TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat politik asal Universitas Trunojoyo, Bangkalan, Mochtar W Oetomo, menilai Khofifah Indar Parawansa dengan sengaja membatalkan pendaftaran dirinya sebagai bakal Calon Gubernur di DPD Partai Demokrat di Pilgub Jawa Timur tahun depan.
Mochtar menganalisa, hal itu merupakan sebuah strategi politik tarik ulur yang diterapkan Khofifah untuk mendapatkan dukungan publik. Dia menambahkan, sikap Khofifah yang menunda-nunda deklarasi untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Timur ini akan membuat publik semakin penasaran.
Baca : Khofifah Beri Sinyal Kuat Bakal Maju ke Pilgub Jawa Timur 2018
“Rasa penasaran yang semakin menumpuk tersebut akan meledak dan diprediksi akan menjadi euforia dukungan pada saat nantinya dia mendeklarasikan diri,” kata Mochtar saat dihubungi Tempo, Rabu, 2 Agustus 2017.
Dalam hal elektabilitas, Mochtar mengatakan, Khofifah relatif tertinggal dari Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Tri Rismaharini. Menurut dia, fakta tersebut yang membuat Khofifah harus menemukan sebuah strategi untuk bisa mengejar elektabilitas kompetitornya.
Berdasarkan hasil lembaga survei Surabaya Survey Center (SSC) menunjukkan bahwa Gus Ipul mendapat dukungan publik sebesar 26,3 persen, Tri Rismaharini dengan 22,1 persen dukungan dan Khofifah Indar Parawansa dengan 13,9 persen dukungan.
“Apabila Gus Ipul sejak awal sudah mendeklarasikan diri dan secara aktif menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik, Khofifah justru mengambil langkah sebaliknya,” ujar Mochtar.
Simak juga : Menteri Khofifah Sowan ke Guru Danau Soal Pilgub Jatim 2018?
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Direktur Lembaga Survei SSC ini, pembatalan pendaftaran tersebut akan membuat Demokrat cenderung mengambil posisi berseberangan dengan Khofifah.
Mochtar menambahkan, isu akan mendaftar ke Demokrat dalam Pilgub Jawa Timur 2018 dan membatalkannya merupakan strategi politik untuk mendapatkan perhatian besar dan pada akhirnya bisa meningkatkan elektabilitas.
JAYANTARA MAHAYU