Dana Desa Juga untuk Mengantisipasi Potensi Kemiskinan di Kota
Jumat, 31 Agustus 2018 10:04 WIB
INFO NASIONAL - Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Anwar Sanusi mengatakan digulirkannya dana desa tak hanya untuk mengatasi persoalan kemiskinan di desa. Menurut dia, program dana desa juga mengantisipasi potensi peningkatan angka kemiskinan di kota.
Hal tersebut disampaikannya setelah penandatanganan kerja sama (MoU) antara Kementerian Desa dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten di kantor Kementerian Desa, Jakarta, Kamis, 30 Agustus 2018. “Potret urbanisasi, data dari statistik, sebanyak 1,2 persen setiap tahun. Sehingg, kalau tidak ada intervensi konkret, 2045 kita bisa estimasikan bahwa orang yang akan tinggal di desa hanya 35 persen,” ujarnya.
Ia mengatakan masyarakat desa yang melakukan urbanisasi tersebut mengadu nasib ke kota dengan bekal pengetahuan yang minim. Hal tersebut, menurut dia, akan berpotensi menambah jumlah angka kemiskinan di kota.
“Menurut saya, dihadirkannya Undang-Undang Desa, kemudian dengan disalurkannya dana desa adalah upaya optimal mengubah potret dan stigma negatif tentang desa. Kita buktikan desa adalah wilayah penuh harapan, sehingga yang awalnya orang ingin ke kota suatu saat justru orang kota yang ingin pergi ke desa,” ucapnya.
Anwar mengatakan jumlah dana desa yang bergulir sejak 2015 tak sedikit. Pada 2015, tercatat Rp 20 triliun, 2016 sebesar Rp 46,9 triliun, 2017 Rp 60 triliun, dan 2018 Rp 60 triliun. Rencananya, pada 2019, dana desa akan meningkat menjadi Rp 73 triliun. “Tahun depan, dana desa akan ditingkatkan menjadi Rp 73 triliun. Dengan begitu, dana desa yang digulirkan selama lima tahun jumlahnya cukup besar, yakni Rp 260 triliun,” tuturnya.
Ia meyakini dana desa mampu memberikan perubahan wajah yang konkret bagi desa. Menurut dia, dana desa akan mampu mengubah stigma desa yang dianggap sebagai daerah miskin.
“Suatu saat (kalimat) wong ndeso (orang desa) akan menjadi atribut yang prestigious (bergengsi). Kalau sekarang, alah wong ndeso, suatu saat akan berbalik, alah wong kuto (orang kota),” katanya, bercanda. (*)