Tsunami Selat Sunda Menyisakan Mobil-mobil yang Teronggok
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Juli Hantoro
Senin, 24 Desember 2018 01:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tak terhitung banyaknya mobil pribadi teronggok di pesisir Pantai Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung seusai tragedi tsunami Selat Sunda terjadi. Pada Ahad sore, 23 Desember 2018, badan mobil-mobil itu tampak rusak dan tak bertuan.
Baca juga: Tsunami Selat Sunda Terjang Pulau Legundi, Satu Orang Meninggal
Di sekitar pusat pariwisata Tanjung Lesung, puluhan mobil yang terempas ombak tsunami ini konon milik wisatawan. Menurut pantauan Tempo di lokasi, rata-rata kendaraan roda empat yang terlonggok tampak berpelat B atau berasal dari Jakarta dan sekitarnya.
Tempo mendapati sebuah mobil hitam terdampar di lahan kosong di Resor Batu Hiedeng. Sebagian kaca mobil itu tampak pecah. Namun, badan kendaraannya utuh sempurna.
"Mobil ini kayaknya milik keluarga. Enggak tahu orangnya ke mana, selamat atau tidak," kata anggota tim evakuasi korban dari Sekolah Relawan, Buyung, saat ditemui Tempo di Resor Batu Hiedeng, kawasan Tanjung Lesung, Banten, Ahad sore, 23 Desember 2018.
Di dalam mobil tersebut, terdapat sebuah kursi duduk bayi alias car seat. Letaknya di saf bangku kedua di belakang kursi sopir. Selembar selimut bayi turut tertinggal di bangku tambahan untuk bayi itu.
Di dalam mobil yang sama, sebuah papan nama yang menampilkan tulisan "Adel" teronggok di bangku sopir. Tulisan itu dilapisi plastik laminating.
Adapun kondisi bagian dalam mobil itu sudah penuh sampah dedaunan yang mulai membusuk. Ranting-ranting ini juga terlihat menusuk beberapa bagian jok.
Baca juga: Jokowi Perintahkan Jajarannya Tangani Tsunami Selat Sunda
Relawan dari berbagai organisasi, seperti Sekolah Relawan dan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU, masih mencoba menyisir korban pemilik mobil-mobil teronggok itu. Diprediksi, sejumlah pemiliknya belum ditemukan.
Tsunami Selat Sunda yang sebelumnya menggulung kawasan pesisir Tanjung Lesung, menyebabkan 222 orang meninggal. Sekitar 500 lebih orang terluka dan sejumlah korban lainnya dinyatakan hilang. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mensinyalir, tsunami disebabkan oleh longsor bawah laut yang disebabkan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.