Sultan HB X Dilantik, Muncul Maklumat tentang Raja Yogya

Rabu, 11 Oktober 2017 14:34 WIB

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) didampingi istri GKR Hemas (kedua kiri) dan Sri Paduka Paku Alam X (kanan) didampingi istri meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai pelantikan di Jakarta, 10 Oktober 2017. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok masyarakat yang menamakan diri Majelis Permufakatan Rakyat Yogyakarta mengumumkan maklumat bertajuk Selamatkan Dinasti Hamengku Buwono. Maklumat itu muncul kurang dari 24 jam setelah pelantikan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam X sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DIY periode 2017-2022 pada Selasa 10 Oktober 2017.

Maklumat itu diserahkan kepada perwakilan trah Sultan HB IX, yang juga adik tiri Sri Sultan HB X, Gusti Bendoro Pangeran Hario Cakraningrat di Ndalem Yudhanegaran Yogyakarta.

Maklumat itu memuat dua poin yakni menyelematkan dinasti Sultan Hamengku Buwono sebagai pemangku Adat Budaya Tata Kehidupan masyarakat Yogyakarta.

Baca juga: HB X Dilantik Jadi Gubernur Lagi, Warga Syukuran Sederhana

Poin kedua mendesak para ahli waris Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengumumkan paugeran (patokan adat) Kasultanan Yogyakarta dan segera mengangkat dan menetapkan Lurah Pangeran Kanjeng Gusti Pangeran Hadiwinoto sebagai Sultan Hamengku Buwono XI.

Advertising
Advertising

“Kami membuat maklumat itu sebagai wujud keprihatinan, sebenarnya siapa sih yang akan menjadi penerus Hamengku Buwono ini nanti setelah HB X,” ujar Kyai Haji Abdul Muhaimin selaku Ketua Majelis Permufakatan Rakyat Yogyakarta.

Muhaimin yang merupakan tokoh Kerisjati-sebuah wadah perjuangan Undang-Undang Keistimewaan- mengatakan aksi penyerahan maklumat ini dinilai mendesak karena polemik internal keraton terkait raja perempuan makin tak jelas juntrungannya.

Oleh sebab itu, kelompok itu mendesak agar para putra-putri Sultan HB IX yang masih hidup segera mengundangkan paugeran Keraton agar segera muncul suatu representasi keraton yang lebih kuat integritas adat dan terlegitimasi.

Muhaimin menuturkan polemik pengangkatan raja perempuan jika terbukti akan menjadi sejarah yang sangat aneh dalam dinasti Keraton Yogya sebagai Kerajaan Islam.

Baca juga: Isu Raja Perempuan, MUI Yogya: Sultan Sebaiknya Tetap Laki-laki

Sebab sejarah maskulinitas keraton bisa dilacak secara genetik maupun mitologis. Misalnya secara mitologis masyarakat percaya bahwa jika Sultan bertahta adalah suami dari Nyi Roro Kidul atau tokoh mitologis penguasa laut selatan.

“Ini bukan masalah musrik dan tidak musrik, persoalannya masyarakat masih mempercayai hal-hal seperti itu sehingga Sultan haruslah sosok laki-laki,” ujarnya. Sehingga dalam tradisi suksesi keraton selama ini biasanya ditandai dengan penyerahan keris Joko Piturun kepada calon sultan berikutnya. Keris Joko Piturun menurut Muhaimin sudah menjadi lambang jika penerus Sultan musti seorang laki-laki.

“Kalau nanti rajanya perempuan, apa nanti yang diserahkan keris ‘Perawan Piturun’?” ujarnya.

Muhaimin pun menuturkan, secara teologis pun ketika Sultan Keraton menyandang gelar khalifah, dalam sejarah kekhalifahan sejak khalifah Urosidin, lalu Umar Usman Ali, dan berlanjut Bani Umayah dengan sembilan khalifah, kemudian khalifah Abbasiyah sampai Turki Usmani tidak pernah raja dijabat seorang perempuan.

Muhaimin pun menyebut Sultan HB X sendiri juga pernah menyebutkan bahwa seorang Sultan harus seorang laki-laki yang menganut asas ‘Cemani Jalu Jati’. Cemani dipahami sebagai sifat hitam yang bermakna kematangan, jalu berarti seorang laki-laki dan jati berarti sejati.

“Jadi jika mem-perempuan-kan Keraton Yogya artinya melakukan perkosaan peradaban,” ujarnya.

Adik tiri Sultan HB X, Gusti Bendoro Pangeran Hario Cakraningrat yang menerima maklumat itu menuturkan akan segera menyampaikan kepada para keturunan Sultan HB IX yang jumlahnya 15 orang, tidak termasuk Sultan HB X.

“(Maklumat) ini sebagai modal kami untuk memulai lagi merembug persoalan keraton ke depan, khususnya soal siapa yang akan ditunjuk sebagai pengganti HB X,” ujarnya.

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

9 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

10 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

13 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

17 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

43 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

48 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

50 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

54 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

58 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya