TEMPO.CO, Yogyakarta - Profesor kajian Asia Tenggara, Universitas Murdoch, Perth, Australia Barat, David T. Hill, menyatakan, harus ada pihak yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan wartawan harian Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin atau Udin, yang terjadi 19 tahun lalu. Dia mempertanyakan kinerja polisi, lembaga hukum, dan pemerintah yang tidak bisa mengungkap siapa pembunuh Udin. “Semuanya belum ada penyelesaiannya,” kata David.
David datang menyempatkan diri untuk memenuhi undangan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, yang menggelar pameran seni rupa bertajuk Tribute to Udin di Lembaga Indonesia-Prancis, 27-30 Agustus 2015. Ini adalah rangkaian acara peringatan 19 tahun meninggalnya Udin.
David yang meneliti perkembangan media massa di bawah rezim Orde Baru, mengapresiasi AJI Yogyakarta yang mengangkat kasus Udin ke publik. Bagi dia, ini adalah usaha untuk mengingatkan masyarakat. “Udin tak akan dilupakan oleh orang-orang maupun organisasi yang menghargai hak asasi manusia,” kata David.
Ia menyatakan kasus Udin berkaitan dengan berbagai kasus kekerasan yang menimpa wartawan melampaui batas antar-negara. Setiap wartawan berhak untuk bekerja tanpa rasa takut. Sebab, mereka memperjuangkan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar. Bila wartawan bekerja dalam suasana ketakutan di bawah ancaman militer, aparat, dan preman, maka masyarakat tidak akan mendapatkan informasi yang baik.
David selalu mengikuti perkembangan penuntasan kasus pembunuhan Udin, yang diduga berhubungan dengan sejumlah berita kasus korupsi yang ditulis Udin. David mengenal Udin sebagai jurnalis yang menjalankan tugas jurnalistik secara wajar.
David selama ini mendapatkan banyak referensi tentang Udin dari penulis buku berjudul The Invisible Palace karya Jose Manuel Tesoro. Buku yang ditulis dalam bahasa Inggris itu menyajikan informasi yang baik tentang Udin. Dunia menjadi tahu kasus Udin.
Ketua AJI Yogyakarta Hendrawan Setiawan mengatakan, gerakan kampanye menuntut penuntasan kasus Udin adalah gerakan bersama, tidak hanya jurnalis. AJI Yogyakarta melibatkan seniman, aktivis pro-demokrasi, akademikus, dan masyarakat umum untuk terus mendesak kasus ini diselesaikan. “Pembunuhan Udin satu di antara kasus kekerasan jurnalis yang tak selesai,” kata Hendrawan.
SHINTA MAHARANI