Soal Pilkada Makassar, Golkar Pertanyakan Komentar Gerindra
Reporter
Budiarti Utami Putri
Editor
Friski Riana
Minggu, 1 Juli 2018 16:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mempertanyakan pernyataan kubu Partai Gerindra bahwa kemenangan kotak suara kosong di Pilkada Makassar sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa.
"Bukannya Gerindra juga bagian dari koalisi yang mendukung pasangan ini? Kalau menyatakan seperti itu sama saja dengan menuding dirinya sendiri dong," kata Ace melalui pesan singkat kepada Tempo, pada Ahad, 1 Juli 2018.
Baca: Gerindra: Kemenangan Kotak Kosong di Makassar Bentuk Perlawanan
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono sebelumnya menilai kemenangan kotak kosong di pemilihan wali kota Makassar sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa saat ini.
Menurut Ferry, masyarakat tak ingin calon Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, terpilih karena merupakan kerabat Wakil Presiden Jusuf Kalla. Munafri Arifuddin merupakan menantu dari mantan Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud. Adapun Aksa merupakan ipar Jusuf Kalla.
Ace menuturkan kemenangan kotak kosong harus dilihat secara komprehensif. Dia pun menyinggung soal keberadaan pasangan calon lain yang kemudian dibatalkan MK. Pada prinsipnya, ujar Ace, semua pihak harus menghormati pilihan rakyat dan menaati aturan yang berlaku.
"Prinsipnya kita hormati hasil pilihan rakyat tersebut dan selanjutnya ikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata dia.
Baca: Kotak Kosong Menangi Pilkada Makassar, Perludem: Tamparan Keras bagi Partai Politik
Pilkada Wali Kota Makassar hanya diikuti pasangan calon tunggal, yakni Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi. Namun, pasangan ini justru kalah dengan kolom kotak kosong saat pilkada yang digelar pada Rabu, 27 Juni 2018.
Pemilihan Wali Kota Makassar tahun ini mulanya diikuti oleh dua pasangan calon, yakni Muhammad Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto-Indira Mulyasari dan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika. Danny dan Indira yang merupakan petahana maju melalui jalur perseorangan atau independen.
Namun, pasangan tersebut terdiskualifikasi lantaran adanya sengketa pilkada. Akhirnya, pasangan Munafri-Andi Rachmatika (Appi-Cicu) menjadi calon tunggal melawan kotak kosong.
Baca: Kemenangan Kotak kosong dan Dugaan Data Palsu di Pilkada Makassar
Appi-Cicu diusung dalam Pilkada Makassar oleh koalisi gemuk yang terdiri dari Partai Nasdem, Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Gerindra, Hanura, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kesejahteraan Sosial, serta didukung oleh Partai Bulan Bintang dan Partai Kesatuan dan Persatuan Indonesia. Koalisi besar ini mengantongi 43 dari 50 kursi parlemen di Makassar.