Pidatonya Viral, Tito Karnavian Sebut Ada Motif Politik
Reporter
Lani Diana Wijaya
Editor
Ninis Chairunnisa
Rabu, 7 Februari 2018 08:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan persoalan ucapannya yang viral di media sosial sudah terselesaikan. Tito menyatakan sudah mengetahui dari mana asal usul video itu.
"Kami sudah tahu siapa dari mana asalnya itu, siapa yang memviralkan. Motifnya tidak jauh-jauh arahnya dari politik-politik juga," ucap Tito saat mengunjungi kantor DPP Syarikat Islam Indonesia, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Selasa, 6 Februari 2018.
Baca: Sudah Tabayun, Polri Minta Pidato Tito Karnavian Tak Dipolitisasi
Tito menuturkan persoalan simpang-siur ucapan ihwal organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang disebutnya itu lantaran video hanya berdurasi dua menit. Bila konteks pernyataannya didengar secara umum, menurut Tito, dia justru tak hanya memuji ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah.
Lebih dari itu, Tito ingin memberi masukan dan motivasi untuk lebih memperkuat barisan akar rumput (grass root) di basis massa. Tito tak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksudnya. "Nanti saya akan bicarakan khusus, tidak baik di ruang publik," ujar Tito.
Baca: Wasekjen MUI Tetap Tuntut Kapolri Tito Karnavian Minta Maaf
Pidato Tito menjadi viral di media sosial dan menuai protes dari Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Zulkarnain. Dalam akun Facebook-nya, Zulkarnain menilai pidato Tito seperti tidak menganggap perjuangan umat Islam di luar NU dan Muhammadiyah.
Berikut ini potongan naskah pidato Tito Karnavian yang menjadi polemik itu.
"Perintah saya melalui video konferensi minggu lalu saat rapim Polri, semua pimpinan Polri hadir, saya sampaikan tegas, menghadapi situasi saat ini, perkuat NU dan Muhammadiyah. Dukung mereka maksimal.
Semua kapolda saya wajibkan membangun hubungan dengan NU dan Muhammadiyah tingkat provinsi. Para kapolres wajib membuat kegiatan-kegiatan untuk memperkuat para pengurus cabang di tingkat kabupaten/kota.
Para kapolsek di tingkat kecamatan wajib bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah, jangan dengan yang lain. Dengan yang lain itu nomor sekian. Mereka itu bukan pendiri negara. Mau merontokkan negara malah iya, ya. Tapi yang sudah konsisten dari awal sampai hari ini adalah NU dan Muhammadiyah.
Termasuk kami berharap hubungan antara NU dan Muhammadiyah bisa kompak satu sama lain. Boleh beda pendapat, tapi kalau sudah bicara NKRI, mohon, kami mohon dengan hormat, kami betul-betul titip. Kami juga sebagai umat muslim. Harapan kami hanya kepada dua organisasi besar ini."