Jihad Wanita Penyusup Mako Brimob, dari Turn Back Crime ke Suriah

Senin, 28 Mei 2018 08:09 WIB

Siska Nur Azizah dan Dita Siska Millenia, dua perempuan yang ditangkap saat mau menyusup ke Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok mengutarakan alasannya melakukan itu. Kepada tim Investigasi Tempo, mereka menuturkan niatnya ke sana semata-mata untuk memberi makanan kepada tahanan terorisme yang sedang membuat rusuh. ISTMAN MPD

TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana perkenalan Dita Siska Millenia dengan Siska Nur Azizah, dua perempuan yang ditangkap karena diduga menyusup ke Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua Depok? Juga bagaimana keduanya tiba-tiba berniat jihad, hingga ingin pergi perang ke Suriah?

Dalam wawancaranya kepada Tempo, Dita mengaku mengenal Siska pada 2017 lalu melalui aplikasi Telegram. Keduanya tergabung dalam sebuah kanal di aplikasi pesan singkat itu, yakni kanal bernama "Turn Back Crime". “Semula saya pikir ia laki-laki karena nama Telegramnya ‘ant’,” kata Dita dikutip dari Majalah Tempo Edisi 28 Mei 2018. “Setelah ada yang memanggil ukhti, saya kirim pesan japri.”

Sejak perkenalan itu, keduanya aktif berkomunikasi secara personal dan berdiskusi soal agama. Dita pun mengaku nyambung dengan Siska lantaran merasa satu pikiran dan akidah. Salah satu hal yang mereka dalami adalah soal Islamic State.

Dita mengaku dari grup bernama 'Turn Back Crime' di aplikasi Telegram itulah ia belajar terorisme. Tak hanya telegram, tapi juga grup WhatsApp. Proses belajar otodidak itu dilakukan sejak November tahun lalu. "Saya otodidak,” kata Dita di markas polisi di Jakarta, Selasa, 22 Mei 2018.

Dita menceritakan cara dia bisa bergabung ke dalam grup tersebut. Dita mengatakan awalnya ingin belajar ilmu agama melalui media sosial sejak November 2017. Lalu, dia berkenalan dengan akun bernama Ikhwan di Instagram.

Advertising
Advertising

Dita suatu ketika membuat status di instagram soal kesukaannya kepada sebuah grup nasyid. Ikhwan mengomentari juga suka dengan grup nasyid itu dan menawarkan koleksi nasyid kepada Dita.

Dita mau menerima koleksi nasyid Ikhwan. Ikhwan meminta dia membuat akun di aplikasi pesan instan Telegram. Melalui Telegram, Ikhwan mengirim banyak koleksi nasyid kepadanya. Setelah beberapa waktu, Ikhwan memasukan Dita ke grup Mujahidin Indonesia. Rupanya, grup itu memiliki banyak tautan yang terhubung dengan grup lain, salah satunya ‘Turn Back Crime’.

Di grup itu, Dita mengatakan banyak belajar soal Daulah Islamiyah atau Negara Islam (Islamic State). Ia ingin Indonesia dan seluruh dunia menjadi Negara Islam. Dita bermimpi bisa berangkat ke Suriah bergabung dengan pasukan ISIS untuk berjihad. “Kalau perempuan belum menikah, boleh angkat senjata,” ujarnya.

BACA: Alasan 2 Perempuan Terduga Teroris ke Mako Brimob Usai Kerusuhan

Kepada polisi, Siska mengatakan pembahasan di grup ‘Turn Back Crime’—slogan polisi Indonesia—terkait dengan akidah, ketauhidan, soal memerangi thogut dengan kekuatan atau senjata yang dimiliki, dan jihad. Thogut yang dimaksud Siska adalah pemerintah Indonesia, termasuk kepolisian dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Dari grup itu pula, Siska dan DIta mengaku mengetahui perkembangan kerusuhan di Mako Brimob. Ketika di grup bersahut-sahutan permintaan anggotanya untuk merapat ke Mako Brimob, dua perempuan berstatus pelajar itu segera menyusun rencana. Dita akan bertemu Siska di Bandung, lalu sama-sama ke Depok.

Keduanya ditangkap di Markas Komando Brigade Mobil di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu, 12 Mei 2018. Detasemen Khusus Antiteror 88 menuduhnya hendak menyerang polisi sebagai balas dendam kematian narapidana teroris dalam kerusuhan di rumah tahanan Mako Brimob sehari sebelumnya.

Aksi Dita dan Siska terjadi sehari setelah peristiwa penikaman terhadap anggota satuan intel Brimob Brigadir Kepala Marhum Frence, 41 tahun, Jumat, 11 Mei 2018. Pelaku, Tendi Sumarno, 23 tahun, ditembak rekan Frence setelah melakukan aksi tersebut. Frence tewas di lokasi kejadian.

Beberapa hari sebelum penangkapan Dita dan Siska, para tahanan kasus terorisme itu terlibat baku tembak dengan polisi karena mereka menyandera lima penjaga lalu membunuhnya. Seorang narapidana tewas dalam pertempuran itu. Drama pengepungan berdarah selama 36 jam di Mako Brimob itu berakhir dengan menyerahnya semua tahanan teroris lalu mereka dibawa ke penjara Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah.

Baca selengkapnya di Majalah Tempo edisi 28 Mei 2018

CAESAR AKBAR

Berita terkait

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

8 hari lalu

10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?

Ada 10 negara yang paling tidak aman di dunia dan tidak disarankan untuk berkunjung ke sana. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

8 hari lalu

Tuduhan Israel terhadap UNRWA Tidak Terbukti

Israel meningkatkan tuduhannya pada Maret, dengan mengatakan lebih dari 450 staf UNRWA adalah anggota militer dalam kelompok teroris Gaza.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Tertinggi Iran untuk Pertama Kali Tanggapi Serangan ke Israel, Begini Katanya

9 hari lalu

Pemimpin Tertinggi Iran untuk Pertama Kali Tanggapi Serangan ke Israel, Begini Katanya

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk pertama kalinya bereaksi terhadap serangan negaranya terhadap Israel awal bulan ini

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

10 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Anggota JI, Polisi Sebut Semua Pengurus Organisasi

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut delapan tersangka teroris itu berinisial G, BS, SK, A, MWDS, DK, H, dan RF.

Baca Selengkapnya

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

11 hari lalu

BNPT Ikut Amankan WWF ke-10 di Bali

BNPT akan turut serta mengamankan pelaksanaan Acara Word Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan di Bali, 18-25 Mei 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

11 hari lalu

Inggris Tolak Permintaan Israel untuk Tetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris

Menolak menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai teroris, David Cameron berpendapat lebih baik jika London dapat terus berkomunikasi dengan Teheran.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

11 hari lalu

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

12 hari lalu

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah

Baca Selengkapnya

Serangan Iran ke Israel oleh Islamic Revolutionary Guard Corps Iran atau IRGC, Ini Pasukan Garda Revolusi Iran

13 hari lalu

Serangan Iran ke Israel oleh Islamic Revolutionary Guard Corps Iran atau IRGC, Ini Pasukan Garda Revolusi Iran

Konsulat Iran di Damaskus diserang Israel. Garda Revolusi Iran beri serangan balasan dengan tembakkan ratusan rudal ke Israel akhir pakan lalu.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

15 hari lalu

Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) meminta Polri mewaspadai aktifnya sel terorisme di Indonesia saat konflik Timur Tengah memanas

Baca Selengkapnya