Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Solar Naik, Hasil Tangkapan Ikan Turun 80 Persen  

image-gnews
sxc.hu
sxc.hu
Iklan

TEMPO.CO, Pacitan - Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak penurunan produksi tangkapan ikan nelayan di wilayah perairan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebelumnya, jumlah ikan yang masuk tempat pelelangan Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan mencapai 10 ton per hari. Namun kini rata-rata hanya 2 ton per hari.

"Hasil tangkapan ikan menurun karena hanya beberapa kapal jenis purse seine yang berangkat melaut. Nelayan yang memakai kapal jenis sekoci dan kapal tradisional memilih tidak mencari ikan," kata Misni, salah seorang nelayan setempat, Jumat, 28 November 2014. (Simak berita sebelumnya: Solar Naik, Nelayan di Pacitan Berhenti Melaut)

Menurut dia, dari 42 kapal purse seine yang mangkal di pantai Pacitan, tak lebih dari separuhnya yang turun ke laut. Selebihnya memilih parkir di pantai lantaran biaya operasional untuk pembelian solar, stok makanan para anak buak kapal, dan es batu sebagai pengawet ikan makin membengkak. "Sekarang kami mengeluhkan biaya produksi yang tinggi, tapi harga jual ikan justru turun," ujar Misni.

Rochani, salah satu pengusaha ikan laut segar sekaligus pemilik kapal pusrse seine, mengatakan biaya produksi per satu kapal untuk menangkap ikan mencapai Rp 45 juta. Angka tersebut lebih besar dibanding sebelumnya, saat harga solar bersubsidi belum naik atau masih Rp 5.500 per liter. Saat itu, biaya yang dikeluarkan untuk sekali melaut selama tujuh hari hanya Rp 30 juta. (Baca: Pertamina Buat 10 SPDN Bergerak untuk BBM Nelayan)

Karena itu, Rochani hanya mengoperasikan tiga dari lima kapal miliknya. Penghematan ini dilakukan untuk menyiasati naiknya harga solar. Apalagi, saat ini jumlah ikan yang ditangkap makin sedikit karena gelombang dan arus laut masih sering tinggi. "Pengusaha lain juga mengurangi kapal yang diberangkatkan. Bahkan, nelayan andon (pendatang) yang menggunakan kapal sekoci pulang ke daerah asalnya masing-masing," ujar Rochani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para nelayan andon di Pacitan mayoritas berasal dari Sinjai, Sulawesi Selatan. Menurut dia, dari 200 kapal sekoci yang sebelumnya mangkal di Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, sekarang tinggal 20 unit. Para nelayan andon memilih pulang karena cuaca tidak bersahabat dan tingginya biaya operasional untuk melaut. (Lihat pula: BPH Migas Dukung Menteri Susi Batasi BBM Nelayan)

NOFIKA DIAN NUGROHO

Berita Terpopuler:
Jurus Saling Kunci Jokowi dengan Koalisi Prabowo 
Ruhut: Demokrat Tolak Dukung Hak Interpelasi 
Ini Isi Surat Anas dan Akil ke Kepala Rutan KPK
Tiga Momen Kedekatan Jokowi dan Menteri Susi
Alasan Akbar Cs Sarankan Penundaan Munas Golkar  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

1 hari lalu

Kapal kecil nelayan Natuna saat melaut di pesisir Pulau Ranai. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.


Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

3 hari lalu

Beberapa nelayan Natuna yang ditangkap di Malaysia. Foto Istimewa
Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.


Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

4 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

8 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

9 hari lalu

Ilustrasi Sabu. TEMPO/Amston Probel
Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

15 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

19 hari lalu

Ilustrasi nelayan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.


Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

27 hari lalu

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam acara Pertemuan Nasional Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial di Kantor KKP, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

36 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

39 hari lalu

Delapan awak kapal WNI di  kapal kargo di Taiwan, 28 Oktober 2022. (ANTARA FOTO/FAHMI FAHMAL SUKARDI)
Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.