Kevikepan Yogya: Ada Dua Peristiwa Sebelum Pemotongan Nisan Salib

Reporter

Syafiul Hadi

Editor

Amirullah

Rabu, 19 Desember 2018 20:08 WIB

Nisan berbentuk tanda salib yang dipotong di sebuah TPU Jambon, Yogyakarta. TEMPO/Pribadi Wicaksonoi

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Kevikepan Yogyakarta menanggapi soal pemotongan nisan salib yang terjadi Kotagede, Yogyakarta. Ketua KKPKC Kevikepan Yogya, Sumaryoto, menyebut sudah ada dua peristiwa kekerasan lain sebelum kasus pemotongan salib makam Albertus Slamet Sugiardi.

Baca: Nisan Jemaat Tak Boleh Pakai Tanda Salib, Gereja Kotagede Pasrah

"Peristiwa sebelumnya ini sudah sampai pada bentuk kekerasan fisik," ujar Sumaryoto dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 19 Desember 2018. Namun, Sumaryoto tak merinci lebih jauh soal dua peristiwa tersebut.

Makam Albertus Slamet Sugiardi di pemakaman Jambon, RT 53 RW 13, Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta dipotong tanda salibnya dengan cara digergaji karena desakan warga kampung itu. Akibatnya, nisan itu membentuk huruf T.

Sumaryoto mengatakan ada intimidasi yang dilakukan sekelompok orang saat pemakaman Albertus. Intimidasi ini, kata dia, datang dari sekelompok warga dan pendatang luar. "Sekelompok orang pendatang dengan dukungan luar yang memberi tekanan fisik dan psikis secara langsung maupun tidak langsung melalui sebagian warga," katanya.

Advertising
Advertising

Baca: Soal Pemotongan Salib, Sultan HB X Bantah Yogyakarta Tak Toleran

Sebelumnya, Sumaryoto menuturkan warga kampung berhubungan baik dengan Albertus dan keluarga. Sebab, kata dia, Albertus merupakan aktivis kampung dan istrinya adalah ketua organisasi perempuan di daerah tersebut. "Ini membuat spontanitas dukungan warga kampung pada saat persiapan dan penyemayaman jenazah berjalan dengan baik," ucapnya.

Menurut Sumaryoto tak ada masalah soal pemakaman Albertus oleh warga kampung hingga adanya intimidasi dari sekelompok orang tersebut. Selain itu, dia mengatakan makam tempat Albertus disemayamkan merupakan pemakaman umum. "Sejauh pelacakan tim di lapangan, status makam pada saat terjadi pemakaman adalah makam umum," tuturnya.

Atas kejadian ini, Sumaryoto meminta pemerintah dan kepolisian menindaklanjuti peristiwa ini. Dia menilai kasus ini merupakan pelanggaran terhadap kemanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat. "Kami meminta kepolisian melindungi keluarga korban dari segala bentuk tekanan dan ancaman fisik maupun psikis sehingga tetap dapat hidup berdampingan dengan baik dengan warga yang lain," katanya.

Berita terkait

Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

19 hari lalu

Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

Pemudik maupun wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi tak sedikit yang melewati jalur alternatif.

Baca Selengkapnya

Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

19 hari lalu

Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

Pemerintah Kota Yogyakarta mengantisipasi aksi nuthuk harga dengan membuka kanal aduan melalui media sosial.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

23 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mudik ke Yogyakarta, Ketahui Jalur Utama dan Alternatif untuk Antisipasi Kemacetan

37 hari lalu

Mudik ke Yogyakarta, Ketahui Jalur Utama dan Alternatif untuk Antisipasi Kemacetan

Yogyakarta memiliki empat jalur yang utama sedangkan jalur alternatif ada tujuh, bisa digunakan pemudik saat libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Sepotong Yogya di Belantara Jakarta

43 hari lalu

Sepotong Yogya di Belantara Jakarta

Sejumlah restoran serta kedai kopi di Jakarta dan sekitarnya menyuguhkan tema ala Yogyakarta untuk nostalgia. Menu mirip kuliner di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Adik Habib Hasan bin Jafar Assegaf Ungkap Alasan Almarhum Dimakamkan di Kaki Pusara Ibunda

52 hari lalu

Adik Habib Hasan bin Jafar Assegaf Ungkap Alasan Almarhum Dimakamkan di Kaki Pusara Ibunda

Habib Abdullah adik kandung Habib Hasan bin Jafar Assegaf ungkap alasan almarhum dimakamkan di kaki pusara ibundanya di komplek Masjid.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

59 hari lalu

Sambut Ramadan, Ada Pasar Kuliner Jadul Selama Tiga Hari di Halaman Polda DI Yogyakarta

Wiwitan Pasa di Yogyakarta menyuguhkan Pasar Kangen, semacam pasar tradisional dengan beragam kuliner jadul dan panggung hiburan.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

6 Maret 2024

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Makam Putra Sultan Agung Berjuluk Sunan Amangkurat I di Tegal, Tepatnya di Mana?

22 Februari 2024

Makam Putra Sultan Agung Berjuluk Sunan Amangkurat I di Tegal, Tepatnya di Mana?

Makam putra mahkota Sultan Agung yaitu Sunan Amangkurat I berada di Tegal. Bagaimana menuju ke sana?

Baca Selengkapnya