Survei Instrat di Jawa Barat Soal Pilpres: Hary Tanoe Peringkat 3
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 8 Februari 2018 22:10 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Survey Indonesia Strategic Institute (Instrat) dalam simulasi pemilihan gubernur Jawa Barat mendapati hasil survei untuk Partai Perindo dan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) moncer. Nama Hary Tanoe bertengger di urutan tiga setelah Joko Widodo dan Prabowo yang berada di puncak jawaban responden pada pertanyaan terbuka untuk pilihan presiden.
“Sosialisasi massif yang dilakukan terus-menerus dalam rentang waktu yang cukup lama dengan jaringan televisinya ternyata berdampak signifikan di pikiran publik,” kata Social Analyst Instrat Adi Nugroho di Bandung, Kamis, 8 Februari 2018.
Baca juga: Stretegi Hary Tanoesoedibyo Dongkrak Elektabilitas Perindo
Adi mengatakan, survei soal partai politik dan pilihan presiden itu sengaja diselipkan dalam survei pemilihan gubernur Jawa Barat. “Sayang saja kalau tidak sekalian dilakukan. Pragmatis aja alasannya, siapa tahu suatu hari nanti menjelang 2019 survei ini bisa dipergunakan, minimal kita sudah punya trennya,” kata dia.
Kendati bertengger di urutan tiga dalam survei Instrat, elektabilitas Hary Tanoe terpaut jauh di bawah perolehan suara Jokowi dan Prabowo. Jokowi mengantongi 49,3 persen suara, dan Prabowo 41,2 persen suara, Hari Tanoe hanya memperoleh 2,7 persen. Tapi nama Hari Tanoe mengalahkan nama-nama yang sudah dikenal publik lama di antaranya Ridwan Kamil (2,2 persen), Ahmad Heryawan (1,2 persen), Gatot Nurmantyo (1 persen), Muhaimin Iskandar (0,5 persen). Jusuf Kalla, Ahok, dan Deddy Mizwar masing-masing 0,2 persen. SBY, Hatta Rajasa, Mahfud MD, Habieb Riziek, Dedi Mulyadi, Tuan Guru Bajang, serta Agus Harimurti Yudhoyono masing-masing 0,1 persen.
Posisi Hary Tanoe juga masih bertahan di posisi tiga saat pertanyaan tertutup atas pilihan presiden diajukan pada responden. Jokowi 24,6 persen dan Prabowo 21,9 persen masih berada di puncak, sementara Hary Tanoe memperoleh 3,4 persen. Namanya mengungguli di antaranya Ahmad Heryawan (2,8 persen), Gatot Nurmantyo (2,7 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (1,9 persen), Habib Rizieq Syihab (1,1 persen), Anis Baswedan (1 persen), serta Anis Mata (0,6 persen). Responden yang belum menentukan pilihan 40,1 persen.
Kendati demikian, Adi mengatakan, nama Hary Tanoe belum bisa masuk hitungan karena perolehan suaranya masih relatif kecil. “Angkanya relatif sama dengan misalnya Ridwan Kamil dan Ahmad Heryawan. Yang muncul di atas tetap dua besar Jokowi dan Prabowo. Angka peroleh Hary Tanoe belum terlalu signifikan, tapi punya indikasi awal,” kata dia.
Nama Partai Perindo juga mengungguli sejumlah partai politik lama saat responden ditanya soal partai yang berada di top of mind publik. PDIP berada di puncak dengan perolehan 26,6 persen, Partai Golkar 21,3 persen, Partai Demokrat 9,7 persen, Perindo 9,4 persen, Gerindra 7,6 persen, PPP 5,3 persen, PKS 5,1 persen, PKB 4,4 persen, Nasdem 2,3 persen, PAN 2 persen, Hanura 1,3 persen, PBB 0,9 persen, Berkarya 0,8 persen, Garuda 0,3 persen, PPPI 0,2 persen, Bhineka 0,1 persen.
Instrat juga melakukan simulasi partai politik yang akan dipilih responden jika pemilu digelar saat ini. Perindo kembali mengungguli sejumlah partai lama. PDIP masih berada di puncak dengan perolehan 24,2 persen, Golkar 21,1 persen, Partai Demokrat 10,8 persen, Gerindra 8,5 persen, Perindo 7,4 persen, PKS 7,2 persen, PKB 5,5 persen, PPP 4,7 persen, Partai Nasdem 2,3 persen, Hanura 1,6 persen, PAN 1,5 persen, PBB 0,3 persn, Bhineka 0,3 persen,serta Garuda 0,2 persen. Suara golput 4,2 persen dan responden yang belum menentukan pilihan 43,8 persen.
Adi mengatakan, hasil ini survei itu masih bisa berubah dinamis karena masih banyak respoden yang belum menentukan pilihan atas pilihan partai politik atau calon presiden. “Trennya memang terus meningkat. Ini mungkin karena sering ditayangkan di televisi. Anak-anak juga hafal pada marsnya,” kata dia.
Dia menduga, perolehan suara Hary Tanoe dan Perindo yang moncer itu karena karakteristik masyarakat Jawa Barat yang dipotret dalam survei itu mayoritas menonton televisi dalam durasi waktu yang relatif lama. “Makanya calon yang memiliki akses besar ke televisi, yang punya jaringan massif akan punya peluang lebih baik,” kata Adi.
Pada survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis 2 Februari 2018, Hary Tanoe tidak masuk dalam daftar nama calon penantang Jokowi di Pilpres 2019.