PAN Buka Peluang Hadiri Pertemuan Jokowi dan Partai Koalisi
Reporter
Friski Riana
Editor
Amirullah
Kamis, 5 Juli 2018 19:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan tak menutup peluang partainya akan hadir dalam pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan pimpinan partai koalisi.
"Kami kalau diundang, Insya Allah hadir. Kalau diminta memberikan pandangan, kami berikan pandangan," kata Eddy di Kantor DPP PAN, Jakarta, Kamis, 5 Juli 2018.
Baca: Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan Temui SBY Bahas Pilpres 2019
Kendati begitu, Eddy mengatakan calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung PAN akan ditetapkan melalui rapat kerja nasional. Rencananya, rakernas PAN akan diadakan pada pekan ketiga bulan ini di Jakarta. Sejauh ini, partainya masih memegang mandat untuk mengusung Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai calon presiden. "Karena itu hasil rakernas 2017," ujarnya.
PAN hingga kini belum menentukan arah dukungannya dalam pemilihan umum 2019. Eddy mengatakan partainya akan mengumumkan koalisi pada akhir Juli 2018.
Selain PAN, Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa juga belum memutuskan koalisi. Namun, muncul wacana ketiga partai akan membentuk poros ketiga di Pilpres 2019 untuk menyambut gagasan mencalonkan kandidat presiden selain Jokowi dan Prabowo Subianto.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy sebelumnya mengatakan, sebelum 15 Juli 2018, pimpinan partai politik pendukung Jokowi akan berkumpul untuk membahas calon wakil presiden Jokowi.
Pembahasan mengenai pendamping Jokowi dalam pemilu 2019 sudah harus dibahas secepatnya. Sebab, waktu pendaftaran pemilihan presiden akan dimulai pada 4 Agustus 2018.
Baca: Soal Capres, Anies Baswedan: Jangan Salat Sebelum Azan Mulai
Romy menuturkan, berdasarkan pengalaman dalam pilpres 2014, pembahasan cawapres bukan perkara mudah. Karena itu, Jokowi akan mulai membahas calon pendampingnya dalam pilpres 2019 sebelum 15 Juli.
"Sebab, tidak bisa selesai 1-2 malam. Ini akan berjalan selama beberapa pertemuan," ucap Romy. "Sehingga, kalau pertemuan dilakukan terlalu mepet, maka ada hal-hal secara teknis sulit terkejar."