TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan terus berupaya meminimalisasi dampak kesehatan dari asap. Nina menyebutkan, Kementerian Kesehatan fokus pada bahaya asap bagi kesehatan serta mengurangi risiko kepada bayi, ibu hamil, orang tua yang berisiko tinggi, dan orang dengan penyakit asma dan paru-paru kronis.
“Kami menyiapkan layanan kesehatan 24 jam, berkoordinasi dengan lintas sektor maupun jajaran kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota,” ujar Nila di kantor Kemenkopolhukam, pada Senin, 12 Oktober 2015.
Pemerintah kata dia, telah mengirimkan tambahan poster, leaflet, film untuk disiarkan baik di televisi lokal maupun radio lokal, dan mengirimkan mobil unit kesehatan keliling. Untuk mengurangi dampak asap bagi anak-anak, pemerintah membentuk tim terpadu melaksanakan pendampingan ke provinsi dan kabupaten yang terpapar kabut asap.
Baca juga:
Sudirman Said Bantah Ada Perpanjangan Kontrak Freeport
Kasus Salim Kancil, Kepala Desa Akui Beri 'Sogokan' Polisi
Untuk logistik kesehatan berupa obat, oksigen, masker, dan paket gizi, Nila mengatakan sudah didistribusikan ke daerah sebanyak 30,8 ton. Selain itu juga dokter spesialis paru, mata, anak, penyakit dalam, dan perawat ahli dari RSUP Vertikal Kementerian Kesehatan juga sudah dikerahkan ke dinas kesehatan provinsi terdampak.
Secara lebih rinci, Kementerian Kesehatan tanggal 9 Oktober lalu mengirim sepuluh orang dokter ahli ke Provinsi Riau dari RSUP Medan dan Fatmawati Jakarta. Kemudian sepuluh orang dokter ahli dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta dan Hasan Sadikin Bandung telah diterjunkan ke Provinsi Jambi. Selain itu juga Provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah mendapatkan masing-masing sepuluh dokter ahli untuk membantu penanganan dampak asap bagi masyarakat yang terpapar.
Simak juga:
Muhaimin Iskandar Minta Kader PKB Belajar dari Mario Teguh
Malaysia Ajari Indonesia Tanggulangi Kebakaran Hutan
Penambahan bantuan masker juga dilakukan pemerintah pada 6 Oktober 2015. Di Provinsi Riau, ada penambahan masker biasa sebanyak 500 ribu dan masker N95 sebanyak 8.500. Untuk Provinsi Jambi ditambahkan 200 ribu masker biasa dan 1.000 masker N95. Sedangkan di Provinsi Sumatera Selatan hanya ditambahkan 200 ribu masker biasa tanpa masker N95. Provinsi Kalimantan Barat dan Selatan masing-masing didistribusikan masker biasa sebanyak 100 ribu.
Nina menjelaskan, maksud dari masker itu adalah untuk menahan partikel-partikel untuk tidak masuk ke dalam rongga penapasan. Masker ini memang tujuannya sebagai masker kesehatan yang memang mempunyai pori-pori yang cukup besar, sehingga udara itu masih masuk tapi bisa menahan partikel dari kebakaran hutan. Namun untuk masuknya oksigen itu agak terhambat dengan masker N95 meskipun partikel yang di bawah 10 mikron bisa ditahan. "Akan tetapi pemakaiannya harus dibuka setiap delapan jam kurang-lebih,” kata Nila.
DANANG FIRMANTO