Kepala BIN Budi Gunawan (kanan) berbincang dengan Kepala BNPT Suhardi Alius (kiri) sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, 29 Desember 2016. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan membantah pihaknya kebobolan terkait rangkaian kekerasan terhadap tokoh agama di Indonesia beberapa waktu lalu. Menurut dia, BIN telah memprediksi dan mengingatkan ke pihak yang berwenang terkait potensi itu.
"Enggak, karena kami sudah prediksi. Ini kan tahun politik dan kami sudah ingatkan bahwa kampanye hitam dalam bentuk penggunaan media sosial untuk dipolitisir itu akan marak," katanya di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, 15 Februari 2018.
Budi berujar saat ini dan tahun depan dikenal sebagai tahun politik. Sebabnya BIN telah memprediksi akan marak kampanye hitam lewat provokasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) maupun isu lama seperti kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ia meminta masyarakat lebih waspada sehingga tidak mudah terprovokasi. Ia berharap masyarakat tidak terseret ke dalam permainan politik pelaku.
Rangkaian kekerasan terhadap umat beragama terjadi di sejumlah daerah beberapa hari ini. Sabtu pekan lalu seorang ustad di Palmerah, Jakarta Barat dikeroyok sejumlah orang. Di Tangerang beredar video pengusiran biksu dan umatnya yang hendak beribadah.
Terakhir, seorang pemuda bernama Suliyono masuk ke dalam Gereja St Lidwina Sleman sambil membawa pedang dan melukai empat orang yang sedang beribadah.
Budi menjelaskan kasus-kasus itu berdiri sendiri dan tidak terkait satu sama lain. Namun, kata dia, ada yang mempolitisir peristiwa itu dan memutarbalikkan fakta yang ada lewat media sosial sehingga membuat suasana menjadi resah.
"Mungkin untuk kepentingan politik. Kita harus waspada jangan mudah terpancing, masyarakat juga jangan terprovokasi," tuturnya.
Menurut dia, BIN bekerja sama dengan Direktorat Cyber Crime Polri telah menangkap pelakunya. "Sampai hari ini sekitar tujuh tersangka," kata Budi Gunawan.