Menolak Neno Warisman Seperti Melarang Emak-Emak Berpolitik
Reporter
Ryan Dwiky Anggriawan
Editor
Syailendra Persada
Minggu, 26 Agustus 2018 10:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis Muhammadiyah, Aisyah Ulfa Syafii, mengatakan penolakan terhadap Neno Warisman yang akan menghadiri gerakan #2019GantiPresiden di Pekanbaru dan beberapa kota lain adalah tindakan berlebihan. Menurut Aisyah, menolak Neno Warisman sama saja melarang emak-emak yang ingin menyalurkan aspirasi politiknya.
Baca: Neno Warisman Donatur Terbesar, 3 Fakta #2019GantiPresiden
"Dan itu salahnya juga dimana? #2019GantiPresiden itu kan tidak menyalahi, tentu sudah legal," kata Aisyah ketika dihubungi Ahad, 26 Agustus 2018. Sebelumnya, sekelompok orang menghadang kedatangan Neno Warisman di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada Sabtu sore hingga malam, 25 Agustus 2018. Alasannya, Neno akan menghadiri acara deklarasi #2019GantiPresiden pada Ahad, 26 Agustus 2018.
Neno Warisman akhirnya dipulangkan ke Jakarta setelah aksi. Menurut kepolisian setempat, pemulangan ini dilakukan sebagai upaya menjaga kondisi tetap kondusif.
Aisyah mengatakan hak asasi manusia untuk bersuara dan berpolitik telah dijamin Undang-Undang. Sehingga, kata dia, aneh jika ada tindakan berlebihan seperti menolak kedatangan karena Neno Warisman adalah 'emak-emak' yang sedang menyuarakan hak politiknya. "Neno Warisman juga seorang ibu rumah tangga dan aktivis perempuan," kata dia.
Simak juga: Ada Aksi Pro-Kontra #2019GantiPresiden, Neno Warisman Dipulangkan
Aisyah menambahkan, deklarasi #2019GantiPresiden bukanlah gerakan makar atau usaha untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah. Menurut dia, tagar yang dikampanyekan Neno Warisman ini juga tidak menubruk koridor hukum karena tahun 2019 juga merupakan tahun politik dimana Indonesia menghadapi pemilihan presiden. "Kecuali kami deklarasi hari ini ganti presiden, nah itu yang makar," kata Aisyah yang juga seorang politisi dari Partai Berkarya itu.