Gusdurian: Kelompok Pengagum Pikiran Gus Dur yang Tak Berpolitik
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rina Widiastuti
Kamis, 27 September 2018 08:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid telah menentukan sikap politiknya untuk pemilihan presiden 2019. Putri mendiang Abdurahman Wahid atau Gus Dur ini mengumumkan mendukung pasangan presiden nomor urut 01, Joko Widodo dan Ma'aruf Amin.
Baca: Yenny Wahid Labuhkan Dukungan ke Jokowi - Ma'ruf di Pilpres 2019
Yenny menyampaikan dukungannya itu di rumah pergerakan Gus Dur di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu, 26 September 2018. "Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, dengan ini kami menyatakan mendukung pasangan nomor satu. Bismillah Presiden Jokowi akan kembali memimpin Indonesia," ujar Yenny saat itu.
Dukungan Yenny diprediksi ini akan menarik massa besar. Yenny bersama keluarganya memilik basis massa Nahdlatul Ulama (NU) yang kuat. Tak cuma kelompok NU, kelompok Gusdurian juga termasuk.
Politikus Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, yang berkoalisi dengan kubu Prabowo-Sandiaga, mengatakan dukungan Yenny amat diharapkan lantaran bakal memperkuat poros-poros dukungan Gusdurian di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Namun kalau keputusan Mbak Yenny demikian ya kami hormati," kata Dasco kepada Tempo pada Rabu sore, 26 September 2018.
Gusdurian memang diperhitungkan dalam kancah kontestasi pemilihan presiden. Namun, sesungguhnya jaringan komunitas dan individu pengagum pemikiran Gus Dur ini merupakan kelompok yang netral dan tidak mau terlibat politik praktis.
Baca: Alasan Yenny Wahid Dukung Jokowi: Sederhana Tapi Kaya dalam Karya
Melalui laman resminya, Gusdurian.net, Gusdurian mengunggah sejumlah artikel mengenai sikap mereka menjelang pilpres 2019. Sarjoko Wahid, penulis artikel itu, menegaskan bahwa Gusdurian tak akan menyeret gerakan kultural itu ke wilayah politik praktis.
Kegusaran terhadap pandangan Gusdurian dalam menghadapi pilpres 2019 ini juga dijawab putri pertama Gus Dur sekaligus Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid. Melalui akun Twitternya, Alissa mencuitkan pernyataan resmi.
"Jaringan @GUSDURians tetap istiqamah tidak berpolitik praktis. Orang-orangnya ya monggo menyalurkan hak politiknya sendiri. Tidak ada pengorganisasian via gusdurian," tulis Alissa.
Akun Twitter resmi Gusdurian, yakni @GUSDURians menuliskan gamblang pada informasi profilnya bahwa mereka merupakan gerakan sosial. "BUKAN POLITIK PRAKTIS," begitulah bunyi akun Twitter itu.
Baca: Yenny Wahid Ungkap Kesamaan Jokowi dengan Gus Dur
Gusdurian merupakan kelompok yang beranggotakan individu, komunitas, atau lembaga yang sama-sama memiliki pemikiran untuk meneruskan perjuangan Gus Dur. Fokus gerakan ini ialah pada isu-isu tertentu. Di antaranya ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, kearifan tradisi.
Kelompok Gusdurian ini kerap menamakan diri sebagai murid Gus Dur. Sedangkan Gusdurian yang memiliki keinginan untuk berpolitik praktis diberikan ruang sendiri, yakni melalui Barisan Kader (Barikade). Barikade ini dinakhodai oleh Yenny Wahid.