5 Ucapan Kontroversial Jokowi Sepanjang 2018
Reporter
Ahmad Faiz Ibnu Sani
Editor
Rina Widiastuti
Sabtu, 29 Desember 2018 06:29 WIB
3. Politikus Sontoloyo
Saat membagikan sertifikat di Kebayoran Lama, Jakarta, pada 23 Oktober, Jokowi mengatakan banyak politikus sontoloyo di Indonesia. Ia meminta masyarakat hati-hati terhadap mereka yang termasuk dalam kategori ini. “Hati-hati banyak politikus baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo," ujarnya.
Baca: Jokowi Sebut Politikus Sontoloyo, Pengamat: Pertahanan Diri
Sebelum melontarkan pernyataan itu, Jokowi menjelaskan alasan pemerintah berencana mencairkan dana kelurahan tahun depan. Namun rencana ini dianggap bermuatan politis oleh sejumlah pihak, terutama kubu oposisi. Padahal, kata Jokowi, dana kelurahan ini ditujukan untuk kepentingan masyarakat di perkotaan setelah ada dana desa bagi penduduk pedesaan. Masyarakat bisa menggunakan dana kelurahan ini untuk memperbaiki jalan atau saluran air.
Belakangan Jokowi mengaku keceplosan mengatakan kata 'Sontoloyo'. "Saya enggak pernah pakai kata-kata itu, karena udah jengkel ya keluar. Saya sebetulnya bisa ngerem, tapi karena udah jengkel ya gimana," katanya saat membuka Pertemuan Pimpinan Gereja dan Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Kristen Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 24 Oktober 2018.
4. Politik Genderuwo
Usai melontarkan istilah sontoloyo, Jokowi melontarkan istilah politik genderuwo. Sama seperti sebelumnya, kata ‘genderuwo’ dipilih Jokowi untuk mengkritik tindakan sejumlah politikus.
Hal itu ia ungkapkan saat memberi sambutan dalam acara pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada 9 November 2018. Mantan Wali Kota Solo ini berpesan agar masyarakat tetap menjaga kerukunan meski nanti berbeda pilihan politik dan waspada dengan pengaruh dari politikus.
Jokowi mengatakan saat ini banyak politikus yang tidak beretika. Politikus model ini, kata dia, menyebarkan propaganda yang menakutkan kepada masyarakat.
"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya politik gerenderuwo, genderuwo, nakut-nakuti," kata Jokowi, Jumat, 9 November 2018.