TEMPO.CO, Depok - Rencana Mario Rheso Buntoro memberikan hadiah ulang tahun anak pertamanya, Muhammad Attala, pada hari ini pupus. Sebelum sempat memberikan kado kepada anak sulungnya, teknisi Trigana Air itu harus meninggalkan Attala dan adiknya, Muhammad Taher Mizano, 3 tahun, untuk selamanya.
Mario menjadi salah seorang dari 54 korban tewas dalam kecelakaan pesawat Trigana Air bernomor penerbangan IL257 yang mengalami hilang kontak pada Ahad lalun. "Mas Rio ingin membelikan tablet. Itu pesannya," kata Ahmad Zakaria, adik ipar Mario, di kediaman kakaknya itu di Depok, Jawa Barat, Rabu, 19 Agustus 2015.
Zakaria berujar, kakak iparnya itu berjanji membelikan tablet atau sabak digital untuk anaknya sebagai hadiah ulang tahun karena bocah itu kerap kali menggunakan tablet milik Mario untuk bermain. "Keluarga inginnya membelikan sepeda. Tapi ayahnya ingin membelikan tablet," ucapnya.
Anak Mario awalnya belum mengetahui orang tuanya menjadi korban jatuhnya pesawat rute Jayapura-Oksibil tersebut di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Tapi akhirnya keluarga menjelaskan kepada dua anak Mario bahwa ayahnya sudah meninggal.
"Ketika ada tayangan di televisi yang memberitakan kecelakaan Trigana, anaknya yang berusia 3 tahun selalu bilang, 'Itu ada ayah aku'," ujar Zakaria menirukan omongan keponakannya.
Sebenarnya, menurut Zakaria, dalam keluarga Mario, tidak ada acara atau tradisi khusus untuk merayakan ulang tahun. Tapi, pada perayaan ulang tahun ketujuh anak pertama Mario tersebut, pihak keluarga bakal menghiburnya. "Kami akan membelikan kue ulang tahun kepada Attala," tutur Zakaria.
Mario adalah teknisi pesawat nahas yang jatuh itu. Saat terbang, pesawat tersebut membawa 54 orang, termasuk lima kru. Lima orang kru itu adalah Kapten Hasanudin (pilot), Ariadin F. (kepala kabin), Ika N. (pramugari), Dita Amelia (pramugari), dan Mario (teknisi).
IMAM HAMDI