Pernyataan Blunder Jokowi, dari Sontoloyo sampai Tabok PKI
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Rina Widiastuti
Sabtu, 24 November 2018 11:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan-pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, belakangan agak berbeda. Jokowi mengeluarkan sejumlah istilah yang tak biasa, seperti sontoloyo, genderuwo, sampai akan menabok penyebar hoaks Jokowi simpatisan Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Baca: Di Dua Momen Ini Jokowi Curhat Kerap Dikaitkan dengan PKI
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Shadzily mengatakan, beberapa ucapan Jokowi tersebut bukan asal nyinyir bicara tanpa mempertimbangkan efek elektoral terhadap dirinya. "Sudah diukur sedemikian rupa. Pak Jokowi kan jago soal begituan," kata Ace saat ditemui Tempo di bilangan Menteng, Jakarta pada Senin, 12 November 2018.
Berikut ini tiga blunder pernyataan Jokowi.
1. Politikus Sontoloyo
Presiden Jokowi mengatakan banyak politikus sontoloyo di Indonesia. Ia meminta masyarakat berhati-hati terhadap mereka yang masuk kategori ini. "Hati-hati banyak politikus baik-baik tapi banyak juga politikus sontoloyo," kata Jokowi saat membagikan sertifikat tanah untuk rakyat di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa, 23 Oktober 2018.
Sebelum melontarkan pernyataan itu, Jokowi menjelaskan alasan pemerintah berencana mencairkan dana kelurahan tahun depan. Namun rencana ini oleh sejumlah pihak terutama kubu oposisi dinilai politis.
Padahal, kata Jokowi, dana kelurahan ini ditujukan untuk kepentingan masyarakat di perkotaan setelah ada dana desa bagi penduduk pedesaan. Masyarakat bisa menggunakan dana kelurahan ini untuk memperbaiki jalan atau saluran air. "Kok jadi ramai. Kami semua ingin agar untuk rakyat jangan dihubungkan dengan politik," tuturnya.
2. Politik Genderuwo
<!--more-->
2. Politik Genderuwo
Seusai melontarkan istilah politikus sontoloyo, Jokowi menyindir aksi para politikus yang gemar menyebar propaganda menakutkan. Jokowi menyebut cara politikus tersebut sebagai politik genderuwo. "Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwa," ujar Jokowi, Jumat, 9 November 2018.
Baca: Pidato Lengkap Jokowi Soal Politikus Genderuwo
Dalam mitos Jawa, Genderuwo adalah sejenis makhluk halus berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan menakutkan. Menurut Jokowi, saat ini banyak politikus yang sering melontarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan, seperti genderuwo itu. Cara berpolitik semacam itu, kata Jokowi, bukanlah cara berpolitik yang beretika, karena masyarakat digiring ke arah ketidakpastian dan ketakutan sehingga terkesan kondisi Indonesia mencekam.
3. Tabok Penyebar Hoaks PKI
Jokowi mengungkapkan ada 6 persen masyarakat atau 9 juta orang Indonesia yang percaya bahwa Jokowi adalah simpatisan PKI. Sudah empat tahun belakangan, Jokowi mengaku geram akan isu tersebut.
Baca: Alasan Jokowi Ingin Tabok Penyebar Isu PKI
"Ini yang kadang-kadang, aduh, mau saya tabok, orangnya di mana, saya cari betul," kata Jokowi saat membagikan sertifikat tanah di Lampung Tengah, Lampung, Jumat, 23 November 2018.
Isu Jokowi PKI telah berembus sejak politikus PDIP itu maju dalam pemilihan presiden 2014. Sejak saat itu pula Jokowi selalu membantah bahwa dirinya simpatisan PKI. Menjelang pilpres 2019, Jokowi kembali gencar membantah isu dirinya simpatisan yang ternyata masih banyak dipercaya masyarakat.
"Saya ini lahir tahun 1961. PKI itu ada tahun 1965. Saya berusia empat tahun ketika itu. Masak ada anggota PKI balita? Ini kan nggak bener," kata Jokowi dalam berbagai forum.