(Dari kiri) CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah, praktisi media Hersubeno Arief, pengamat politik LIPI Siti Zuhro, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno, Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Kadir Karding, dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dalam acara "Diskusi Publik Tiga Tahun Jokowi-JK dan Calon Penantang Jokowi 2019: Laporan Survei Nasional" di Restoran Batik Kuring, Jakarta pada Minggu, 22 Oktober 2017. TEMPO/Putri.
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan ada peluang bagi ketua umum mereka, Prabowo Subianto, mengalahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di pemilihan presiden 2019. Alasannya dari survei-survei yang dirilis sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Jokowi tidak begitu kuat.
"Meskipun Presiden Jokowi setiap hari masuk televisi, ada di berbagai media, ternyata angkanya ada di 30 sampai 40 persen. Pak Jokowi di periode kedua masih mengkhawatirkan atau bisa dikalahkan," kata Andre di SCBD Sudirman, Jakarta, Senin, 18 Desember 2017.
Rilis terbaru elektabilitas calon presiden datang dari konsultan politik PolMark Indonesia. Survei PolMark menunjukkan elektabilitas Jokowi mencapai 50,2 persen namun pemilih loyalnya baru 30 persen.
Elektabilitas Prabowo dalam survei PolMark Indonesia berada di bawah Jokowi, yaitu 22 persen dengan pemilih mantapnya hanya 9,9 persen. Namun Andre yakin angka ini akan berubah karena masih ada 35,7 persen masyarakat yang belum menentukan pilihannya.
Untuk merebut suara itu, kata Andre, Prabowo Subianto segera turun gunung untuk menyapa masyarakat Indonesia setelah dideklarasikan oleh Gerindra sekitar 2 atau 3 bulan ke depan. "Teman-teman tunggu saja," ujarnya.
Direktur Eksekutif PolMark Indonesia Eep Saefullah Fatah mengatakan Jokowi yang memiliki loyalis baru 30 persen memang belum berada di zona aman keterpilihan pada pilpres 2019. Adapun terbatasnya loyalis Prabowo mengindikasikan terbuka kemungkinan muncul kandidat alternatif.
Selain elektabilitas Jokowi dan Prabowo, PolMark mencatat masyarakat yang sudah mantap menentukan pilihannya dan tidak mungkin berubah berkisar 49,5 persen, kemungkinan berubah 33,3 persen dan tidak menjawab 17,2 persen. "Data ini menegaskan kontestasi untuk pilpres 2019 masih cair," kata Eep.
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
1 hari lalu
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.