Soal Politik Genderuwo, Gerindra Sebut Jokowi Panik
Reporter
Fikri Arigi
Editor
Amirullah
Jumat, 9 November 2018 15:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade menanggapi pidato Joko Widodo atau Jokowi di Tegal soal politik genderuwo. Menurut Andre, pernyataan ini adalah bentuk kepanikan Jokowi akibat angka dalam hasil survei yang tidak berkembang, dan ketakutan akan kalah pada pilpres 2019 mendatang.
Baca: Usai Sindir Politikus Sontoloyo, Jokowi Sebut Politik Genderuwo
"Beliau takut kalah karena survei beliau stuck, sehingga beliau menjadi sumber kegaduhan baru, dengan segala pernyataan beliau yang kontraproduktif ini," ujar Andre pada Tempo, Jumat, 9 November 2018.
Sepatutnya, kata Andre, untuk mengerek elektabilitas dan angka survei, Jokowi perlu segera memenuhi janji kepada rakyat. Sebaliknya, pernyataan politikus genderuwo justru dinilai kontraproduktif dan tidak diperlukan. Sebab, yang ditunggu adalah hasil kerja dan pemenuhan janji presiden.
Sebelumnya Jokowi menyindir aksi para politikus yang gemar menyebar propaganda menakutkan. Jokowi menyebut cara politikus tersebut sebagai politik genderuwo. Jokowi merujuk pada politikus yang saat ini banyak melontarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan, seperti halnya genderuwo.
Cara berpolitik semacam itu, kata Jokowi, bukanlah cara berpolitik yang beretika, karena masyarakat digiring ke arah ketidakpastian dan ketakutan sehingga terkesan kondisi Indonesia mencekam.
Baca: Jokowi Ucapkan Sontoloyo, Pakar Bahasa: Kerap Dipakai Orang Jadul
Dalam mitologi Jawa, Genderuwo adalah sejenis makhluk halus berwujud serupa manusia bertubuh tinggi besar dan berbulu lebat.
Adapun sebagai pihak oposisi, Andre mengatakan dirinya tak merasa melakukan politik genderuwo. Sebaliknya yang bisa melakukan itu, kata dia, justru pihak rezim yang berkuasa. "Kami tidak bisa nangkap orang, berbulan-bulan ditahan, habis itu dilepas, kan bukan kami," ucap dia.