Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto ketika berkunjung ke kantor The Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, 5 Februari 2018. Tempo/Zara
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Ketua Umum Megawati Sukarnoputri tengah menyiapkan calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan presiden atau pilpres 2019. Menurut Hasto, Megawati masih mencari nama yang tepat untuk diusung bersama Jokowi.
“Mengenai nama, tentu Ibu Megawati sedang membangun dialog,” kata Hasto di kantor The Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 5 Februari 2018.
Selain berdialog, ujar Hasto, Megawati rutin bertemu dengan Jokowi. Pertemuan untuk mensinkronkan kriteria cawapres Jokowi agar sesuai dengan harapan mantan Wali Kota Solo tersebut.
Hasto menuturkan salah satu kriteria cawapres pendamping Jokowi harus bisa saling melengkapi. “Harus bisa bekerja sama dan saling melengkapi dengan kepemimpinan Jokowi,” ucapnya.
Hasto tidak terburu-buru menyebutkan nama bakal calon pendamping Jokowi tersebut. Sebab, kata dia, nama itu akan diketahui masyarakat saat pendaftaran pilpres pada 8-14 Agustus 2018.
Adapun saat ini, kata Hasto, PDIP fokus memenangkan pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018. “Konsentrasi kami adalah konsolidasi partai dan pilkada serentak,” ujarnya.
Belum lama ini, Lingkaran Survei Indonesia yang dipimpin Denny J.A merilis hasil survei tentang cawapres terpopuler di kalangan pemilih. Untuk kategori kalangan Islam, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Gubernur Nusa Tenggara Barat M. Zainul Majdi menjadi tokoh paling populer.
Hasto menanggapi munculnya dua tokoh itu dengan positif. Sebab, menurut Hasto, hasil survei merupakan cerminan keinginan rakyat terhadap tokoh yang diinginkannya. “Semakin banyak nama-nama yang muncul, artinya demokrasi sudah begitu siap dengan kontestasi tokoh,” tuturnya.
Megawati Soekarnoputri menyampaikan pesan penting untuk generasi muda dengan cara yang berbeda. Santai, sesekali berseloroh, namun memuat hakikat kehidupan berbangsa dan bernegara.