerah yang damai.
Meski kerukunan ada, namun dirinya mengingatkan akan adanya ancaman dan tantangan. "Perbedaan merupakan potensi namun juga merupakan tantangan. Dengan sosialisasi kita harapkan persatuan di Kalimantan Timur akan semakin baik," kata Mahyudin.
Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, yang hadir dalam kesempatan itu menegaskan Empat Pilar MPR harus tertanam di jiwa masyarakat. Bangsa Indonesia, menurut Hadi, adalah bangsa yang luar biasa. Dengan keragaman yang ada, tetap bisa bersatu. Keragaman di Indonesia inilah yang menurutnya perlu dipelihara. "Banyak negara lain bubar tapi kita tetap bersatu. Keragaman tak boleh membuat kita pecah," ucap Hadi.(*)