Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberi sambutan saat deklarasi Revolusi Mental Dimulai dari Pendidikan di Lapangan Hall Basket, Senayan, Jakarta, 15 Desember 2015. Lukman mengatakan, Kementerian Agama dituntut menjalankan Gerakan Revolusi Mental yan
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta para pimpinan lembaga mahasiswa tak mempersoalkan perbedaan dan keberagaman yang dimiliki Indonesia.
“Bila agama dijadikan pemecah belah, itu adalah kehendak oknum tertentu, tidak sesuai dengan esensi agama,” katanya di hadapan Presiden Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri se-Indonesia di Palembang, Rabu, 10 Oktober 2017.
Menurut Lukman, esensi agama adalah kedamaian dan sumber kebaikan sesama manusia. “Tidak ada alasan agama membuat kita berkonflik. Kalau ada, pasti karena dimanfaatkan sebagai cara mencapai kepentingan politik, ekonomi, atau lainnya,” ujarnya.
Lukman menuturkan, saat ini, cukup banyak oknum yang tidak setuju dengan keberagaman. Mereka, kata dia, memancing dan memprovokasi dengan berbagai cara, termasuk isu agama.
“Cara paling mudah dengan menyebarkan informasi hoax yang disebarkan lewat aplikasi jejaring sosial. Jangan mudah dipancing,” ucapnya.
Ia juga menyarankan kampus sebagai tempat belajar melahirkan generasi berpengetahuan luas dan kritis. Pengetahuan yang luas itu diharapkan bisa meminimalisasi lahirnya ekstremis.
“Ekstremis itu muncul akibat terlalu fanatik dengan kebenaran yang diyakininya. Sehingga semua orang harus mempunyai keyakinan sama dengannya,” tutur Lukman Hakim Saifuddin.